Chapter 17

3 1 0
                                    

Putri terdiam sambil memandang matahari yang hendak terbenam di rooftop, warnanya begitu indah dan cantik.

Hari ini dia sengaja meluangkan waktunya untuk dirinya sendiri, karena hari ini adalah hari ulang tahun ibunya yang sudah meninggal.

Putri tinggal seorang diri sekarang, karena menurutnya jika dia harus tinggal bersama Ayah dan juga Ibu tirinya itu mempersulit dirinya dan membuat nya tidak nyaman maka dari itu dia memilih untuk tinggal sendiri.

"Bu, liat deh matahari nya cantik banget. Eh iya Ibu pasti udah liat kan dari atas sana, Bu hari ini umur Ibu genap 45 tahun loh Bu hehe Ibu tambah tua ya"

Putri berucap sambil tersenyum getir, setetes air mata kini mengalir di pipinya.

"Ibu putri kangen peluk Ibu" Putri menghela napas, ia kembali tersenyum dengan lebar.

"Ibu, waktu ujian kemarin nilai Putri naik loh Bu dari 75 sekarang 85. Putri hebat kan Bu"

"Emb, Lo hebat"

Putri terkejut saat mendengar suara di belakang tubuhnya. Putri membalikkan tubuhnya betapa terkejutnya dia saat mendapati Aska ada di rooftop apartemen miliknya.

"Lo kok di sini ngapain, lo penguntit ya"

"Gila aja, bukan lah ini tuh Apart milik bokap gue"

"Ooh" Putri kini beroh-ria.

Sedetik kemudian matanya sedikit melebar. "HAH, apart bokap lo"

"Iya"

"Jadi selama ini lo tinggal di sini dong, atau sekedar mampir aja?!"

"Gue tinggal di lantai 3 kamar nomor 52" Jelas nya.

Putri mengangguk santai, ternyata selama ini dia sebenarnya tetangga dengan Aska hanya saja ia tidak tau.

🌠🌠🌠🌠

Angkasa tersenyum menatap wajah Ifana, gadisnya itu memang selalu cantik dan bertambah cantik setiap harinya.

Ifana kesal saat Angkasa terus saja bergerak dari tempatnya, padahal gadis itu sudah memberi tau Angkasa untuk diam dan tidak terlalu banyak bergerak.

"Kasa"

"Apa cantik"

Ifana memutar bola matanya kesal.

"Bisa diem gak sih, gue tuh lagi lukis lo nanti jelek gimana coba" keluh Ifana.

"Gak papa gambarnya jelek, kan realnya cakep"

Ifana membuang napas dengan helaan panjang, ingin sekali ia mendorong kekasihnya itu ke Selat bumi.

"Gue tau, tapi gue kan mau lukis buat lo jadi gue maunya yang bagus biar lo simpen Kasa"

Angkasa terkekeh geli melihat kekasihnya itu kesal, Angkasa mengacak singkat rambut Ifana membuat gadis itu kesal.

"Angkasa, jangan acak-acakan rambut gue"

"Sengaja"

"Ngeselin banget sih lo"

"Ngeselin tapi lo sayang kan,"

Sontak mendengar perkataan itu pipi Ifana kini merona karena sedikit malu, namun ia akhirnya kini memilih untuk memukul lengan kekasihnya itu membuatnya mengaduh sedikit kesakitan.

"Gombal banget sih, udah diem cepet gue tuh mau lukis lo"

"Iya cantik"

"Galak banget pacar siapa sih?!" goda Angkasa.

Ifana membelalakan matanya sambil mengaduk cat air di hadapannya dengan kesal. "Pacarnya Angkasa Danendra si cowok gila, anehnya lagi kok gue mau sama dia" Celotehan Ifana.

Angkasa terkekeh geli melihat tingkah Ifana sambil menggelengkan kepalanya, rasanya ia ingin sekali memeluk dan mengurung gadis itu. Karena saking gemasnya.

Ifana memang galak, tetapi meskipun begitu bagi Angkasa Ifana lucu dan menggemaskan di matanya.

Bagi Angkasa memiliki Ifana adalah suatu keberuntungan dan kebahagiaan untuknya.

🌠🌠🌠🌠

Mulan menatap Bintang dengan sedikit kesal pasalnya sejak tadi Bintang terus saja melamun dan diam, dan tentu saja hal itu membuat Mulan kesal.

"Bintang woy" Mulan menepuk keras tangan Bintang, membuat cowo itu langsung tersadar.

"Ha,kenapa Mul?"

"Lo yang kenapa melamun terus dari tadi, gue udah laper Bintang!" kesal Mulan menghela napas dalam.

Bintang hanya tersenyum sekilas, sambil mengusap tengkuknya.

"Iya maaf, ayok kita ke kafe sekarang atau mau ke supermarket mau masak sendiri aja?!" tanya Bintang.

"Gue lagi pengen makanan khas Thailand apa itu namanya... "

"Gak tau"

Mulan berdecak kesal, ia menatap tajam Bintang lalu kembali memikirkan tentang apa yang ingin ia makan.

"Ah, udah ingat sekarang Tomyam namanya"

"Jadi mau beli Tomyam"

Mulan menggelengkan kepalanya cepat.

"Gak"

Bintang menatap Mulan bingung,katanya ingin Tomyam lalu kenapa tidak ingin beli.

"Kok gak?"

"Bikin sendiri, kita beli bahanya ke supermarket"

"Oke"

"Ya udah okey, kita pergi sekarang"

"Yey, tapi nanti sama beli ice cream buah ya"

"Iya"

Mulan tersenyum senang ia lalu mengandeng tangan Bintang dan pergi ke supermarket.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ineffable (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang