Rahasia besar [2]

54 4 0
                                    

Langkah kaki yang berat memasuki mansion itu, diikuti dengan helaan nafas yang berat dari pria itu. Hampir setiap pulang kerja ia merasa lelah, terlalu banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan yang nampaknya tidak ada habisnya.

Kavian mendudukkan bokongnya di sofa ruang tengah, ia membuka jasnya menyisakan kemeja putih itu. Ia memijat keningnya sebentar, sambil memejamkan matanya. Ia berangkat ke kantor sejak subuh dan baru pulang pada malam harinya lagi.

Bruk..

Gadis ceroboh yang tengah berlari kesana kemari bersama anjing Kaivan terjatuh di sofa samping Kaivan. Kaivan melihat gadis itu sekilas, ia tak mempedulikannya dan lanjut memijit kepalanya.

"Awh sakit" ujar Estellar yang kepalanya terhantuk ujung sofa.

"Kai sakit" ulangnya meminta untuk diperhatikan.

"Jangan disini, gw lagi pusing"

"Pusing? Sakit ya?" Estellar duduk di samping Kaivan yang memang terlihat kelelahan itu. Selama di rumah, Mia mengajarinya beberapa kata yang sering digunakan sehari hari, dan hebatnya Estellar cepat belajar.

"Udah bisa ngomong?" Remeh Kaivan.

Estellar mengangguk semangat "Mia ajar" walau pemilihan katanya masih kaku, namun perkataan Estellar sudah dapat dimengerti sekarang.

"Estellar bantu, ga sakit"

"Lo mau ngobatin gw?"

Lagi lagi Estellar mengangguk. Estellar memegang dahi Kaivan, ia bersenandung dengan nada yang merdu, bahkan Kaivan tidak menyangka kalau ia bisa bernyanyi. Entah apa yang ia lakukan namun rasanya tiba tiba seperti tersetrum kecil. Dan hanya dengan itu sakit kepala dan rasa lelah Kaivan menghilang begitu saja.

Tentu saja Kaivan terheran heran dengan apa yang Estellar lakukan barusan. Ia menatap Estellar bingung. Estellar tersenyum manis setelah melakukan itu dengan harapan akan pujian dari Kaivan.

"Lo.. kok bisa?" Heran Kaivan

"Estellar anak baik?"

"Ya terserah lo, tapi gimana bisa?"

"Sihir, liat" Dengan polosnya Estellar menengadahkan telapak tangannya di depan pandangan Kaivan. Partikel partikel air terbentuk dari tangan Estellar menjadi sebuah bola air dengan ukuran sedang. Sontak saja Kaivan terperanjat melihat itu, ia kaget setengah mati melihat keajaiban tersebut.

"L LO MAIN ILMU HITAM?"

"Sihir Kai"

"g gimana bisa, Estellar lo ini apa"

"Sihir Kai, mana?" Tanya Estellar yang mengira setiap makhluk yang seperti manusia memiliki sihir.

"Hah? Gw ga punya sihir, cuma lo yang punya"

"Huh?" Estellar meraih tangan Kaivan yang harus ia genggam menggunakan dua tangan. Ia menggoyang goyangkan tangannya berharap sihir itu keluar dari energinya.

"Gw ga punya, lo ngapain"

Seketika wajah Estellar berubah sedih, ia pikir Kaivan terlahir berbeda. Itulah yang menyebabkan Kaivan tidak memiliki kekuatan. Estellar meneteskan air matanya sembari melihat Kaivan dengan sendu, ia memeluk tubuh Kaivan. Air mata yang perlahan jatuh itu perlahan berubah menjadi sebuah mutiara berkilau, yang membuat Kaivan makin terkejut.

"Wow air mata lo.. mutiara? Terus lo kenapa malah nangis gini"

"Kai, kuat"

"Jangan bilang lo ngira gw ga normal karena ga punya kekuatan" tanya Kaivan yang langsung diangguki oleh Estellar. Hidungnya memerah akibat menangis, membuat wajahnya semakin lucu.

EstellarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang