"Aku mengenalnya, Jewels. Sangat kenal.", Marsha meletakkan belanjaannya di atas meja dapur. Dia terlihat sedikit kerepotan karena rambut pirang nya yang sedikit menutupi wajahnya. Dia menyingkap rambutnya yang kau tahu--rambut halus nan lembut seperti punya bintang film, lalu dia berkacak pinggang menghadapku.
"Kau pasti bertanya-tanya kan kenapa aku bisa mengenalnya??"
Secara logika, kalau dipikir-pikir bagaimana bisa mereka berdua kenal? Maksud ku--Marsha dan Elsie dua orang dari kehidupan yang, ah. Berbeda. Kalian pasti mengerti maksud ku. Aku dan Marsha baru mengenal Calum di awal tahun pelajaran baru. Apalagi Calum yang notabene nya siswa pindahan. Aku saja tahu Elsie secara kebetulan melalui buku catatan Calum tanpa mendengar cerita langsung darinya. Dan kini aku mendapati sahabatku sendiri mengenal Elsie yang terlihat di puja-puja oleh Calum.
Aku mengangguk lalu duduk di kursi mini bar dan Marsha mengambil air mineral dari kulkas. "Dia teman teater ku waktu aku tinggal di daerah Oxford.."
Marsha pernah tinggal di Oxford? Selama hampir 4 tahun aku bersahabat dengan si idiot yang satu ini, dia tidak pernah bercerita tentang itu.
"Kau belum pernah cerita padaku kalau kau pernah tinggal disana..", aku menerima air mineral dari Marsha lalu anak itu duduk di sebelahku. Aku yakin ekspresiku seperti orang kebingungan.
"Ya, karena hanya setahun, Jels..dan akupikir tidak terlalu penting untuk di ceritakan", katanya setelah menghabiskan air minum yang ia pegang di mug berwarna merah bertuliskan "I DONUT CARE". Aku tahu itu mug keluaran mana. Pasti Target.
"Kenapa cuma setahun??", aku membuka kardus pizza peperoni dan mengambilnya satu.
"Karena aku tidak betah disana, hehe.. by the way soal Elsie, dia tinggalnya di London loh harusnya, dan dia bisa satu tempat teater dengan ku karena....dia waktu itu ikut ayahnya pindah untuk beberapa bulan---"
Aku masih mendengarkan Marsha bercerita. Di otak kiri ku berkata kalau Marsha menceritakan Elsie yang lain, namun di bagian otak ku yang lain menyuruh ku untuk percaya dengan apa yang baru saja Marsha katakan. Berapa banyak orang yang bernama Elsie di Inggris?
"---aku di Oxford saat masih kelas 5 di elementary dan begitu kita ke junior high school, aku dan Elsie di sekolah yang sama lagi.."
"Iyakah??", kenapa nada bicaraku jadi excited?
Marsha mengangguk lalu menyandarkan tangan kirinya di atas meja, "yaa, dan bukan di Oxford. Tapi di sini, di London.. tapi sayangnya aku harus pindah sekolah ke guildhall karena--"
"Karena apa?"
"Aku di dropped out hahaha", Marsha tertawa getir dan ceritanya membuatku semakin penasaran. Orang se eksis Marsha punya pengalaman di tendang dari sekolah? Apa yang dia lakukan sampai-sampai kepala sekolah saja bisa membencinya? Aku tertawa geli dalam hati, serius. Tidak terlalu serius juga. Aku sedang tertawa.
"Jangan bilang kau di dropped out karena jarang masuk sekolah dan sering shoting..", aku menggigit sisa pizza yang wangi lelehan keju nya kemana-mana. Mungkin orang-orang di Ireland bisa menciumnya. Tidak deh, itu terlalu berlebihan. Pizza ini yang paling enak dari semua pizza yang pernah ku makan. Aku dan Michael harus kesana nanti.
Marsha memamerkan deretan gigi putihnya, "kau tahu sendiri kan aku tv actress jaman masih ingusan, tapi aku tak yakin kalau kau pernah menonton acaraku--"
"Lalu bagaimana dengan Elsie?", aku memotong bagian pamer dari kalimat Marsha barusan dan aku menyesalinya. Aku seperti arwah penasaran. Ya tapi kalau kalian ada di posisiku pasti akan merasakan hal yang sama.
"Dia... dia sempat jadi teman baikku di teater dan satu tahun di awal kelas 6, dia keturunan jepang dan bahkan ia sering membawakanku onigiri isi tuna kalau jadwal teater kami berbarengan.. intinya dia baik sih. Ohya, bagaimana Calum bisa berpacaran dengan Elsie?? Setahuku, Elsie itu anaknya tertutup--maksudku, dia tipikal orang yang tidak peduli masalah cinta-cintaan---"
![](https://img.wattpad.com/cover/30732441-288-k16104.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES OF SECRET / C.H
Fiksi PenggemarBertemu dengan Jewels Sherard di depan kelas Piano di sekolah, membuat hidup Calum Hood menjadi penuh tantangan. Ia harus menyelesaikan potongan-potongan rahasia Jewels yang ternyata menyangkut kepada kehidupan pribadinya. Namun, menyusun potongan r...