04.Seakan tak berarti

358 29 9
                                    

"gak enak ya jadi anak introvert,nangis sendiri apa-apa sendiri andai Al punya temen mungkin mental Al gak akan serusak ini"

-Muhammad Alwi Al Fatih


Dari jauh seseorang mengejar adiknya, adik yang selalu dia sia-siakan, Ryu Lengkara Adiswara adik seusia Al yang dia tindas dari kecil, dia manfaatkan dia sakiti, sampai akhirnya dia menyadari runtutan kesalahan yang dia miliki, "RYU!" Rangga Arkanta Adiswara dia menggeleng saat melihat adiknya ingin pergi jauh darinya.

Tolong...

Dia tidak punya siapa-siapa selain Ryu, hidup di lingkungan keluarga toxic sampai besar di tinggalkan cerai oleh papa dan mamanya sudah cukup membuat hidupnya hancur, dia sangat membenci adiknya.

"Lu bukan adik gue!lu pasti anak haram dari selingkuhan mama"betapa sakitnya dia saat mendengar hal tersebut karena sejak kecil Rangga terpengaruh dengan ucapan papanya, dia menganggap ryu adalah anak haram.

"Kakak gak perlu minta maaf, ryu capek, gak perlu kejar ryu sampai kapanpun ryu akan menjadi anak haram kan?Ryu sumber masalah!Ryu penyebab papa dan mama bercerai, RYU JAHAT KAK!RYU GAK BERHAK LAHIR!"dari jauh Rangga membulatkan matanya saat melihat sebuah mobil melaju dengan kencang.

"Ryu maafkan kakak!kakak mohon minggir dari sana AWAS"Tubuh ryu terpental jauh sampai akhirnya kepalanya begitu banyak mengeluarkan darah.

Dia rapuh, "Woi keluar Lo!keluar!kalian bangs*t KENAPA KALIAN TABRAK ADIK GUE!!"ananda keluar terkejut dengan apa yang terjadi dengan remaja lelaki itu, Raka dan ridho pun keluar selang beberapa menit.

"Om gak sengaja, om kurang fokus tadi ayok antar adik kamu kerumah sakit om bakal tanggungjawab" Rangga menatap raka ternyata dia adalah adik leting eskul silat.Oh papanya yang nabrak, selain sok jago dia selalu sok pintar, Raka.

"Ryuu... bangun dek, maafin Abang sudah jahat ryu, bang Rangga mohon Ryu... buka mata kamu..."Raka menelan ludah melihatnya apalagi darah sudah bercucuran  di kepala ryu.

"Lo semua!kalau sampai terjadi apa-apa sama adik gue, gue akan bunuh adik Lo Raka!anak kesayangan Lo om!gue akan bunuh Al!gue akan renggut nyawanya seperti apa yang kalian lakuin sama adik gue"dadanya berdebar mendengarnya air mata ananda terjatuh.

"Tidak, ini salah saya bukan dia" meskipun tidak peduli ananda selalu memperlihatkan kehidupannya yang paling baik untuk anak bungsunya namun aslinya dia ingin anak yang dia benci itu mati.

Dia menangis menatap hasil ronsen melihat ada cedera di otaknya dia dinyatakan gegar otak setelah melihat hasil ronsen, dadanya berdenyut nyeri lalu memakai kembali nebulizernya oleh dokter, "Gak mungkin anak saya sakit separah itu dok, gak mungkin!"tangis bibi kulihat dia melemas dia mungkin sangat takut kehilangan aku.

Aku hanya terdiam menerima takdir ku walau sebenarnya rasanya begitu sakit mendengar hal tersebut, "Gimana kalau seandainya Al menyerah bi?padahal Al belum pernah ketemu ibu"lirihnya dengan mata basah berkaca-kaca.

Bibi hampir saja tercekat dia menggenggam tanganku erat dia selalu memanggilku anaknya, aku merasa dekat dengan bibi sejak kecil, "Al kan anak bibi, kamu pasti kuat nak, ibu kamu pasti akan kembali sayang"aku rasakan belaian lembut di kepalaku.

Mereka memasuki lorong rumah sakit, Rangga menuju ruang operasi agar luka adiknya bisa di jahit, dia tersenyum sedikit menyapa keluarganya, "Kalian kesini mau jenguk Al?"lirihnya dengan mata berbinar pakaiannya masih memakai pakaian khas rumah sakit berwarna biru muda.

"Gak sudi lah, kaya gak ada kerjaan banget ngurusin Lo yang penyakitan, setelah asma Lo kambuh Lo pasti bakal penyakitan lagi, hidup cuma ngerepotin orang aja"air matanya terjatuh mendengarnya dia tidak menyangka ridho akan mematahkan hatinya lagi.

TULISAN PENA TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang