07.Al ini hari spesial kita loh

290 27 16
                                    

"Tidak enaknya hidup adalah kita harus menutupi segala rasa sakit demi melihat senyum orang lain"

-Muhammad Alwi Al Fatih



Suara-suara mengisi ruangan itu, berharap ini semua hanyalah mimpi, seandainya tadi ananda dan inne bisa menjaga emosinya mungkin Al tidak akan drop seperti ini, mereka hanya bisa menatap Al yang masih tidak sadarkan diri dengan infusan dan nebulizer(masker oksigen) yang bertengger di hidungnya.

Dia sempat mendengar kata dokter untuk menjaga Al, "Kondisinya tidak terlalu baik sekarang kondisi psikisnya juga terganggu membuat kondisi kian memburuk, jaga ucapan jangan sampai dia menjadi syok apalagi jatuh lagi dari ranjang"

Ananda hanya bisa mengecup lengan milik Al yang tidak berdaya, lemas seperti tidak bertenaga, tangan inilah yang selalu ada untuknya saat dia sakit dan dia marah dia selalu pasrah saat di hukum, "Kesalahan Al besar ya yah sampai ayah gak pernah perhatikan Al, bahkan ayah hanya menyentuh Al saat ayah ingin menyakiti Al saja"lirihan itu masih menghantuinya saat Al menangis menatap dirinya yang masih sakit.

*Kenapa hari ayah terlalu keras untukmu Al?ayah tidak pernah ingin menyakiti kamu sayang, kamu selalu korbankan apapun yang kamu miliki demi ayah, bahkan mata yang seharusnya masih bisa menatap ayah itu kini sirna karena keegoisan ayah, seharusnya ayah yang di penjara, ayah yang di hukum bukan kamu nak*kata ananda dalam hati sembari membelai rambut Al dengan lembut.

•••

Ada kalanya Rangga malah terkejut dengan kondisi Ryu, "Kenapa Abang jahat sama sahabat Ryu!Al sahabat Ryu satu-satunya yang Ryu punya sekarang dia gak bisa lihat apa-apa sejak tiga bulan lalu dia belum pernah pulang dari rumah sakit, dia memburuk sedangkan Ryu?Ryu juga tidak akan pernah bahagia kalau melihat sahabat Ryu sendiri menderita! dengan menerima mata ini, Ryu sangat egois dengan mengambil mata sahabat Ryu yang indah ini dan kenapa Ryu selalu diemin Abang!Abang Rangga pengen tau kan alasannya?" Ryu melemparkan kertas itu tepat di atas dada Rangga.

Rangga masih belum bisa menerima kenyataan ini kalau seandainya dia tau Ryu akan semarah ini dia tidak akan memaksakan diri untuk menerima donor kornea mata Al untuk Ryu, Rangga menarik nafas dalam rasanya sakit melihat kenyataan yang sebenarnya, setelah perceraian orang tuanya kini dia harus menerima takdir bahwa dia juga akan kehilangan adiknya, Rangga memeluk adiknya erat, "Maafin Abang Ryu..."Ryu mendorong tubuh Rangga.

"Sekarang Abang tau alasan kamu, tapi abang gak pernah ingin kehilangan kamu Ryu, please..."Ryu menepis tangan Rangga dia masih menitihkan air matanya.

"Hari ini hari ulang tahun Al, dan hari dimana aku harus cek up ke dokter untuk kemoterapi, tapi rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk bertemu sahabatku, aku sangat egois"lirih Ryu dia ingat sekali dia pernah menangis di sandaran Al karena masalah dirinya dan Rangga, padahal dia tidak tau seberapa berisiknya kepala Al dan sakit hatinya karena di benci sekeluarga nya bukan hanya satu orang saja.

Al tersenyum lalu mengelus punggung Ryu, "Aku ngerti Ryu semua yang kamu rasain, aku juga gak pernah ngerasain kasih sayang orang tua, Abang dan kakak kembarku sendiri, sering kali aku tidak hanya di patahkan melalui kata, tapi hatiku juga"lirih Al dengan tetes air mata namun dia masih tersenyum guna menutupi seluruh isi hatinya.

Ryu mengingat itu semua mengingat dimana dia mengadu kepada Al dan mengeluh kepadanya, "Kayaknya hidup Ryu gak bakal lama Al..."Al menggeleng dengan mata hazel berwarna biru membuat Ryu menatap mata Al yang berkaca-kaca itu.

"Kamu gak boleh ngomong begitu Ryu..."lirih Al dengan cepat memeluk Ryu.

"Karena aku mengidap penyakit kanker hati stadium akhir Al..."Alwi tercekat nafasnya sangat terdesak terdengar menyakitkan sayangnya aku salah mengatakan saat ini, Al adalah anak yang sensitif apalagi dia sangat takut kehilangan sahabat satu-satunya yang dia miliki.

TULISAN PENA TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang