10.Ceo kecil ayah

483 29 4
                                    

"Lelah,hidup dalam kekangan tanpa rasa cinta,ibuku telah pergi mendahuluiku,jujur dalam hatiku aku lebih takut kehilangan orang tuaku daripada nyawaku sendiri"

-Muhammad Alwi Al Fatih


Pilu, dadanya terisak nafasnya tercekat seiring dia menjauh, kekecewaan dan rasa hancur, remaja itu terus menyebut dan memohon.Semoga Allah melembutkan hati ayahnya lagi.


Langkahnya terhenti, rasanya berat dia bergetar hebat.Tidak lama suara dentuman keras itu memicu kemacetan panjang di jalanan, hancur, jantungnya berdegup kencang saat melihat kerumunan orang-orang.

Lelaki remaja yang ingin melangkah menemuinya hampir saja terserempet kendaraan beroda dua yang masih berderet antre untuk melewati jalanan yang macet beruntung gadis yang berlari di belakangnya cepat menariknya,"Kak Raka!kak!"rindi menarik lengan Raka yang hampir saja terserempet.

Tatapan mereka sempat bertemu, Raka terdiam menetralkan nafasnya yang terengah, "Kak Raka gak papa?gak terluka kan?"saat pertama kalinya Raka menatap rindi begitu dekat ada semburat merah rona pipinya.

Benar sekali, remaja lelaki itu merasa ada gejolak rasa di dalam hatinya, kali pertama dia merasa jatuh cinta kepada adik tirinya sendiri, "A-aku baik-baik saja."dia memalingkan wajahnya yang bersemu merah.

Dia mendengar dentuman keras itu sampai akhirnya dia berbalik, "Al mau kemana Al?"raka menahan adiknya mendekati kerumunan orang-orang itu.

"Al bahaya, mobil itu hancur depannya Al banyak puing-puing kaca , jangan kesana"Al menggeleng pelan dia mempunyai filing kuat tentang orang terdekatnya.

"Kak!Al hanya ingin memastikan sesuatu, aku takut"Raka merangkul pundak adiknya lalu mengelus punggungnya pelan.

Dengan perasaan begitu gundah, Al tidak melepaskan genggamannya pada kakak kembarnya, begitupun Raka yang terus menjaga kedua adiknya, Al dan rindi.

Suatu ketika dirinya melepaskan paksa genggaman tangan itu dan menelusup melewati orang-orang yang bergerombol mengerumuni mobil yang setengah hancur itu, tepat di depan matanya terlihat plat mobil yang begitu dia hafal.
Yaitu plat mobil hitam milik ayahnya.


Dia syok, bahkan tubuhnya merasa lemas saat melihat ibunya sudah tidak sadarkan diri dengan kening terkena bagian depan mobil saat menabrak truk pengangkut barang.

"Bundaa.., bunda bangun!"matanya menitihkan begitu banyak air mata saat melihat sesosok perempuan yang begitu dia cintai terbaring tidak berdaya.

Beberapa tim medis mengangkat ibunya ke ambulance, "Tenang dek, ibu kamu tidak papa, jangan panik" para warga menggenggam tangan Al agar tidak menggangu tim medis.

Satu hal, Raka berlari mendekat lalu berjongkok di tepi jalan dimana kakaknya duduk dengan mulut berdarah.

"Ayah..,"dia sudah tidak tau lagi apa yang harus dilakukan.Ayahnya masih sadar tapi dalam kondisi terbaring di tepi jalan dengan darah yang masih mengalir deras dari kepalanya hampir mengenai seluruh bagian wajahnya.

Dia sadar, tapi tangannya mengepal kuat menahan rasa sakit itu sesekali dia kejang dalam kondisi sadar, "Ayah.., tahan yah"Al berbalik mencari dimana ayah dan kakaknya.

Dia terpaku saat melihat ayahnya tidak berdaya di tepi jalan dengan darah-darah tiada hentinya.Dia membantu abangnya untuk duduk bersandar di dadanya, dia terus mengelus rambut abangnya saat ambulans untuk abangnya belum datang, "Abang.., bertahan ya?"Al mengelapi darah yang mengalir di hidung dan mulut kakaknya tanpa rasa jijik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TULISAN PENA TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang