05.Tentang keluarga

315 31 4
                                    

"kapan ya bisa hidup bahagia bareng papa dan kakak?rasanya gak mungkin mereka bakal sayang lagi sama Alwi"

-Muhammad Alwi Al Fatih-


Dari kaca jendela UGD dari semalam mereka meninggalkan si bungsu di ruang dingin itu. Seolah hati yang beku menjadi cair kembali, dari subuh tadi Raka masih belum beranjak dari tempat menunggu entah kenapa dia rasanya merasakan sakit yang seolah meretakkan hatinya, "Dokter tolong, izinkan saya bertemu adik saya... Sebentar saja dok..." matanya sudah berkaca-kaca, Dokter Fahri melepaskan pelan tangan Raka yang memegang tangan miliknya atas apa yang keluarga Al lakukan saat Al akan di operasi tadi dia cukup kecewa.

"Ini masih jam 6 pagi, jam besuk masih satu jam lagi, maaf saya masih sibuk mau opname adik kamu lagi, penurunan kesadarannya membuat adik kamu semakin lama untuk sadar, saya minta tolong jagain dia saat saya selesai menanganinya dan saat jam besuk nanti, dan tolong jangan sakiti pasien saya kemarin baru saja saya keluarkan hasil ronsen kepalanya dan saya menanganinya kembali saat dia mendapatkan pukulan di kepalanya kemungkinan jika pasien tidak di obati lebih lanjut kondisinya melemah dan--dokter Fahri menghentikan perkataannya.

Tubuhnya seketika berkeringat dingin dengan air mata yang tak tertahankan, "Dan apa dok?"dengan suaranya yang mulai melemah.

--Menyebabkan kematian, dan setelah dia sadar nanti wali pasien Al atau ayah kamu akan membawanya ke panti asuhan karena dia-- Suara monitoring detak jantung itu sedikit terganggu karena Al sempat mengalami gangguan pernafasan.

"Kamu tunggu diluar"

"Tapi dok"Entah ikatan atau apa rasanya nafasnya tercekat rasanya begitu sakit.

Nafasnya memberat dia berpegangan pada dinding rumah sakit seraya menetralkan rasa sesak di dadanya,"Kok nafas ku engah banget haaahh, astaghfirullah... Apa ini?ini gara-gara aku selalu menghina sakit adikku sendiri?arghh... Al maaf..."lirih dengan sesekali memukul-mukul dadanya.

Dokter Fahri kaget saat melihat Al kehabisan oksigen saturasi oksigen dalam darah yang terukur dalam oximeter yang menjepit jarinya menunjukkan angka yang cukup rendah berkisar 40-60, "Nnndaaa..."Dokter Fahri mengelus pelan dada Al sembari memakaikan nebulizer berbentuk masker oksigen untuk menetralkan nafas Al.

Setelah beberapa saat lamanya dia berbisik kepada Al,"Al denger?Al sudah sadar ya?"Tangannya sedikit bergerak memberi respon dengan menelan ludah pelan.

"Masih kerasa sakitnya?mau dokter panggilkan kakak kamu?"dia hanya terdiam tidak merespon apapun hanya diam.

Tangannya berkeringat dingin sampai akhirnya dia merasakan genggaman dari tangan seseorang, dia melenguh pelan, semakin lama dia merasakan punggung tangannya basah rupanya isakan itu berasal dari Raka, saudara kembarnya.

"Ngomong sesuatu dek, katakan sama Raka kalau kamu baik-baik saja, mohon..."dia hanya diam hanya tangannya yang sedikit mengeratkan genggaman pada tangan sang kakak.

Selang beberapa saat dia sedikit melenguh haus, empat menit lalu nebulizer yang dia pakai sudah berganti nasal kanula yang berbentuk selang yang mengantarkan oksigen dari hidung, "Bi... h-haus"lirihnya dengan lemah.

Kini penglihatannya terenggut mata indah hazel itu tidak dapat di pandang kembali karena kornea mata miliknya sudah dia donorkan kepada Ryu sahabat kecilnya, "kamu haus al?biar kak Raka ambilin ya?"Raka menyandarkan tubuh Al pelan kini dia mulai berinteraksi meski Al tidak berani mengatakan apapun walau hanya sekedar meminta air minum.

"Al minum ya, kak Raka bantu"dia terdiam dan akhirnya menurut meski sesekali dia menyentuh letak matanya yang di perban.

Raka memalingkan wajahnya betapa sedihnya adiknya, dia hanya terbayang Al akan melawannya dan membenci dirinya seperti Ryu membenci Rangga gara-gara memaksa sahabatnya mendonorkan kornea mata miliknya.

TULISAN PENA TERAKHIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang