2 - Kau akan kembali padaku, Mel

399 68 11
                                    

"Aku tidak mau bercerai," kata Sean tegas. Dia mendorong pintu itu dengan keras, hingga Imelda yang berusaha menahannya ikut mundur. Pria itu kemudian masuk. "Suruh Kaisan ke sini. Kau dan dia pulang sama aku!"

"Kau tidak bisa atur aku lagi, Sean!" jawab Imelda frustrasi.

Sean menutup pintu. Ditatapnya Imelda tajam-tajam. "Mel!" Sudah lama sekali pria itu tidak memanggilnya begitu. "Aku begini juga karena engkau. Kalau kau bisa melayaniku dengan baik, mana mungkin aku berselingkuh?!"

"Kau...." Imelda tidak tahu harus mengatakan apa. Pria itu benar-benar brengsek! Sudah tidak setia, masih bisa menyalahkan Imelda? Luar biasa! "Sean! Apa kekuranganku sampai kau berani bicara begitu? Katakan!"

"Ha! Apa kau tidak sadar, bahwa kau mudah lelah setiap kita melakukannya? Kalau bukan karena cintaku padamu yang terlalu kuat itu, aku tidak akan tahan melakukannya denganmu! Bahkan sering sekali-sebentar-aku tidak ingat kapan terakhir aku bisa klimaks denganmu! Kau membosankan. Kau tidak menggairahkan. Padahal apa alasanmu tidak bisa memuaskan aku? Kau kan tidak kerja. Yang kau lakukan hanya mengawasi anak kita, itu pun hanya pagi dan sore hari sebab seharian anak kita di sekolah, iya kan? Nah, tapi apa aku pernah mengeluh? Kan tidak! Dengan kau yang tidak bisa menyenangkan aku, apa aku pernah ingin menceraikanmu? Anehnya, aku malah mempertahankanmu, karena aku ingat, kau ini ibu dari anakku, dan cinta pertamaku!" Wanita itu diam mematung di depannya. Sean menegur, "Mel? Kau dengar aku tidak?"

"Aku tidak bisa menyenangkanmu, bukan. Aku juga tidak menggairahkan. Lalu kenapa kau masih ingin jadi suamiku?" Air mata Imelda turun ke pipinya. "Tidak ada alasan kau harus bersamaku. Banyak pasangan yang bercerai, dan mungkin ini alasannya, sudah tak ada lagi hal yang membahagiakan dari hubungan suami-istri ini. Sean. Dengarkan aku. Kita berdua sudah tidak bisa saling membahagiakan. Lebih baik kita pisah, jalani hidup masing-masing, agar tak usah melukai satu sama lain."

Sean menghela napas berat. Dipertimbangkannya ucapan Imelda barusan. Ya, kenapa dia harus bertahan dengan Imelda? Kalau berpisah, itu lebih bagus. Dia tak perlu diam-diam keluar kamar untuk menemui pacar-pacarnya. Dia juga tak perlu memasang senyum palsu setiap Imelda tidak bisa membuatnya happy di ranjang.

Berpisah... bukan ide yang buruk, kan? Mereka masih bisa sama-sama menjadi orangtua bagi Kai. Banyak juga anak brokenhome yang sukses walaupun tidak hidup dengan kedua orangtua mereka.

"Sean?" desis Imelda, sedikit penuh harap bahwa Sean akan berjanji padanya bahwa pria itu akan berubah. Pria itu tidak mau bercerai.

Bukan itu yang Imelda dengar. Pria itu menyahut, "Aku setuju! Mari berpisah! Dan karena aku kasihan padamu-ya kau kan tidak bekerja, jadi kau hanya bisa dapat uang dari mengasuh anakku-aku akan serahkan Kai padamu. Itu ide yang bagus, bukan?"

"Aku mengambil hak asuhnya bukan untuk mengambil uang darimu! Dia anakku!" sahut Imelda tersinggung. "Kau bisa-bisanya masih menghinaku, padahal kau saja yang malas mengurusnya!"

"Oh, Babe! Aku tidak keberatan mengurusnya. Lagipula aku yakin, salah satu selirku mau saja tuh mengurus Kai. Aku bisa hire puluhan pengasuh kalau aku mau, tapi sebagai pria yang baik hati padamu, ya kuserahkan saja hak asuhnya padamu."

"Kau..."

"Sudah, jangan sakit hati begitu. Aku juga sakit hati, tahu. Istriku yang tidak bisa apa-apa ini bersikeras untuk pisah dariku! Huh! Memangnya sehebat apa sih dirimu?"

"Apa lagi yang bisa kau ucapkan untuk menyakitiku, Sean?" sahut Imelda, berusaha agar suaranya terdengar datar, sebab jika dia membiarkan emosinya menguasainya, dia akan menangis lebih kejar di depan pria itu. "Sekarang pergilah. Tak ada lagi yang bisa dibicarakan."

"Kau akan kembali padaku, Mel. Kau tidak akan tahan hidup tanpa aku dan uangku. Kau akan menyesal, jika aku menikah dengan perempuan lain. Ingat itu."

*

Proses mediasi itu berjalan dengan keributan. Sean terus menyerang Imelda dengan menyebut Imelda yang tidak bisa ini, tidak bisa itu, termasuk soal Imelda yang tak bisa memuaskannya di ranjang. Terang Imelda tidak terima. Dia membela diri, bahwa dia selalu memberikan yang terbaik untuk suaminya, dan tak ada alasan apapun bagi seorang suami untuk selingkuh.

Setelah melihat tak ada jalan damai, mediator mengatakan bahwa mediasi gagal dan akan dilanjutkan ke tahap sidang. Ketika keluar dari ruang mediasi, Sean dengan gagah dan penuh percaya diri mengatakan, "Kau akan menyesal mempermalukan aku begini, Mel!"

"Tidak akan!" jawab Imelda sengit, membalikkan tubuhnya agar tak usah-usah lagi dia melihat wajah pria brengsek itu.

Dia tidak melihat lagi Sean secara langsung. Selama sidang cerai, pria itu diwakili pengacaranya, dan sesuai janjinya, pria itu tidak bersikeras untuk mengambil hak asuh Kai. Dia juga tidak keberatan memberikan uang bulanan untuk anak mereka, akan tetapi pihak Sean ingin diperbolehkan menemui Kai setiap akhir pekan, dan hal itu disetujui oleh Hakim.

Setelah mereka telah resmi bercerai, Sean mulai memunculkan wajahnya di depan Imelda. Dia ingin mengajak anak mereka yang berusia tujuh tahun itu jalan-jalan.

"Ayo kita refreshing, Sayang," kata Sean pada anak mereka. "Kau pasti lelah hari-harinya, mengingat sekolahmu jauh dari rumah ini. Oh ya, kau ke sekolah naik apa? Mamamu kan tidak punya mobil." Matanya melirik Imelda dengan penuh penghinaan.

"Oh Kai naik ojek, Pa!" jawab Kai bersemangat. "Enak deh. Adem, sepoi-sepoi kena angin!"

"Oh my God! Anak Papa naik ojek? Naik motor?" tanggap Sean berlebihan. "Bahaya sekali. Besok Papa akan suruh supir Papa untuk stand by, untuk antar-jemput anak Papa."

"Tidak perlu. Dia baik-baik saja kok naik ojek," protes Imelda.

"Babe-maksudku Mel, anak ini anakku, calon pewaris! Masa kau tega sih, anak lelakiku satu-satunya, ke sekolah naik ojek? Kau jangan lupa! Anakku ini sekolah di sekolahan elit! Bisa-bisa dia jadi bahan tertawaan. Dikira orangtuanya bangkrut. Kau mau, anak kita di-bully?!"

"Keadaannya tidak seperti itu."

"Ah, kau kan tidak tahu! Paling-paling yang kau lakukan seperti dulu. Saat anak sekolah, kau tidur di rumah, iya kan?"

"Aku tidak pernah tidur selama anak kita sekolah, Sean."

"Lalu kau dulu ngapain selama anak sekolah dan aku di kantor? Santai-santai kan di rumah? Atau kau keluar.. selingkuh?"

"Jaga mulutmu."

Perhatian Sean beralih lagi pada Kai. "Ayo, Sayang, berangkat. Nanti Minggu malam balik ke rumah ini lagi. Rumah yang..." Sean memperhatikan rumah sewaan itu. "Ya... harusnya anak Papa bisa tinggal di tempat yang lebih baik sih, tapi ya sudah, kita doakan saja biar rejeki mamamu bagus, biar kau tidak usah merana di rumah seperti ini, Kai!"

"Anakku tidak merana, Sean. Berhentilah bicara seperti itu," kata Imelda jengkel.

"Oh, Mel. Aku akan terus menjatuhkanmu, sampai Kai kabur dari sini dan pulang ke rumah ayahnya." Pria itu mengedipkan satu matanya.

Ugh! Imelda ingin sekali mencekik pria itu!

* ***

Cerita ini tersedia di karyakarsa.com/kireina76 dengan judul yang sama

Come Back, Baby #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang