7 - Jo

218 59 7
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Keesokan paginya Sean muncul lagi di depan rumah Imelda. Perempuan itu mendengus kesal melihat Sean yang berdiri dengan tenang di luar pagar.

"Morning, Babe."

"Jangan ganggu aku." Imelda mengingatkan mantan suaminya. "Aku mual melihatmu."

"Mual? Apa kau hamil?"

Kedua mata Imelda membesar. Dia marah, namun kesadaran itu menghampirinya, lalu dia tertawa. "Ha! Mana mungkin? Kalau iya siapa ayah anak ini? Kau?" Imelda menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir melakukannya denganmu."

"Masa? Apa sudah selama itu kita tidak melakukannya?"

"Kau mau apa sih ke sini?"

"Ingin mengantarmu ke rumah Mama. Kau bawa salin untuk Kai, kan."

"Aku bisa pergi sendiri ke rumah mamamu."

"Mamamu," ulang Sean kecewa. "Aku tidak suka kau menyebut Mama begitu."

"Kenapa tidak? Bu Grace adalah mamamu."

"Dia Mama juga untukmu."

"Ah, diskusi ini sungguh tidak penting." Imelda mengunci gembok pagar rumahnya. Diikuti Sean yang membuntutinya. "Kau nih kenapa sih? Kau ini sakit kalau tidak menggangguku, Sean?"

"Ayo masuk ke mobil," kata Sean tidak menggubris kalimat sinis dari mantan istrinya.

"Aku tidak mau," jawab Imelda terus berjalan.

"Babe-Mel! Aku berusaha untuk memperbaiki hubungan kita. Hanya karena kita cerai, kita tidak harus musuhan, iya kan?"

"Tidak musuhan bukan berarti harus berdekatan seperti ini."

"Mel, aku tidak tenang dengan sikapmu yang dingin padaku. Aku jadi susah tidur karena kau belum maafkan aku."

Imelda menghentikan langkahnya. Dia menatap Sean disertai pandangan jengkel. "Apa urusanku kau tidak tenang? Apa urusanku kau jadi susah tidur? Kau bukan siapa-siapaku. Aku tidak peduli denganmu. Jadi sekarang enyahlah!"

"Setidaknya pergilah bersamaku ke rumah Mama."

"Tidak."

"Mel!"

"Kenapa kau tetap memaksa? Tidakkah kau pikir untuk menghargai jawabanku? Oh! Tentu kau tidak bisa melakukannya, sebab kau memang tidak pernah! Sejak dulu sampai detik ini pun aku selalu ikut dengan kata-katamu. Mungkin ketidaktenanganmu dan ketidakbisaan tidurmu itu terjadi karena kau gelisah. Ya, gelisah! Kau gelisah karena anjing yang biasa menurutimu tidak ada di dekatmu."

"Kau tahu betul aku tidak menganggapmu sebagai anjing atau hewan peliharaan, Mel," jawab Sean getir.

"Aku merasanya begitu! Saat aku jadi istrimu, aku datang setiap kau panggil aku. Aku senang setiap kau menyentuhku. Aku mengikuti apa yang kau perintahkan padaku. Apa menurutmu aku bukan anjingmu, Sean?"

Come Back, Baby #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang