4 - Aku marah sekali padamu, Baby

359 71 15
                                    

Suara tangisan Kai membangunkan Imelda. Dia berlari masuk ke kamar anak itu, lalu duduk di dekat Kai. "Kenapa, Sayang? Kau sakit?"

"Mama! Mama tidak sadar, dari tadi mati lampu? Kai kepanasan! Mana banyak nyamuk!"

"Oh... ya.. Mama tadi pulas sekali. Kai, sudah jangan menangis. Nanti didengar tetangga."

"Kai tidak bisa tidur, Mama."

Imelda berjalan mendekati jendela. Dilihatnya suasana di luar. Rumah-rumah di sekitarnya juga mengalami pemadaman lampu.

Dia kembali lagi duduk di tepi tempat tidur anaknya. "Sayang, yang lain juga kepanasan, tapi mereka bisa kok tidur. Kai juga tidur ya. Setelah ini Mama cari obat nyamuk."

"Obat nyamuk? Sejak kapan kita pakai itu? Selama tinggal di rumah Papa, mana pernah kita kepanasaran dan diserang nyamuk? Hu... Kai ingin pulang."

"Kai, ini tempat tinggal Kai. Kai sama Mama. Sudah ya, Nak, kita bersyukur saja dengan keadaan kita."

"Apa yang mau disyukuri? Di sini rumahnya kecil. Tidak ada mainan. Mati lampu juga, lagi! Iih.. Kai sebal!"

"Kai! Mama tidak suka anak Mama menjadi sombong seperti itu. Sekarang coba tidurlah."

"Tapi, Ma..." Anak itu masih mendumal. "Kai..."

"Tidur Mama bilang!"

"Iya iya."

Imelda tahu tidak mudah bagi anak itu beradaptasi, apalagi sejak lahir hidupnya enak, tapi mau bagaimana lagi? Hanya ini pilihan anak itu jika dia ingin bersama ibunya, atau tidak-ini bukan pilihan anak itu, ini pilihan Imelda. Dia yang memilih agar tinggal di sana bersama anaknya. Dia yang membuat anaknya mengeluh seperti itu, sementara Kai sebenarnya bisa memilih untuk tidak bersamanya.

Kai bersama Sean? Pria hidung belang itu? Oh, membayangkannya saja Imelda gemetar. Dia tidak mungkin membiarkan anaknya tinggal bersama ayahnya. Dia takut Kai tak akan jauh beda dari ayahnya. Pengkhianat dan tidak punya perasaan.

Imelda keluar kamar Kai, mengambil lotion anti nyamuk dari lemari, kemudian mengoleskannya pada tubuh anaknya. Terlihat sekali walau anak itu sudah tidur, tapi dia tidak pulas. Dahinya saja mengkerut seakan menunjukkan mimpinya buruk malam itu.

"Maafkan Mama ya, Sayang," bisik Imelda menyesal. "Mama akan cari tempat tinggal yang lebih layak untukmu, Nak, asal Kai terus sama Mama. Mama juga sedih melihat Kai tidak bahagia seperti ini."

Padahal dulu niatku menikah dengan Sean karena aku tidak mau aku dan keturunanku hidup susah, pikir Imelda getir. Ya aku memang mencintainya-dulu-tapi pertimbangan lainnya adalah kondisi finansial Sean yang jauh lebih baik daripada aku. Aku begitu naif, berpikir dia orang kaya dengan hati yang baik. Mana kutahu dia akan menjadi peselingkuh seperti itu.

*

Masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa lalu.

"Ben! Tadi setelah sidang skripsi, Sean memintaku untuk menikah dengannya. Lihat deh. Bagus ya cincinnya?" Imelda menunjukkan cincin yang bersemat di jari manisnya. "Oh.. aku tak sabar untuk menikah."

Come Back, Baby #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang