3 - Dengan siapa kau tadi?

316 71 10
                                    

"Aku pakai baju apa ya?" gumam Imelda, memandang baju-baju yang ada di dalam lemarinya. Semuanya mahal dan bermerk, karena dia membelinya saat dia masih jadi istri Sean dan pria itu sangat memperhatikan penampilannya. Pria itu pernah bilang, istri mencerminkan isi dompet suami. Jika istri tampil modis, tentu dibalut barang-barang mewah, orang-orang dapat menilai bahwa suaminya pastilah kaya. Namun bila sebaliknya, istri terlihat lusuh dan sederhana, maka suaminya tidak kaya-kaya amat, atau tidak kaya sama sekali.

Ah, sekarang penampilan tidak penting! Imelda memilih untuk memakai kemeja dan celana jeans serta sepatu kets. Hari itu selama Kai bersama ayahnya, dia pergi ke kedai kopi milik Ben, teman kuliahnya di Fakultas Ekonomi dulu.

"Kau! Akhirnya bisa melihatmu juga!" Kedua mata Ben terbuka lebar. Dia terlihat antusias melihat Imelda. "Mana Sean?"

"Oh, aku dan dia sudah berpisah," sahut Imelda tenang. "Ben, aku... Ah gimana aku ngomongnya ya.."

"Ah kau ini! Seperti sama siapa saja. Apa? Katakan padaku!"

"Aku tahu setelah menikah dengan Sean, aku jarang bertemu teman-teman kampus. Aku dan Sean sudah berpisah, dan aku butuh pekerjaan. Kedai milikmu ini apa butuh tenaga pencuci piring? Atau apapun? Oh.. maaf aku tidak tahu malu sekali. Sebaiknya aku pulang."

"Wait wait! Kau dan Sean berpisah?" tanya Ben tak percaya. "Kau dan Sean?! Kalian kan dulu seperti prangko. Nempel terus. Tidak berpisah-pisah! Maksudmu berpisah ini... bercerai, kan?"

Imelda mengangguk.

"Why?"

"Ya pada perjalanannya dia berubah, dan aku tidak bisa menerima perubahan itu," kata Imelda, tidak mengungkap aib rumah tangganya. "Begitulah, Ben. Sekarang, aku hidup bersama anakku, ya memang Sean memberikan uang tapi itu untuk anakku. Aku butuh pekerjaan."

"Tapi kalau kau ingin jadi tukang cuci piring, maaf, tidak bisa! Sudah ada yang melakukannya. Kalau mau sih..."

"Apa?"

"Kau dulu kan suka masak. Ya ya ya.. aku ingat, menjelang ujian, kau selalu jual makanan yang kau masak sendiri. Ya makaroni, spaghetti... apa lagi tuh. Nah kenapa kau tidak ikut training untuk masak saja?"

"Ah, tapi itu dulu kan... I mean, come on. Targetnya kan anak kuliahan, ya kualitasnya tidak bisa disamakan dengan restoran."

"Bisa saja kalau kau mau belajar."

"Iya sih, Ben."

"Mel, Mel. Apa yang terjadi padamu? Bukankah Sean sangat menyayangimu? Bahkan kalian menikah sebelum wisuda."

"Ya... yang sudah kubilang, dia berubah. Itu saja."

"Poor Mel. Ya sudah. Kapan kau ingin ikut pelatihan masaknya?"

"Sepertinya serius sekali, sementara aku belum tahu apakah passion-ku di masak."

"Ya sudah. Hanya itu bantuan yang bisa kutawarkan."

"Ben."

"Hm?"

"Bagaimana kau bisa menawarkan bantuan padahal kau saja sudah lama sekali tidak makan masakan buatanku?"

"Hm iya juga ya. Sini ikut ke dapur."

*

"Gimana?" tanya Imelda gelisah. Dilihatnya pria itu memasukkan steak ke dalam mulutnya.

Ben tidak langsung menjawab. Dikunyah-kunyahnya dulu steak itu. "Hm... Bumbunya kurang, tapi tak apa, kau masih bisa latihan. Ini semua soal jam terbang."

Come Back, Baby #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang