Jalanan ibukota pada larut malam terasa lowong. Tentu saja, manusia normal di jam seperti ini pasti tengah berada di rumah masing-masing dan tidur dengan nyaman di bawah selimut. Namun hal itu tidak berlaku bagi Sakura atau lebih tepatnya Haruno Sakura, seorang dokter bedah umum di salah satu rumah sakit ternama di Tokyo. Semua ini berawalan dari panggilan dadakan dari IGD yang membuat ia harus melangsungkan operasi darurat dan berakhir membuatnya pulang larut malam.
"Benar-benar keterlaluan, mereka membuatku bekerja sekeras ini," ucap wanita dengan nama Sakura itu, mengusap lehernya sendiri menggunakan tangan kirinya di saat tangan kanannya setia memegang setir mobil.
Tidak bisa dipungkiri Sakura merasa amat lelah sampai ia terpikir untuk memutar musik, sekedar untuk merilekskan tubuhnya di sepanjang perjalanannya menuju rumahnya. Saat musik menyala, hujan juga menguyur kota Tokyo dengan sangat deras dan mulai mengaburkan sedikit pandangannya sampai sebuah cahaya terang menyorotinya.
Sebuah truk melaju ke arah mobil Sakura dari sebuah jalanan turunan membuat Sakura terkejut bukan kepalang. Saat Sakura berusaha membanting setir mobilnya guna mengelak truk itu, semuanya sudah terlambat karena mobil itu menghantam mobilnya cukup keras. Kantong udara pada setir mengembang, mobil yang Sakura tumpangi berputar berkali-kali dan hancur lebur.
Tubuh Sakura terkulai lemas, sekujur tubuhnya penuh luka dan semua rasa sakit itu terasa amat menyakitkan namun ia tidak berteriak sama sekali. Tubuh mungilnya terasa remuk dan bibirnya terasa keluh. Emerald hijau teduhnya mulai mengabur, menatap tangannya yang terkulai lemas penuh darah sampai secara perlahan ia kehilangan pandangannya. Namun disaat emerald hijau itu menutup, bulan di malam itu bersinar terang
Berbagai macam ingatan mulai membanjiri benak Sakura, ia seperti terperangkap dalam cangkang telur yang terasa hangat. Sakura bisa mengingat semuanya, semua momen membahagiakan yang ia lalui selama ini seperti ulang tahun pertamanya atau saat ia akhirnya lulus dari sekolah kedokterannya. Melihat semua momen bahagia itu Sakura tersenyum, meneteskan air matanya dan berpikir mungkin ini adalah akhirnya.
Di hidup yang panjang ini, Sakura tidak menyesali apapun karena ia sudah melakukan semua yang terbaik namun ia jadi terpikirkan bagaimana keluarganya tanpanya? Siapa yang akan mengingatkan ayahnya untuk makan obat lambungnya? Siapa yang akan mencicipi hidangan ibunya sebelum disajikan? Lalu, apakah ia tidak akan pernah melihat kakak bodohnya menikah?
'Aku ingin kembali kepada Ayah, Ibu dan Kak Sasori. Aku... ingin melakukan lebih banyak hal bersama mereka. Aku, ingin memeluk Ayah, Ibu dan Kak Sasori sekali lagi.'
"Haaaa.....!!" Nafas Sakura tersengal-sengal, ia merasa seperti tubuhnya baru saja melayang dan kembali di tempatnya. Jantungnya berdebar kencang, ini sesuatu yang tidak normal sampai ia mencengkram dadanya.
"Apa aku kembali hidup?" gumam Sakura pelan, menatap kedua tangannya namun ia merasa begitu bingung, tak ada luka di tubuhnya.
"Kau benar-benar melewati batasanmu Selir Haruno." Kata-kata yang terdengar dingin itu tiba-tiba terdengar tak ayal membuat Sakura menegakkan kepalanya, melihat seorang pria berwajah dingin yang menatapnya dengan benci namun pakaiannya lebih menarik perhatian Sakura.
"Apa ini semacam rumah sakit dengan tema tradisional?" gumam Sakura penuh tanya, segera menundukkan kepalanya dan menyadari jika dirinya juga mengenakan pakaian tradisional.
"Sudah menerobos masuk ke dalam kamar tidurku, sekarang kau bahkan mengabaikan ucapanku? Kau benar-benar ingin dihukum mati sepertinya Selir Haruno," ucap pria itu dengan decakan pelan, mencengkram erat pipi Sakura namun Sakura malah memajukan bibirnya sampai ia terlihat seperti ikan buntal.
Dengan tangan mungilnya Sakura menepuk-nepuk pelan lengan pria itu, cukup untuk membuat pria itu mengerenyitkan keningnya, ia benar-benar tidak mengerti apa yang tengah dilakukan oleh wanita yang baru saja ia nikahi itu.
"Ugh!! Anda benar-benar tidak sopan!! Jika Anda bekerja seperti ini, tidak akan sampai satu tahun Anda akan dipecat!!" tuduh Sakura tepat setelah pria itu melepaskan cengkeramannya.
Air muka pria itu seketika semakin aneh, ia tak paham apa yang sebenarnya dikatakan oleh wanita merah muda dengan pipi bulat seperti ikan buntal itu. Dipecat? Memangnya siapa yang bisa memecat seorang kaisar? Ia memegang otoritas paling tinggi di negeri ini.
"Ah tidak, panggilkan aku dokter penanggung jawabnya sekarang juga!!" ucap Sakura dengan tegas, melipat tangannya di depan dada saat bola mata emerald hijaunya itu menatap tajam bola mata onyx hitam kelam pria itu sengit, tak gentar barang sedikitpun padahal pria itu menatapnya dengan tatapan mengerikan.
Butuh waktu lebih dari lima menit keduanya beradu pandangan sampai akhirnya pria itu menarik nafasnya dalam-dalam, mengangkat ujung baju Sakura dan mengangkatnya seperti kucing lalu melemparkannya ke luar ruangan itu.
"Hei!! Sialan!! Berani-beraninya kau begitu pada pasien!! Hei, brengsek!!" teriak Sakura kesal sendiri karena diperlakukan tidak sopan. Namun tindakannya itu tidak hanya sampai disitu saja, ia juga sampai menendang pintu berulang kali, menunjukkan ketidaksenangannya.
"Aduhh Nona, hentikan. Bukankah saya sudah bilang, Yang Mulia Kaisar itu mengerikan bagaimana bisa Nona menerobos masuk ke dalam? Bisa keluar hidup-hidup saja sudah sangat luar biasa!!" ucap seorang wanita dengan panik, berusaha untuk menghentikan tindakan Sakura yang menendang pintu.
"Kau bicara dengan siapa?" tanya Sakura kebingungan.
"Ya?" sahut wanita yang balik kebingungan.
Dengan satu kerutan kening, Sakura menunjuk dirinya sendiri. "Kau bicara denganku?"
"Tentu saja Nona!! Memangnya saya bicara dengan siapa lagi? Hanya ada kita berdua di sini. Lalu, siapa lagi yang bisa saya panggil Nona selain Nona? Tentu saja itu hanya Nona," ucap wanita itu membuat Sakura yang mendengarnya malah semakin bingung.
"Apa kita saling kenal?" tanya Sakura dengan bingung, memiringkan kepalanya sembari menyipitkan matanya. Sakura berusaha mengingat, apakah ia pernah bertemu dengan wanita itu atau tidak. Namun sepanjang ingatannya, ia benar-benar merasa tidak pernah bertemu wanita itu.
"Nona? Apa yang terjadi? Apa Yang Mulia memukul Anda sampai otak Anda bermasalah?!" pekik wanita itu mencengkram kepala Sakura, mulai memeriksanya sampai membuat Sakura tidak nyaman dan mendorongnya.
"Aduhh sebenarnya ada apa? Aku benar-benar tidak mengerti," ucap Sakura frustrasi sendiri, ia benar-benar tidak bisa memahami konsep rumah sakit tradisional itu.
"Nona!!" Wanita itu tiba-tiba berteriak dan menangis membuat Sakura jadi kebingungan, ia tidak mengerti mengapa wanita itu tiba-tiba menangis. Dalam situasi yang membingungkan itu ia tak menemukan satu orang pun untuk meminta bantuan karena itu ia semakin panik.
"Huahhhh.... Yang Mulia pasti sudah memukul kepala Nona sampai otak Nona bermasalah padahal saya sudah melarang Nona memasuki kamar Yang Mulia. Bagaimana ini?" teriaknya menangis kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysteries of the Moonlight
FanfictionDokter muda berbakat, Sakura terpaksa pulang larut malam karena operasi darurat di rumah sakit. Berpikir untuk segera menjumpai kasur di rumahnya Sakura justru secara mengenaskan terlibat dalam kecelakaan yang merenggut nyawanya. Saat bulan bersinar...