Hari perlombaan berburu tiba, suasana di lapangan penuh dengan kegembiraan dan antusiasme. Para tuan muda dan nona-nona dari berbagai wilayah berkumpul, memenuhi lapangan dengan busana yang indah dan wajah penuh semangat. Di sekitar lapangan, pasukan bersenjata berdiri tegak, siap menjaga keamanan acara tersebut.
Kuda-kuda perkasa dipersiapkan untuk perlombaan, sementara pemburu terampil memeriksa senjata mereka dengan cermat. Cahaya matahari pagi memantulkan keindahan alam sekitar, menambahkan sentuhan magis pada acara yang akan dimulai sebentar lagi. Semangat perlombaan berburu terasa begitu kental di udara, dan semua orang siap untuk menunjukkan keahlian mereka dalam mengejar mangsa dan memenangkan penghargaan yang bergengsi.
Karin, Ino, dan Hinata dengan riangnya mengelilingi Sasuke seperti kumpulan lalat di mata Sakura, memberinya nasihat dan dukungan untuk memastikan kemenangan pria bergelar kaisar itu. Sasuke yang merupakan seorang Kaisar sebenarnya tidak perlu ikut serta namun ia tetap ingin ikut serta, menunjukkan keahliannya dalam hal berburu.
Perlombaan pun dimulai, dengan peserta yang memacu kuda mereka melintasi padang rumput yang luas, membidik target-target yang tersebar di sekitar hutan. Suasana riuh rendah dan semangat bertarung terasa begitu kental di udara. Namun, semakin lama perlombaan berlangsung, semakin Sakura merasa bosan, duduk di sebuah kursi sepanjang waktu. Saat Tenten pergi untuk mengambil minuman, Sakura melihat kesempatan untuk menyegarkan pikirannya dengan berjalan-jalan ke area hutan yang teduh.
Aktifitas menyegarkan pikiran Sakura tiba-tiba terganggu saat terdengar suara berisik dari semak-semak. Sakura menjadi waspada, dan tanpa diduga, sebuah anak panah tiba-tiba melesat ke arahnya. Dengan refleks yang cepat, Sakura berhasil menghindar. Tetapi, kejadian ini mengungkapkan kehadiran empat orang berbaju hitam yang muncul dari balik semak-semak, mengenakan masker menutupi wajah mereka. Sakura segera menyadari bahaya dan mulai berlari, dikejar oleh keempat orang itu.
"Sialan!! Kenapa aku juga harus ikut dalam drama percobaan bunuh diri!!" teriak Sakura dengan suara yang penuh dengan kekesalan, menciptakan kebisingan yang terdengar di tengah hutan yang sunyi sementara kakinya terus berlari tanpa henti, mencari celah untuk menyelamatkan diri dari bahaya yang mengintai di sekelilingnya.
Dengan hati yang berdebar kencang dan napas yang tersengal-sengal, Sakura tiba-tiba terdiam saat mencapai ujung jalan yang buntu. Di depannya, hanya ada tebing curam yang menakutkan, dengan sungai yang mengalir deras di bawahnya. Sakura merasa ketakutan, dan dengan perlahan ia membalikkan tubuhnya sementara langkah-langkah para pembunuh itu semakin mendekat, mengurung Sakura dalam keadaan yang semakin terjepit.
"Hahaha." Sakura tertawa canggung. "Tunggu sebentar kakak-kakak sekalian, bagaimana jika kita bicarakan baik-baik? Membunuh orang itu tidak baik."
Di tengah-tengah situasi yang semakin genting, tiba-tiba Sasuke muncul, menyergap para pembunuh tersebut dengan kecepatan yang mematikan. Namun sialnya Sakura sudah berdiri di ujung tebing, keseimbangannya sedikit tergoyahkan namun cukup membuat ia terhempas ke belakang.
"Selir Haruno!!" Sasuke berteriak memanggil namanya, bergegas berlari ke arahnya namun Sasuke sudah terlambat, ia tak bisa menyelamatkan Sakura atau bahkan dirinya sendiri. Keduanya jatuh dari tebing itu dan Sasuke segera memeluk Sakura agar tubuhnya tidak begitu sakit saat jatuh.
Tubuh Sasuke dan Sakura terhempas jatuh ke dalam sungai yang deras, di tengah gemuruh air yang memekakkan telinga. Meskipun berusaha bertahan, keduanya secara perlahan kehilangan kesadaran, terseret oleh arus sungai yang ganas, menjauh dari tepian yang terlihat semakin jauh dan kabur. Saat tersadar, Sasuke mendapati dirinya dan Sakura berada di tepi sungai yang tak dikenalnya. Dengan langkah cepat, ia mendekati Sakura yang masih terbaring di tanah, khawatir melihat kondisinya.
"Selir Haruno, Selir Haruno," panggil Sasuke berulang kali, menepuk pelan pipi Sakura beberapa kali. Pada kesempatan ini, Sasuke merasakan kecemasan yang tak bisa ia deskripsi lewat kata-kata melihat kondisi selirnya itu.
Tak lama berselang Sakura sadarkan diri dan segera terbatuk-batuk. Sasuke dengan sigap kemudian membantu Sakura untuk duduk sembari menepuk-nepuk pelan punggungnya, berusaha membantu wanita itu yang sedang batuk.
"Ini dimana?" ucap Sakura saat ia selesai batuk, mengedarkan pandangannya dan mendapati dirinya berada di tempat asing. Sakura merasa takut karena hari sudah malam.
"Tepian sungai, tadi kita jatuh dari tebing," terang Sasuke yang kemudian segera mengedarkan pandangannya, mencari tempat dimana dirinya bisa berteduh bersama Sakura karena mencari jalan kembali ke tenda perlombaan akan sangat berbahaya di malam hari.
Sasuke melihat sebuah gua yang terbuka di samping sungai, dan tanpa ragu-ragu, ia segera menggendong Sakura yang terkejut oleh tindakannya. "Apa yang kau lakukan?"
"Aku akan membawamu ke gua, kita istirahat dulu malam ini," ucap Sasuke dengan serius sambil berjalan sementara Sakura membulatkan bibirnya, mulai merasakan kehangatan tubuh Sasuke sementara mata mereka saling bertemu dalam kegelapan malam yang menyelimuti mereka. Rasanya, di dalam pelukan Sasuke, Sakura merasa sedikit lebih aman meskipun kegelapan dan ketidakpastian masih menyelimuti pikirannya.
Setelah tiba di gua, Sasuke menurunkan Sakura di dalam sana lalu meninggalkannya dengan hati-hati. Langkahnya mantap menyusuri lorong-lorong gua, mencari kayu-kayu kering yang dapat digunakan untuk membuat api unggun. Sementara itu, Sakura duduk sendirian di dalam kegelapan gua, merasakan kedinginan menusuk tulang. Bayang-bayang di dinding gua terlihat menakutkan, membuatnya merasa semakin terisolasi. Namun, ketika Sasuke kembali, ia merasa lega.
Sasuke segera memperhatikan kondisi Sakura yang kedinginan dan tanpa banyak bicara, ia segera memulai pekerjaannya. Dengan cermat, Sasuke menumpuk kayu-kayu kering di tengah gua dan mulai menggosok dua batang kayu untuk menghasilkan percikan api. Percikan api pertama tercipta, lalu berubah menjadi nyala api yang kecil. Sasuke menyulut api tersebut dengan hati-hati, dan segera api unggun berkobar, menyebarkan cahaya dan kehangatan di sekitar gua yang gelap. Sinarnya menari-nari di dinding-dinding gua, menciptakan suasana yang sedikit lebih nyaman bagi Sakura.
"Lepaskan pakaianmu," ucap Sasuke datar namun pernyataannya menimbulkan reaksi yang tidak diharapkannya.
"Apa yang mau kau lakukan?!" pekik Sakura, memeluk dirinya sendiri dengan rasa malu. "Dasar mesum."
Sebuah perempatan siku muncul di kening Sasuke, menandakan bahwa ia sedang berusaha mengendalikan emosinya. "Sebenarnya apa yang kau pikirkan? Lepaskan pakaianmu untuk dikeringkan. Jika tidur dengan baju basah seperti itu, kau bisa sakit."
"Tapi tetap saja, kau menyuruhku telanjang?! Dasar buaya darat mesum!!" teriak Sakura membuat Sasuke semakin tertekan. Hati Sasuke berdegup kencang, berusaha mengendalikan amarahnya karena Sakura benar-benar menguji kesabarannya.
Dengan gerakan yang gesit, Sasuke melemparkan jubah basahnya ke arah Sakura, bermaksud menyuruh wanita itu untuk mengenakannya sebagai perlindungan dan melepaskan pakaiannya. Sakura, yang paham akan maksud Sasuke, segera memberikan peringatan. "Jangan mengintip, berbalik!!"
Sasuke dengan helaan nafas kasar pun berbalik hingga ia sadar akan sesuatu. "Tunggu sebentar, bukannya dia istriku? Apa salahnya melihat tubuh istri sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysteries of the Moonlight
Fiksi PenggemarDokter muda berbakat, Sakura terpaksa pulang larut malam karena operasi darurat di rumah sakit. Berpikir untuk segera menjumpai kasur di rumahnya Sakura justru secara mengenaskan terlibat dalam kecelakaan yang merenggut nyawanya. Saat bulan bersinar...