Chapter 04 : Stupid Actions in Order to Die

729 114 4
                                    

Desas-desus tentang tingkah laku Sakura telah menjalar dengan cepat di seluruh penjuru istana kekaisaran, menjadikannya sebagai pembicaraan hangat yang tak terhindarkan. Meskipun pada hakikatnya, daya tarik Selir dengan rambut merah muda itu telah mencuri perhatian para selir lain sejak momen nekatnya memasuki kamar tidur Kaisar pada malam pengantin mereka. Keberanian yang menyertainya, tanpa keraguan atau celaan, telah meninggalkan jejak dalam ingatan mereka yang mendengar kejadian itu.

Namun, saat ini, hal-hal telah berubah drastis. Perilaku Sakura yang terus-menerus mencari mati, berakhir dengan dia dikurung oleh sang Kaisar, telah menjadi bahan olok-olok dan rahasia yang tidak terbantahkan lagi. Kegilaan yang mengitarinya telah menimbulkan pertanyaan, keraguan, bahkan ketakutan di kalangan istana.

Tak terhindarkan, para selir kaisar berkumpul secara diam-diam, merajut intrik dan menggosip di antara sorotan sinar matahari yang menyelinap ke dalam gazebo kayu. Mereka minum teh dengan gerakan yang hati-hati, sambil merencanakan langkah-langkah berikutnya dalam drama rumah tangga Kaisar Uchiha Sasuke. Meskipun Sakura adalah Selir keempat, kehadirannya telah menciptakan gelombang yang mengguncang dasar-dasar kekuasaan di istana, dan tidak ada yang bisa menahan diri untuk tidak membicarakannya.

"Selir Haruno sepertinya memang orang yang berani, seperti ayahnya," tukas seorang wanita dengan rambut merah saat ia meletakkan cangkir tehnya, mengedarkan pandangannya ke arah dua selir lainnya. Wanita dengan bentuk wajah yang cukup sensual itu tersenyum kecil, begitu senang untuk mengungkit apa yang sudah dilakukan oleh keluarga Sakura.

Haruno Sakura pada dasarnya merupakan seorang putri dari kerajaan kecil bernama Okiya di bagian barat Kekaisaran Himura. Awalnya Kerajaan Okiya dan Kekaisaran Himura berhubungan baik meskipun Kerajaan Okiya hanyalah kerajaan kecil. Namun saat wabah mengerikan mulai menyebar secara luas di Kerajaan Okiya, Kekaisaran Himura angkat tangan, tak datang membantu karena badai mengerikan yang membuat Kekaisaran Himura kesulitan mengirimkan obat-obatan ke Kerajaan Okiya.

Perasaan dikhianati saat kerajaannya berada di titik terendah membuat Ayah Sakura, Haruno Kizashi murka dan memulai skema licik untuk menghancurkan dinasti kepempimpinan Uchiha Sasuke. Namun sayangnya Kizashi terlalu memandang tinggi dirinya sendiri karena upayanya tersebut gagal, ia dibunuh oleh Sasuke bersama istrinya, menyisakan satu-satunya putri mereka untuk hidup.

Kerajaan Okiya runtuh karena kekalahan perang dan Sakura diseret ke penjara bawah tanah kekaisaran Himura. Sakura yang pada dasarnya keras kepala dan pantang menyerah tak sudi untuk tunduk kepada tiran kejam seperti Sasuke. Di hari dimana pria itu mengunjunginya, Sakura bahkan meludahi wajahnya namun siapa sangka keberaniannya itu membuat Sasuke geram dan menyeretnya dalam pernikahan yang tak diinginkan.

"Padahal sudah bagus ia membusuk di penjara bawah tanah," timpal seorang wanita dengan rambut pirang panjang dengan senyuman tenangnya, cukup untuk membuat wanita dengan helaian merah yang mengawali topik pembicaraan itu tersenyum miring.

Bola mata ruby yang memikat dari wanita berambut merah itu meluncur perlahan, mengunci pandangannya pada sosok wanita berambut indigo yang sebelumnya hanya diam. "Sepertinya ada yang mengganggu Selir Hyuga, bukankah begitu, Selir Yamanaka?"

"Selir Hyuga kau terlalu lembut hati, tak heran kau mendapatkan banyak perhatian dari Yang Mulia," singgung wanita dengan marga Yamanaka itu atau lebih tepatnya Yamanaka Ino, mengulirkan pandangan sinisnya ke arah wanita dengan nama lengkap Hyuga Hinata itu.

"Ah tidak, aku baik-baik saja Selir Uzumaki, Selir Yamanaka," sahutnya dengan suara yang lembut, membiarkan getaran kecemasan terdengar di setiap kata yang dilontarkan. Meskipun begitu, dibalik kerendahan hatinya, tersembunyi lapisan-lapisan misteri dan keteguhan yang hanya sedikit terungkap dalam pandangan matanya yang dalam.

Yamanaka Ino, selir kedua sang kaisar, menatap sinis wajah lembut dan tak bersalah milik Hinata. Baginya, wanita indigo itu termasuk dalam kategori orang yang menyebalkan. Sejak langkah pertamanya di istana kekaisaran, Hinata telah berhasil merebut banyak perhatian sang kaisar, menyebabkan rasa frustrasi yang tak terbendung dalam diri Ino. Ia sadar bahwa ia berada dalam situasi yang tidak menguntungkan, terjepit di antara dua wanita yang menakutkan baginya.

Hinata, yang telah menjadi kesayangan kaisar, dan Uzumaki Karin, selir pertama sang kaisar, yang seolah-olah memegang kekuasaan tertinggi di istana karena statusnya sebagai kakak perempuan dari jenderal besar kebanggaan Kekaisaran Himura, Uzumaki Naruto.

Membicarakan Uzumaki Naruto, Ino tiba-tiba teringat akan sesuatu dan keinginan untuk bertanya langsung meloncat di dalam pikirannya. "Selir Uzumaki, aku mendengar bahwa Jenderal Uzumaki akan segera kembali setelah memenangkan peperangan."

"Benar, Selir Yamanaka," ucap Karin dengan wajah yang tenang. Meskipun begitu, dibalik keremangan ekspresinya, bola mata ruby itu menajam, seolah-olah menunjukkan otoritasnya yang tak terbantahkan, serta kenyataan bahwa otoritasnya akan semakin kuat jika sang adik kembali.

Disela-sela percakapan yang penuh kepalsuan dengan menyimpan niat-niat terselebung itu, Tenten yang sendari tadi tidak sengaja menguping bergegas pergi. Ekspresi wajahnya tampak tak senang, ia tentunya kesal mendapati sang nona terus-terusan dihina oleh orang-orang. Wajah tak senangnya itu pun bertahan sampai ia kembali ke paviliun Sakura.

"Ada apa dengan wajahmu?" tanya Sakura yang segera membalikkan tubuhnya, memposisikan tubuhnya yang sebelumnya terlentang di atas kasur menjadi tengkurap di atas kasur. Bola mata emerald hijaunya yang teduh seperti lautan pohon pinus itu memandangi wajah tak senang Tenten.

"Benar-benar, para selir itu mengolok-olok Nona sepanjang waktu," ucap Tenten yang kesal sendiri disaat Sakura hanya membulatkan bibirnya usai mendengarnya, tak begitu peduli akan hal-hal yang seperti itu.

"Nona, sebaiknya Nona melakukan sesuatu. Terus seperti ini bukannya tidak baik," ucap Tenten setengah frustrasi, menatap sang nona yang setia bersama kasurnya itu.

Beberapa hari telah berlalu sejak Sakura dilarang meninggalkan paviliunnya, dan selama itu pula ia hanya berguling-guling saja. Sejatinya, Sakura menikmati kegiatan bermalas-malasannya, namun di tengah-tengah keasyikan itu, pikirannya tetap sibuk mencari cara untuk kembali ke dunianya yang sebenarnya.

"Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana cara kerjanya," ucap Sakura dengan helaan nafas panjangnya, sudah amat pusing memikirkan bagaimana dirinya bisa berakhir di dunia tak jelas ini. Namun Sakura juga tahu pasti, dia di dunia aslinya pasti tengah berada dalam kondisi koma.

"Nona sebenarnya apa yang Nona pikirkan? Seharusnya Nona memikirkan bagaimana nasib kita jika Jenderal Uzumaki itu kembali. Dia sangat mengerikan Nona, rumornya ia bahkan tidak bisa merasakan rasa sakit. Kulitnya pernah terbelah oleh pedang tapi ia tidak merasa sakit. Ia mengerikan sekali Nona, pasti ia adalah monster. Bagaimana jika ia melakukan sesuatu kepada kita Nona?" ucap Tenten panjang lebar, setengah merengek sembari menyentuh lehernya sendiri, membayangkan bagaimana lehernya akan berpisah dengan kepalanya.

"Eh tunggu sebentar," ucap Sakura yang tersadar akan sesuatu, "kau bilang dia tidak bisa merasakan rasa sakit? Jenderal Uzumaki ini sepertinya... aku menemukan pasien!!"

"Hah?" sahut Tenten kebingungan.

"Yang Mulia Kaisar tiba!!" Suara lantang tiba-tiba terdengar, menyuarakan kedatangan kaisar yang membuat Tenten panik, buru-buru membantu Sakura yang terlalu malas untuk bangkit dari tempat tidurnya.

Mysteries of the MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang