Setelah beberapa jam berlalu di malam yang semakin larut, Sakura menyadari bahwa pakaiannya yang digantung dekat api telah cukup kering. Raut wajahnya mencerminkan rasa lega ketika ia memutuskan untuk mengenakannya kembali. Namun, pandangannya terhenti pada Sasuke yang tertidur dengan tenang, bertelanjang dada, berseberangan dengan tempatnya berada. Pria itu tampak damai dengan napasnya yang tenang, punggungnya memunggungi Sakura.
Dengan langkah-hati, Sakura mengambil pakaiannya dan berjalan sedikit lebih dalam ke dalam gua untuk mendapatkan privasi. Dengan cepat, ia melepaskan jubah milik Sasuke yang ia kenakan sebelumnya dan menggantinya dengan pakaiannya yang sudah kering. Setelah selesai, Sakura kembali ke tempat semula dan menemukan Sasuke yang tampak kesakitan.
Sakura mendekatinya dengan cepat, matanya terfokus pada lengan kanan Sasuke yang penuh dengan lebam dan luka. Sepertinya, luka itu terjadi saat mereka terhempas ke dalam sungai. "Kenapa kau tidak memberi tahu aku jika kau terluka?"
Di tengah pertanyaan Sakura dengan nada yang campur aduk antara kekhawatiran dan kekesalan, Sasuke mendengus pelan. Meski merasakan rasa sakit, ia mencoba untuk meremehkan luka itu. "Hanya luka kecil."
"Kau ini bodoh," ucap Sakura dengan nada kesal. Ketidaksetujuan langsung terpancar di wajahnya. Namun, tanpa menunggu respons dari Sasuke, Sakura bergegas masuk lebih dalam ke dalam gua membawa kayu sebagai obor.
Setelah menemukan beberapa tanaman obat di dalam sana, Sakura kembali ke tempat api unggun, sibuk meracik obat sebelum akhirnya mulai mengoleskannya ke luka-luka di lengan Sasuke. Dalam cahaya remang-remang api, suasana gua terasa hangat. Sasuke menatap wajah serius Sakura sambil tersenyum kecil, menyimpan kekaguman pada wajah cantik wanita itu.
Wajah Sakura terpancar kecantikan yang tak terbantahkan, seperti lukisan hidup yang diciptakan dengan keanggunan yang tak tertandingi. Rambut merah muda yang lembut mengalir turun dari kepalanya, menambahkan sentuhan kelembutan pada penampilannya. Setiap helai rambutnya tampaknya dipelihara dengan sempurna, mengalir lembut dan berkilau.
Bola mata Sakura, seperti permata yang mengkilap, memancarkan kehangatan dan kedamaian. Warna emerald hijau yang dipersembahkan oleh matanya menambah pesona pada setiap tatapan yang ia lontarkan. Di dalamnya terdapat kedalaman yang menawan, seolah-olah menyimpan rahasia kehidupan yang tak terkira.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Sakura dengan ekspresi garangnya, membuat Sasuke tersadar dari pesona istri keempatnya itu. Sasuke menggelengkan kepalanya sementara Sakura menghembuskan nafasnya dan berusaha menarik diri karena sudah selesai mengobati Sasuke.
Namun saat Sakura hendak menjauh, Sasuke segera menahannya membuat Sakura menatapnya dengan tatapan jengah. "Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku."
Dengan mata yang melihat lurus ke dalam kejauhan, Sakura hanya bisa merespon dengan napas panjang yang pelan. Tangan Sasuke masih menggenggam tangannya, tapi Sakura merasa seolah-olah udara di sekitarnya tiba-tiba berat. Dia ingin mengeluarkan tangannya dari cengkeraman itu, ingin melepaskan diri dari kehadiran Sasuke yang menekan.
"Kau seperti cukup peduli padaku," ucap Sasuke, suaranya penuh dengan nada yang mengindikasikan bahwa ia sudah menyimpulkan sesuatu. Sakura mendengar kata-kata itu dan segera memutar bola matanya dengan jelas, ekspresinya berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang ia ucapkan.
"Cukup peduli? Bukankah itu yang seharusnya dilakukan seseorang saat ada orang lain yang terluka di sekelilingnya?" tanya Sakura, suaranya penuh dengan kejengkelan. Dia merasa tangan Sasuke yang masih menggenggam tangannya, menguatkan rasa tidak nyaman yang memenuhi pikirannya.
"Dengar Uchiha Sasuke, aku tidak gila. Bagaimana aku bisa diam saja jika ada seseorang yang terluka di sekelilingku? Kau pikir aku psikopati?" ucap Sakura, mencerna keadaan dengan frustrasi yang terukir jelas di wajahnya. Dia melontarkan istilah yang mungkin terlalu rumit bagi Sasuke, tapi pada saat itu, dia tidak peduli.
"Psikopat?" tanya Sasuke, matanya menyipit dengan kebingungan, mencoba mencari makna di balik kata yang baru saja diucapkan Sakura.
Sakura menggelengkan kepalanya dengan cuek, merasakan kelelahan yang menyeruak dari tubuhnya. "Sudahlah lupakan saja."
"Kupikir kau membenciku," ucapnya tiba-tiba dengan senyuman tipis disaat tatapannya tetap terpaku pada Sakura, membawa atmosfer mereka ke arah yang lebih gelap dan kompleks.
Sakura membulatkan matanya, tak percaya pada anggapan yang baru saja diungkapkan oleh Sasuke. Baginya, tidak masuk akal untuk membenci pria itu. Meskipun harus diakui, Sasuke bisa menjadi sangat menyebalkan kadang-kadang, dengan sikapnya yang dingin dan sikap acuh tak acuhnya yang kerap membuatnya merasa muak.
Tapi, membenci? Itu adalah kata yang terlalu berat untuk dihubungkan dengan perasaannya terhadap Sasuke. Meski begitu, pandangan Sasuke yang tajam terus menerus menyelidiki setiap celah di dalam dirinya, membuat Sakura merasa seperti ditelusuri setiap pikirannya.
"Berhentilah menatapku, aku tidak membencimu. Buang-buang waktu saja. Memangnya kenapa aku harus membencimu?" ucap Sakura dengan kalimat tanya bernada bosan, menarik tangannya dengan kasar.
Namun, bagi Sasuke, alasan untuk dibenci oleh Sakura bisa sangat banyak. Dia merenung sejenak, melihat jauh ke dalam mata hijau teduh Sakura, dan menyadari betapa berat beban yang dibawanya. Sasuke memalingkan pandangannya sejenak, refleksi tentang masa lalu yang kelam melintas begitu cepat di benaknya. Dia tahu, Sakura bisa membencinya karena begitu banyak kesalahan yang telah dia lakukan.
Ada luka yang mungkin tak kunjung sembuh dalam hidup Sakura karena ia menghancurkan kerajaannya, membawa penderitaan bagi rakyat, bahkan membunuh kedua orangtuanya. Tak hanya itu, Sakura pernah disiksa dan dipenjarakan olehnya, dan yang terakhir, menikahinya secara paksa. Semua itu cukup membuat seseorang membenci tanpa batas.
Tapi, kenyataannya saat ini, Sakura berkata seakan-akan telah melupakan segalanya. Dan hal itu membuat Sasuke merasa gelisah. Ada keanehan dalam sikapnya, seolah-olah Sakura sudah melupakan segalanya dan terlihat seperti berusaha memulai lembaran baru. Sesuatu yang tak pernah ia duga sebelumnya. Atau bisa jadi Sakura kehilangan ingatannya.
"Selir Haruno, apakah kau ingat bagaimana kita akhirnya menikah?" tanya Sasuke pelan membuat tubuh Sakura seketika menegang, dihadapkan oleh pertanyaan yang tidak ia ketahui jawabannya sebab ia menempati tubuhnya yang sekarang tepat di malam pengantin mereka, kisah sebelumnya ia tak begitu tahu.
Sakura berdehem pelan. "Sudahlah, kenapa kau begitu banyak tanya. Sebaiknya kau istirahat agar lukamu segera membaik. Besok kita harus segera kembali."
Setelah mengucapkan kata-katanya dengan keras, Sakura kembali ke tempat semula, menjauh dari Sasuke, dan mencoba untuk tidur. Tetapi, gelisah masih memenuhi pikirannya. Meskipun tubuhnya berbaring dalam keheningan, pikirannya terus-menerus melayang-layang ke masalah yang belum terselesaikan.
Di sisi lain, Sasuke duduk tegak dengan pikiran yang tak kunjung diam. Dia terus memutar kemungkinan-kemungkinan dalam benaknya, terutama tentang kemungkinan Sakura kehilangan ingatannya. Pikirannya terus bergulir ke belakang, mengingat setiap detail dari kehidupan mereka bersama, mencoba mencari tanda-tanda bahwa mungkin Sakura telah kehilangan ingatannya. Tapi, saat ia menatap sosok Sakura yang terbaring di depannya, dia tidak bisa menahan perasaan campur aduk yang terus mengganggunya. Sesuatu yang ia tidak sanggup lupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysteries of the Moonlight
FanficDokter muda berbakat, Sakura terpaksa pulang larut malam karena operasi darurat di rumah sakit. Berpikir untuk segera menjumpai kasur di rumahnya Sakura justru secara mengenaskan terlibat dalam kecelakaan yang merenggut nyawanya. Saat bulan bersinar...