Chapter 03 : Being Between Two Dimensions

1K 145 28
                                    

Saat masih berusia delapan tahun, Sakura pernah pergi berkemah bersama keluarganya. Dalam kesempatan itu ia dan Sasori yang pada saat itu baru berusia tiga belas tahun secara diam-diam memulai aksi penjelajahan. Dengan pengetahuan minim mereka secara nekad menjelajahi hutan dan berakhir nyasar namun karena kejadian itu Sakura belajar sesuatu dari kakaknya, selalu ada jalan jika kita berusaha dan jika sudah berusaha namun masih belum bertemu jalan maka jawabannya adalah membuat jalan itu sendiri.

Setidaknya itu pemikiran sederhana Sakura yang justru menciptakan kehebohan. Berusaha menemukan jalan untuk kembali ke dunianya, Sakura mengumpulkan semua orang pintar, dukun, penyihir, peramal atau manusia-manusia ahli sejenisnya di seluruh penjuru negeri yang berakhir membuat Sang Kaisar menghampirinya karena kehebohan yang dia ciptakan.

"Selir Haruno, kau benar-benar ingin menguji kesabaranku?" tanya Sasuke yang datang dan langsung menghardik setelah ia menerobos pintu, membuat seorang peramal yang hendak menghadap Sakura segera undur diri, pergi keluar dan berkumpul di lorong bersama orang-orang sejenisnya.

"Deng-" Belum sempat rasanya Sakura mengucapkan satu kata saat jantungnya berdegup kencang dan terasa amat sakit membuat ia segera mencengkeramnya erat, merasakan jantungnya yang terasa seperti dipompa secara paksa.

"Selir? Ada apa?" tanya Sasuke yang merasa aneh dengan tingkah selirnya itu terutama karena wanita itu secara tiba-tiba mencengkram dadanya sendiri. Namun tak butuh waktu lama sampai wanita itu ambruk dan hilang kesadarannya membuat Sasuke buru-buru menangkap tubuhnya.

Suara bising orang-orang dan peralatan medis mulai terdengar. Sayup-sayup ia melihat wajah Sang Kakak yang penuh dengan air mata, berteriak memanggil namanya berulang kali dan memintanya untuk bertahan disaat para petugas medis berusaha membawanya keluar dari ruangan itu.

'Kak Saso....,' batin Sakura lemah.

"Sakura!! Tidak, adikku. Kumohon bertahanlah, kumohon. Sakura, berhentilah bercanda, bangun Sakura. Tidak, Kakak mohon bangun. J-jangan pergi!! Jangan tinggalkan Kakak. Sakura!!" teriak Sasori yang berusaha berontak, tak ingin dipisahkan dengan adiknya.

Setetes air mata Sakura keluar dari sudut matanya. Perlahan pandangan Sakura kembali mengabur sampai akhirnya matanya kembali tertutup. Namun tak lama berselang Sakura kembali membuka matanya dan hal pertama yang Sakura lihat adalah wajah khawatir Sasuke yang mengguncangkan tubuhnya.

"Sialan, gara-gara kau!!" teriak Sakura marah, segera menjambak rambut Sasuke dengan modelan bokong ayam itu sekuat tenaga, berusaha menumpahkan amarahnya karena pria itu membangunkannya ia jadi terbangun di dunia ini lagi padahal ia sudah melihat kakaknya.

"Sel-" Sasuke tidak bisa berkata-kata, ia hanya bisa meringis dan merasakan rasa sakit dijambak oleh selirnya itu disaat semua orang panik melihatnya. Namun tidak ada yang tahu harus berbuat apa dalam situasi ini. Tak pernah ada dalam sejarah seorang selir menjambak kaisar.

"Gara-gara kau, gara-gara kau. Hiksss... semua itu gara-gara kau padahal aku sudah melihatnya. A-aku hikss... sudah melihat Kak Sasori...," ucap Sakura dengan tangisnya bersamaan dengan tenaga cengkeramannya yang mengendur sampai ia melepaskan rambut Sasuke.

Kali ini Sasuke dibuat bingung, pria itu jelas ingin marah namun melihat Sakura yang malah menangis ia jadi bingung terlebih tangisan Sakura terdengar begitu pilu. Lalu, yang menjadi pertanyaannya adalah siapa sosok Sasori yang bisa-bisanya ditangisi oleh istrinya itu karena setahunya istrinya itu anak tunggal. Karena itu Sasuke mengambil kesimpulan jika Sasori adalah pria brengsek yang membuat wanita itu enggan menikah dengannya.

"Benar-benar keterlaluan," ucap Sasuke dengan decakan kesalnya, kesal karena istrinya itu bahkan berani menyebut nama pria lain dihadapannya.

Dengan rasa amarah, Sasuke mencengkram kedua pipi Sakura membuat wanita itu menatapnya. Meskipun bola mata emerald hijau itu menampilkan bola mata berkaca-kaca yang tak berhenti meneteskan air mata, Sasuke tetap melayangkan tatapan marah. "Selir Haruno, mulai sekarang kau dilarang keluar kamar. Jangan pernah bermimpi sekalipun untuk mati atau meninggalkanku."

Usai dengan kalimat keputusannya itu, Sasuke menyuruh semua orang pergi meninggalkan kamar selirnya. Bagi Sasuke ini adalah cara terbaik untuk memberikan neraka bagi wanita itu. Jika ia begitu jijik menikah dengannya dan lebih memilih mati maka Sasuke tidak akan memberikannya semudah itu, ia akan membuat wanita itu hidup lama sekali dengan rasa jijik itu dan tidak membiarkan wanita itu meninggalkannya bersama pria bernama Sasori itu.

"Jangan ada yang bicara pada Selir Haruno. Makanan dikirimkan tiga kali sehari," ucap Sasuke yang kemudian melenggangkan kakinya pergi meninggalkan tempat itu, meninggalkan para pelayan dan tabib yang merasa prihatin terhadap nasib selir merah muda itu.

Namun hal itu tidak bertahan lama karena Sakura kembali membuat kehebohan. Berpikir jika ia kembali ke dunianya karena jantungnya berdegup, Sakura berusaha berbagai macam cara untuk meningkatkan denyut jantungnya. Berbagai macam metode dan herba sudah ia coba namun hal itu hanya memperburuk kondisi tubuhnya tak ayal membuat ia serangan jantung. Tabib pun akhirnya terus keluar-masuk ke kamar selir merah muda itu.

Melihat kelakuan selirnya yang begitu ingin mati itu Sasuke semakin emosi. Ini benar-benar penghina terhadap dirinya karena itu ia tak bisa menahannya lagi, menumpahkan semua kekesalan pada meja tak berdosa. "Sialan!! Sebenarnya apa bagusnya pria Sasori itu sampai-sampai dia begitu ingin mati jika tidak bersamanya?!"

Sasuke benar-benar tidak mengerti padahal ia adalah calon suami terbaik yang diinginkan oleh semua wanita di negeri ini. Sejauh ini saja Sasuke sudah punya empat selir termasuk Sakura. Semuanya menyukai, mencintai bahkan memujanya, setidaknya kecuali Sakura karena itu Sasuke benar-benar tidak mengerti, apa yang kurang darinya dan apa lebihnya pria bernama Sasori itu.

"Kakashi," panggil Sasuke dingin.

Pria bernama Kakashi yang dipanggil pun segera berdiri di samping Sasuke, membungkukkan setengah tubuhnya untuk menerima perintah dari pria berkuasa yang dikenal amat kejam itu.

"Temukan pria bernama Sasori itu, bawa dia kemari. Aku akan membunuhnya di depan mata wanita itu," ucap Sasuke yang jatuh pada keputusan kejamnya itu. Ya, setidaknya Sasuke akan menunjukkan pada wanita itu hal apa yang bisa ia lakukan.

"Baik, Yang Mulia," sahut Kakashi dengan patuh dan tak butuh waktu lama sampai ia menghilang bagai bayangan, meninggalkan Sang Kaisar seorang diri di dalam sana.

Sepeninggalan Kakashi, Sasuke bergelut pada pemikirannya yang terbilang rumit. Sasuke berusaha mengali dimana letak kesalahannya hingga Sakura sebegitu tidak menyukainya. Mungkin karena dirinya disiksa selama berhari-hari sebagai tawanan perang? Tapi bukankah harusnya ia bersyukur karena sebagai seorang kaisar, Sasuke sudah berbaik hati untuk menyelamatkan hidupnya bahkan menikahinya.

"Harusnya wanita itu bersyukur padahal ia sudah tidak punya apa-apa," ucap Sasuke geram karena kenyataannya wanita itu memang sudah tidak punya apa-apa. Kedua orangtuanya sudah mati, mati di tangannya sebagai pemberontak kekaisaran.

Mysteries of the MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang