11

39 27 2
                                    

Happy reading

*****

Matahari tampak malu-malu menunjukkan wujudnya. Hari masih terlalu pagi untuk para pelajar berangkat sekolah, tapi Yedam sudah berjalan santai di sekitar lorong sekolahnya. Yedam mengangkat lengannya sebatas dada, melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul lima lebih dua puluh menit.

Sebenarnya dia tidak berniat untuk berangkat sepagi ini. Akan tetapi, entah bagaimana tadi malam saat dia akan tidur tiba-tiba terlintas sebuah rencana dibenaknya. Berangkat pagi untuk membuktikan sesuatu yang belakangan ini membuatnya overthinking.

Dia berhenti di depan lokernya, tangannya mengambil kunci yang ia kaitkan dengan keychain pada tasnya. Kemudian dia membuka lokernya.

Ctak

Kosong

Dia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri kemudian menutupnya kembali dan mencabut kuncinya.

"Bagus, gue sampai lebih dulu." Gumamnya kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang olahraga yang ada tepat di samping loker anak IPA.

Yedam mengambil ponsel yang ada di sakunya kemudian memutar musik. Dia menggunakan earphone ngomong-ngomong. Sudah terpasang sejak dia berangkat sekolah. Tapi tadi saat sampai di parkiran dia mematikan musiknya.

Dia menghela nafas, lagu yang berjudul Photograph by Ed Sheeran mengalir di telinganya. Saking menikmati lagunya dia sampai menutup mata.

Tap
Tap
Tap

Yedam membuka matanya sambil mencabut earphone di telinga kanannya saat mendengar suara langkah kaki.

Dia bangkit kemudian berjalan ke dekat pintu. Karena pintunya berkaca, membuat dia dapat melihat ada seorang perempuan yang sedang berdiri di depan lokernya. Dia tidak bisa melihat wajahnya dikarenakan wajahnya tertutup oleh rambut.

Dengan perlahan dia membuka pintu dan mengendap-endap mendekati perempuan itu.

Srett

"Akh!"

Deg

"Y-yedam?"

Yedam menatap perempuan di depannya yang terlihat terkejut melihatnya kemudian dengan perlahan dia melepaskan cengkeramannya.

Dia menunjuk semiriknya saat perempuan yang ada di depannya gugup. "Ternyata dugaan gue bener."

"Kalo orang itu lu, Hana." Lanjutnya.

Hana sedikit tersentak kemudian menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap wajah orang yang ada di depannya itu.

"Kenapa lu gak bilang secara langsung aja? Kenapa harus diem-diem?" Tanyanya, Hana tidak menjawab.

Sret

Yedam mengangkat dagu Hana dengan ibu jari dan telunjuknya sehingga dia dapat menatap matanya langsung.

"Kenapa diem, hmm?"

"Itu... Gue..." 

Yedam mengangkat alisnya, menunggu jawaban dari Hana yang masih belum menjawabnya dengan jelas.

"G-gue gak pede, lu terlalu sempurna, dam." Hana akhirnya menjawab, Yedam mengerutkan keningnya.

"Di dunia ini gak ada yang sempurna." Ujar Yedam.

"Banyak cewek yang suka sama lu, lu terlalu sempurna buat gue! Makanya gue gak berani ngomong secara langsung karena gue sadar diri, lu pasti bakal langsung nolak." Jelas Hana dengan suara yang semakin mengecil.

Keheningan menyapa mereka, membuat Hana semakin gelisah dan memutuskan untuk pergi.

"Karena lu udah tau lebih baik gue pergi, maaf karena udah lancang buka-buka loker lu."

Srett

Tapi baru saja satu langkah, pergelangan tangan Hana dicekal oleh Yedam.

"Lu gak mau bilang sekarang? Mumpung gue udah tau." Kata Yedam.

Hana yang tadinya tersentak, mengerutkan keningnya bingung. "Bilang apa?"

"Bilang kalo lu suka sama gue."

Hana tersentak, entah sudah keberapa kalinya dia dibuat tersentak oleh Yedam.

"Buat apa? Kan lu udah tau, lagian percuma juga gak ada harapan."

Yedam melepas cengkramannya kemudian memasukkan kedua tangannya ke saku celananya.

"Coba aja."

Hana mengeratkan genggaman tangan kanannya pada roknya kemudian menghela nafas. "Yedam, g-gue... Gue suka sama lu!"

Yedam tersenyum, "Bagus, ayo pacaran!"

"HEEHHH?!"

*****

END

Mwehehe
Bingung endingnya mau gimana😭
Ini aja tiba-tiba kepikiran pas aku mau tidur jadi langsung aku salin ke sini biar gak ilang:)
Bye~

Secret Admirer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang