4. Pertempuran di Camp

999 221 28
                                    

Haiii ... selamat malam👋. Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan bahagia selalu. Amin. 😇🤲

Berapa hari lagi menuju 2024? Mami selalu menghitung mundur lho ... Dan masih ada sisa 10 hari lagi lho ya ... Semoga dalam 10 hari ini kita selalu sehat dan bisa sama-sama memasuki tahun yang baru, amin. 😇💟

Happy reading ...

❄❄❄

Yeji Itzy: Elshaday Hanami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeji Itzy: Elshaday Hanami

Saat apel pagi, Rafi Kusumo membagi mereka menjadi dua grup.

Elshaday berada di grup dua bersama Rico Federico, Umar Sunanta, Dono Santiko dan Randy Tulus. Hampir semuanya menatap remeh pada Elsa, terutama Rico Federico.

Pria itu mendecih menatap Elsa dan bergumam, "Kelompok kita malah dikasih kerepotan model gini ya, Don!"

Dono Santiko hanya mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Randy Tulus hanya diam tak bergeming dan Umar Sunanta mendekatinya lalu menepuk bahu Elsa.

"Nggak usah diambil hati, El. Maklum mereka merasa diri paling jago soalnya."

Elsa menatap Umar tanpa bergeming dan menilai dalam hati seperti apa sih pria ini. "Nggak apa-apa kok, Pak. Gue udah biasa!"

Mereka belom kenal aja siapa gue! gumam Elsa dalam hati. Tunggu tanggal mainnya, bro! Elsa tidak mempedulikan sikap sinis ketiga orang itu dan dia hanya fokus pada arahan Rafi Kusumo.

Setiap pagi latihan mereka dimulai dengan pemanasan lalu lari melintasi hutan kemudian dilanjutkan dengan push-up, plank, squats, crunches, pull ups, squat jumps dan terakhir bergelantungan.

Randy Tulus yang paling pendiam itu sampai melotot melihat Elsa yang seperti tidak kecapekan sama sekali. Semua anggota di grup dua sudah ngos-ngosan tapi Elsa hanya menarik dan membuang napas dengan perlahan seperti yang dulu diajarkan oleh Koh Farid.

"Setelah sarapan pagi, kalian akan masuk kelas dan kita akan belajar secara teori hingga jam makan siang," ucap Rafi saat semua barisan sudah diistirahatkan.

"BARISAN BUBAR JALAN!"

Umar bergegas merendengi langkah Elsa. "Lo hebat, El!" ucapnya.

Elsa menoleh dengan sinis. "Gue biasa aja, Pak. Lagian gue ini kan lemah dan merepotkan!"

Umar tertawa. "Tapi buktinya lo nggak merepotkan, El. Trus, jangan panggil gue 'Pak'. Umur gue masih 23 kok tapi tampang sama nama gue aja yang tua."

Mau tidak mau, Elsa tersenyum lebar. "Tapi emang tampang Mas Umar tua banget."

"Udah nasib, El. Tua karena bekas jadi anak jalanan ini lho."

Elsa mendadak mellow. "Apa bedanya sama gue, Mas?"

Love Knows, Love Grows (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang