Arsagir

7 2 0
                                        

Seusai pulang sekolah Elyn langsung pergi menuju rumah sakit dengan membawa buah buahan. Raut sedih tampak jelas diwajahnya saat melihat sosok ibu yang terbaring lemas dengan infus yang tertanam diatas punggung tangan sang ibu. Sudah tiga bulan ibunya dirawat dan tak kunjung sembuh, ibunya memang selalu berperilaku kasar kepada Elyn namun hal itu tak membuat Elyn menaruh rasa benci. Sejak ibunya masuk rumah sakit ia selalu bermimpi mengenai kejadian saat kecil.

"Bu...cepat sadar, Elyn kesepian dirumah." Rintikan air mata membasahi pipi mulus itu, tak kuasa melihat keadaan sang ibu.

"Aku pulang dulu yah...nanti Elyn balik lagi. Elyn janji akan berusaha untuk sering sering jenguk ibu biar ibu gak kesepian lagi." Ucap Elyn menghapus jejak air matanya hendak menyalimi tangan sang ibu. Tak ingin berlama lama ia pun pergi meninggalkan rumah sakit.

Motor yang dikendarai Elyn berhenti disebuah rumah yang jauh dari pemukiman warga, langkah kakinya memasuki rumah itu. Terdapat beberapa seorang gadis disana, tempat yang bersih. Tempat itu merupakan tongkrongan yang selalu didatangi oleh anak anak Arsagir. Arsagir sudah lama terbentuk oleh Elyn dan teman temannya, mereka menganggap Arsagir sebagai rumah.

"Gimana sekolah barunya?" Tanya salah satu anak Arsagir yang memandang Elyn yang sedang berjalan menuju sofa. Gadis itu bernama Angelina Anastasia yang memiliki saudara kembar bernama Angelia Anastasia, keduanya memiliki sifat yang ceroboh dan juga berisik. Angelina kerap disapa Lina sedangkan adiknya itu Lia, tak jarang orang orang salah menyebut mereka.

"Lancar banget." Jawabnya

"Oh iya! gue lupa sesuatu."

"Apa tuh?"

"Nih ada yang mau ngajak lo balap bentar malam. Lo mau nerima? atau gue ambil aja?" Gadis itu memberikan handphone nya kepada Elyn dan memperlihatkan pesan yang ia terima.

"Menurut lo gimana Kay?" Tanya Elyn kepada gadis yang duduk dihadapannya. Sedari tadi gadis itu hanya diam saja dan memperhatikan interaksi teman temannya.

"Ambil." Jawab Kay dingin. Kaylin Meyda gadis dingin dan cuek, selalu memasang wajah datar

"Bentar! Itu tawaran dari mana?" Tanya seorang gadis yang tiba tiba muncul dari dapur, gadis itu duduk disamping Elyn.

"Lo disini? gue kira lo sama Devi tadi." Tanya Lina keheranan, pasalnya ia melihat kembarannya itu pergi berdua bersama Devi dan entah bagaimana Lia bisa muncul dari dapur.

"Kamu nanye? Kamu bertanye tanye?" Ucap Lia dengan menirukan video yang viral di tiktok.

"Jadi siapa yang nawarin?" Tanya Lia penasaran sebab pertanyaannya belum dijawab oleh Lina.

"Kamu nanye? Kamu bertanye tanye?" Lia memasang wajah murung saat melihat kembarannya itu membalas mengejeknya.

"HELLOW GUYS! YOUR QUEEN COME BACK!!" Teriak Devi dari arah pintu membuat yang lainnya kaget. Devi diam membisu saat mendapatkan tatapan tajam dari Kaylin. Dengan sigap Devi mendudukkan tubuhnya disamping Elyn.

"LO BERISIK BANGET DEVI AULIA PUTRIII! BISA GAK SIH LO ITU GAK USAH TERIAK?! KITA TUH GAK TULI!" Balas Lina

"Lo juga berisik anjir!" Elyn menatap Lina kesal, bagaimana tidak? Lina berteriak tepat disamping Elyn.

"Habisnya Devi duluan!" Dengan cepat Lina menyalahkan Devi yang sedang mengeluarkan sesuatu dari kantong kresek yang ia bawa.

"Apaan tuh?" Tanya Lia penasaran hingga memajukan dirinya agar bisa melihat apa yang Devi bawa.

"Ambil piring." Titah Kaylin yang membuat yang lainnya bingung. Kaylin sering kali berbicara setengah setengah hingga sulit dipahami.

"Oh....." Elyn terdiam sejenak, lalu melanjutkan ucapannya. "Lin ambil piring lima di dapur dan juga sendok." Ucap Elyn yang mengerti apa yang diucapkan Kaylin dengan melihat bungkusan makanan yang Devi bawa tadi. Lina yang disebut namanya langsung berdiri dan menuju arah dapur, mengambil apa yang Elyn minta. Tak lama Lia menyusul untuk mengambil minuman di kulkas, tak lupa mengambil gelas.

"Lo beli apa?" Tanya Elyn

"Sate." Bukan Devi yang menjawab melainkan Kaylin. Elyn melihat Kaylin yang sedang membuka bungkusan itu. Mereka mulai memakan makanan yang ada dihadapannya dengan tenang, hingga satu pertanyaan muncul.

"Jawab gue, siapa yang ngajak balapan?" Tanya Lia yang terus melontarkan pertanyaan itu. Lina terdiam sejenak menatap teman temannya, dengan cepat ia mengambil handphonenya. Tangannya sibuk mengutak-atik handphone yang berada digenggamannya. "Gang Red Wolf," ucapannya terjeda.

"Revan...." lanjut Lina dengan tatapan tak percaya kepada teman temannya.

"APAAAAA!!" teriak Elyn, Devi, dan Lia bersamaan.

"N-nga-ngapain dia ngajak balap?" tanya Lia

"Kalian gak ada buat salah sama mereka kan?" tanya Devi yang dibalas gelengan oleh mereka semua.

"Bisa gila gue!" lirihnya. Kaylin menatap Elyn yang sudah pucat pasih.

"Kenapa?" satu pertanyaan lolos dari mulut Kaylin membuat seluruh temannya menatap dirinya.

"Aduh duh Kay yang cuek dan ketinggalan berita,"

Kaylin menatap Devi tajam hingga membuatnya menciut. Lia yang masih shock itu tiba tiba berdiri. "Jadi gini Kay, Revan itu ketua geng yang paling ditakutin." tuturnya

"Dan yang menurut rumor yang gue denger nih yah, dia itu gak pernah nantangin balap kecuali kalau dia emang merasa tersaingi!" timpal Lina dengan wajah yang serius.

"Bagus dong." hanya dua kata yang keluar dari mulut Kaylin namun mampu membuat yang lainnya diam melongo.

"Bagus gundul mu!" sinis Elyn, ia tak siap jika harus berbalapan dengan orang yang seperti itu.

Kaylin memajukan tubuhnya kedepan, dengan wajah serius. "Dia punya sesuatu untuk kita."

...

Elyn merebahkan tubuhnya dikasur, wajahnya terlihat kusut. Dirinya merasa bingung dengan ucapan Kaylin. Tak ingin ambil pusing ia segera pergi untuk mandi, ia merasa gerah.

Setelah mandi Elyn mendudukkan dirinya ditepi kasur, tangannya terulur untuk mengambil handphone yang berada di atas meja belajar. "Em chat Afi ah..."

Me
Cewek kiw

Afi nih
Idih napa lo?
Oh iya gue lupa bilang sesuatu sama lo

Me
Yaudah bilang aja

Afi nih
Muka lo mirip ama kakak ketos tadi! Lo ingat gak? yang namanya Dareen?

Me
Masa sih? pasaran banget muka gue

Afi nih
Suer Lyn

Elyn menatap handphone nya cukup lama, tak ada niatan untuk membalas pesan Afi. 'Masa muka gue mirip sih ketos itu sih! Tapi kalau di lihat lihat emang mirip' batin Elyn

"Eh udah jam segini, kayaknya ditaman banyak yang jual makanan." gumamnya

Dirinya segera bangkit dari duduk. Malam ini Elyn ingin berjalan jalan ditaman seperti biasa. Rumah yang sepi seperti tidak ada kehidupan, semenjak ibunya masuk rumah sakit Elyn sering kali merasa kesepian. Dirinya rela dibentak oleh sang ibu asalkan ia tidak ditinggalkan sendiri.

"Bu...Elyn kangen." lirihnya, tak ingin berlarut larut dalam kesedihan ia menutup pintu dan menguncinya. Angin yang kencang menerpa gadis itu. Saat tiba di taman, tempat itu terlihat sepi tidak seperti biasanya. Kakinya melangkah menuju kursi taman, dilihatnya seorang pria bertubuh tinggi yang sedang merebahkan tubuhnya di kursi tersebut. Cahaya yang remang remang, angin dingin yang menerpa membuat sekujur tubuh Elyn merinding.

Saat tepat disamping pria tersebut, Elyn dikejutkan oleh darah yang berada ditubuh pria itu. "Kak...masih hidup kan?" pertanyaan bodoh itu terucap tanpa sadar.

"Ughhh...uhukk!"

"E..eh kak jangan banyak gerak! Iza telfon ambulans dulu yah," dengan cepat Elyn menelfon nomor darurat saat melihat darah yang terus mengalir.

Suara sirine ambulance terdengar jelas hingga mobil itu berhenti tepat di sekitar taman. Elyn hanya bisa menolongnya sampai sini, ia tak boleh terlibat lebih jauh.

Tanpa Elyn sadari pria itu mengagumkan namanya. "Aiza..."







HAI HAI!
GIMANA CERITANYA? AKU HARAP KALIAN MENIKMATINYA☺️

Aizaputri Evelyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang