Bangunnya sang ibu

3 1 0
                                    

Selamat Membaca!
Jangan Lupa Vote dan Komen Yah



Elyn berjalan memasuki markas dimana sudah terdapat teman-temannya yang menunggu dirinya. Dilihatnya mereka sedang serius berbicara, Elyn langsung mendudukkan dirinya disamping Kaylin.

“Banyak banget buku lo.” celetuk Lina saat melihat buku yang dibawa Elyn

“Iya nih, pegel tau.” ucap Elyn seraya meregangkan otot di tangan

“Tau gitu gue tungguin tadi,” sahut Afi yang merasa tak enak meninggalkan Elyn

“Lo tau gak sih? K-” belum selesai dirinya berbicara tiba tiba terhenti karena mendengar jawaban dari temannya secara serentak.

“Gak,” jawab mereka semua kecuali Kaylin

Elyn mendengus kasar, “Gue belum selesai bicara!” sentaknya

“Hehehe lanjut ndoro,” ucap Lina cengengesan

“Ketua MPK tadi ganteng banget gila!”

“Hah masa?!” tanya Afi tak percaya

“Senyumnya itu loh manis banget,” ucapnya seraya mengingat wajah Saputra, dirinya terpikat saat melihat senyum itu. Senyuman yang membuat dirinya salah tingkah. Senyum yang membuat dirinya gagal fokus. Katakanlah bahwa Elyn seperti orang gila.

“Gilaaa si jomblo udah berbunga-bunga,” celetuk Lina

“Anjay si jomblo 14 tahun,” sambung Devi

Elyn memang orang yang paling muda diantara anak Arsagir yang lainnya. Dirinya terlalu cepat masuk sekolah, awalnya sang ibu tidak ingin membiarkan dirinya sekolah mengingat umurnya masih terlalu muda dari anak seusianya. Namun tingkah Elyn yang ingin terus mencari tahu mengenai rumus-rumus, mau tak mau ibunya memasukkannya ke sekolah dasar karena sudah muak di hantui dengan rumus yang selalu dipertanyakan putrinya itu.

“Gila muda banget lo cil cil!” ledek Afi

“Enak aja lo tua,” tak ingin kalah, Elyn mengatai Afi tua yang membuat kelimanya menatap dirinya garang.

“Santai dong! Santai!” saat Lia ingin membalas ucapan Elyn tiba tiba ada yang menelfon. Merasa handphonenya yang berbunyi, Elyn mengambil benda pipih itu dari sakunya dilihatnya panggilan masuk dari pihak rumah sakit.

Dengan cepat ia mengangkat panggilan itu, terdengar suara perawat yang selalu menjaga ibunya. Mendengar ucapan perawat itu ia tersenyum hingga buliran air mata membasahi pipi chubby itu.

Elyn menutup panggilan secara sepihak dirinya pun mengambil tas bersiap siap untuk pergi namun diurungkan saat melihat teman-temannya menatap dirinya.

Mengerti dengan tatapan mereka Elyn pun menjelaskan apa yang terjadi. “Ibu udah sadar,” ucapnya seraya menghapus jejak air mata

Dengan cepat Kaylin berdiri mengambil jaket dan kunci mobil, diikuti yang lainnya. Berbeda dengan Afi yang masih kebingungan tetapi ia langsung beranjak dari duduknya, ikut menyusul. Mereka semua masuk kedalam mobil Kaylin, dengan Devi sebagai supir. Dengan cepat mobil itu melaju, menyalip kendaraan lainnya.

Sesampainya di area rumah sakit, mereka langsung turun meninggalkan Devi yang belum memarkir mobil Kaylin. Jika saja ini bukan keadaan darurat ia tak akan membiarkan dirinya ditinggal begitu saja.

Ceklek!

Dibukanya pintu itu, menampakkan sang ibu yang sedang baring diatas brankar dengan wajah yang pucat pasi. “Ibu...,” panggil Elyn berusaha menahan air matanya. Setelah sekian lama dirinya menanti sang ibu. Walaupun kenangan bersama ibunya tak bagus ia tetap menyayanginya. Diusapnya tangan itu dengan lembut dengan seulas senyuman kebahagiaan.

Aizaputri Evelyn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang