🍁Zayvar 10

61 9 0
                                    

𝙋𝙚𝙧𝙖𝙣 𝙞𝙗𝙪 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙠𝙚𝙡𝙪𝙖𝙧𝙜𝙖 𝙨𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩𝙡𝙖𝙝 𝙥𝙚𝙣𝙩𝙞𝙣𝙜. 𝙃𝙞𝙙𝙪𝙥 𝙩𝙖𝙣𝙥𝙖 𝙞𝙗𝙪, 𝙧𝙖𝙨𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙗𝙚𝙜𝙞𝙩𝙪 𝙝𝙖𝙢𝙥𝙖.

𝘚𝘢𝘮𝘢 𝘩𝘢𝘭𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘶𝘢 𝘱𝘶𝘵𝘳𝘢 𝘡𝘢𝘺𝘷𝘢𝘳, 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯-𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘥𝘪𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘪𝘣𝘶𝘯𝘺𝘢. 𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢𝘭𝘢𝘩. 𝘈𝘵𝘩𝘢𝘭𝘢𝘤𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘯𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘶𝘩𝘢𝘯
𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 𝘬𝘦𝘤𝘪𝘭𝘯𝘺𝘢.

𝐒𝐄𝐋𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀

"Akhirnya sampai di rumah" ucap seorang pria sambil merebahkan badannya di sofa.
Bagaskara menghampirinya dan duduk disampingnya. Ia menatap Zayvar penuh tanda tanya.

"Dad, nama Kara kenapa Bagaskara? Burik amat." tanya Bagaskara sambil melipat tanganya di depan dada.

"Iya kaya kelakuan lo. Gatau ya dulu itu daddy mager nyari nama." jawab Zayvar dengan santay.

"Lo napa bisa jadi bapak gue sih?" tanya Bagaskara dengan raut wajah kesal.

"Lah lu napa jadi anak gua?"

"Awas lo. Dendam gue."

Zayvar terkekeh melihat kecomelan putra sulungnya. Zayvar berantakin rambut Bagaskara dan mencium wajah putranya itu. Bagaskara kesel tetapi diakhiri dengan tertawa.

Begitulah keharmonisan daddy dan putranya terjadi.
"Dad kara kekamar dulu ya"

"Hmm"
Kara berjalan menuju kamarnya.

Zayvar berbalik dan menghembuskan nafas panjang. Dia berjalan menuju taman dibelakang rumahnya. Tak lama kemudian...

"Daddy~" teriak seorang anak kecil yang sedang berlari kearahnya diikuti seorang anak laki laki.

Mereka tak lain adalah putra Zayvar. Bagaskara dan Angkasa memeluk daddynya yang sudah berlutut merentangkan tangan.

"Anak-anakku~" ucap Zayvar dramatis
"Emm anak-anak dady. Hero nya daddy." ucap Zayvar sambil memeluk erat kedua putranya. Dan begitulah dia memanjakan kedua putranya.

"Sayang, apa kamu tidak ingat dengan kedua putramu? Mereka sudah besar. Sampai kapan main pentak umpetnya hmm?. Balik ya, Zay butuh kamu. Zay butuh sandaran dan pelukan hangat itu. Zay butuh teman bicara untuk menemukan solusi. Zay butuh kenyamanan itu. Cantiknya Zay, baik-baik ya disana." Ucap Zayvar dalam hati sambil memandang anak-anaknya.

Hati zayvar tak bisa berbohong betapa sakitnya ia. Tanpa ia sadari ia mengeluarkan air mata dihadapan kedua putranya.

"De. Asa makan buah yang disana ya. Kaka bawa itu untuk kamu. " pintah Bagaskara pada adiknya.

"Wishhh. Asiap kakak sayang. " jawab Angkasa bersemangat dan segera berlari kearah buah itu di simpan.

Kini, putra sulung Zayvar menatapnya sangat dalam, seakan mencoba merasakan ikut serta tenggelam dalam suasana. Ia mengusap air mata daddynya.

"Dad, jangan nangis depan Asa ya." ucap Bagaskara. Ia tersenyum dan melanjutkan kata-katanya.
"Nangis depan kara aja. Cerita sama kara kalau punya masalah dad. Dady jangan memakai topeng didepan kara. kara ga suka soalnya hehe."

ZAYVAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang