🍁Zayvar 17

32 3 0
                                    

𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚...

"Daddy~ buruan! ish. Nanti Kara telat ke sekolahnya." Bagaskara berteriak memanggil daddy nya.

"Iya bentar Gas. Daddy lagi jalan." Zayvar menuruni anakan tangga terburu buru, sambil menggendong Angkasa.

Hari ini adalah ujian kenaikan kelas SD Nusantara. Bagaskara sangat bersemangat untuk hari ini. Mereka kemudian memasuki mobil. Zayvar mulai mengendarai mobil menuju sekolah Angkasa dan Bagaskara.

Zayvar tersenyum sambil melihat ke arah Bagaskara sekilas. "Semangat banget anak daddy. Dah belajar belum semalam?" tanya Zayvar sembari fokus menyetir.

"Udah dong dad. Kara yakin, nilai Kara ga bakal rendah." jawab Bagaskara semangat.

"Nah, kalau anak daddy yang dibelakang diam aja, kenapa? Asa, hey." goda Zayvar pada putra bungsunya.

"Daddy, Angkasa belum belajar" ucap Angkasa memanyunkan bibirnya.

"Oh itu alasanya. Ya udah. Coba mana bukunya, nanti daddy tanya, Asa jawab ya." Zayvar berusaha menenangkan putra bungsunya itu.

"Oke dad." jawab Angkasa ceria.

Zayvar menanyakan beberapa pertanyaan berkaitan dengan pelajaran Angkasa. Beberapa pertanyaan, Angkasa menjawabnya dengan benar, dan beberapa ia jawab salah. Jawaban yang salah akan diperbaiki oleh Bagaskara.

Tidak terasa, mereka sudah sampai di halaman sekolah. Zayvar menurunkan kedua putranya. Ia mengantar sampai didepan pintu kelas masing-masing.

Bagaskara dan Angkasa menyalim tangan Zayvar dan memasuki kelas. Hampir semua guru terpesona dengan ketampanan Zayvar. Begitu pula dengan beberapa wali murid. Zayvar tak berhenti menebar pesona.

"Baik anak-anak, sekarang kita akan memulai ujian semester. Diharapkan semuanya sudah belajar ya." ucap Bu Windi. Wali kelas Bagaskara

"Iya bu~" jawab semua murid yang berada di dalam kelas.

Bu Windi segera membagikan lembar jawaban siswa. Semua murid mengerjakan ujian dengan tenang. Bagaskara sepertinya tak kesusahan dalam mengerjakan soal-soalnya.

Bel pulang berbunyi. Saatnya semua siswa pulang. Zayvar menunggu kedua putranya di depan pintu gerbang. Bagaskara dan Angkasa segera mengahampiri daddynya.

"Dad, Asa dapet nilai 100." Angkasa tersenyum lebar dan menunjukan lembar kerjanya pada Zayvar.

"Kalau Kara dapet 95, gapapa kan dad?" Bagaskara menunjukan kertas yang berisikan hasil ujianya.

Zayvar tersenyum dan berlutut untuk menyamai tinggi kedua putranya. Zayvar memeluk Angkasa dan Bagaskara secara bersamaan.

"Hebat-hebat anak daddy. Ini bukan tentang nilai, tapi usaha kalian. Angkasa sudah bagus, begitu pula dengan Bagaskara. Kalian sudah berusaha. Jadi, daddy mau ajak kalian beli es krim." kata Zayvar sambil mengelus surai rambut kedua putranya.

"Yeay makasih daddy." jawab Angkasa gembira.

Zayvar sangat mengapresiasi setiap usaha putranya. Nilai baginya hanyalah formalitas. Sebenernya, Zay juga ga pinter-pinter amat waktu sekolah. Jadi, bukan tanpa alasan dia tidak terlalu memaksakan kedua putranya untuk memiliki nilai yang sempurna.

Kalau pun bukan karna dia, ga pinter-pinter amat, juga, dia tidak akan memaksakan anak-anaknya. Yang penting baginya adalah, bagaimana usaha kedua putranya.

Berbeda dengan Angkasa, Bagaskara hanya diam. Bagaskara memegang tangan Zayvar.

"Dad. Trima kasih. Daddy dah menuhin peran daddy. Kara sayang daddy." ucap Bagaskara tenang. Bagaskara dan Angkasa memeluk Zayvar secara bersamaan.

ZAYVAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang