🍁Zayvar 28

7 0 0
                                    


SELAMAT MEMBACA...

Malam, dikamar Angkasa.
Bagaskara dan Angkasa sedang menulis sesuatu pada buku harian mereka.

"Untuk mommy, makasih yah, udah ngadain kita di dunia. Menyusui dan merawat kita waktu kecil. Terus apa lagi ya? " tanya Bagaskara sembari membaca hasil tulisanya.

"Kak, Asa mau tanya sesuatu boleh?" tanya Angkasa sambil menulis.

"Mau tanya apa?" jawab Bagaskara.

"Gajadi deh, lupa mau tanya apa mwhehe..." Angkasa tersenyum lebar dan mulai canggung akan senyumannya. Perlahan senyumnya redup dan menatap kosong. Pada matanya seakan menyimpan sesuatu.

Bagaskara masih fokus dengan tulisanya.

"Ka, " Angkasa kembali memanggil.

"Hmmm..." respon Bagaskara yang begitu datar, dengan pandangan yang masih tertuju pada kertasnya.

"Ceritain sedikit tentang keluarga kita dulu dong, Mwhehe Asa penasaran nih?"

"Hmm emang kamu mau denger sa? " tanya Bagaskara sambil tersenyum.

"Mauuuu... " jawab Asa bersemangat.

"Oke kalau gitu, kaka bakal ceritain. Jadi sa, dulu itu. Mommy setiap pagi buatin kita sarapan. Bangunin daddy dan kaka juga. Hangat... banget. Dipeluk, dicium. Terus, siang nya nih ya, mommy bakal buatin kita cake. Pokonya banyak deh sa. "

Bagaskara becercerita sambil mengenang masalalu indah yang ingin ia ulangi dua kali lagi dalam hidupnya. Wajah hangatnya bahkan mampu menutupi tangisan yang begitu sakit dihatinya.

"Kamu dulu paling rewel kalau kaka inget. Tiap malam mommy sama daddy lama tidur buat kamu diem. Mommy sayangg banget sama kita." Bagaskara sepertinya membendung kristal kecil pada netra indahnya.

"Tapi, satu malam, ada monster jahatt banget, buat mommy pergi deh. GINI NIH ROWRRR WOARRR...." Bagaskara menggelitiki adiknya.

"HAHAHA udah kak! "

" Udah. lanjut tulis sana, biar cepet kelar." pintah Bagaskara sembari melanjutkan tulisanya.

Siapa sangka, Zayvar sedari tadi memperhatikan kedua putranya dibalik pintu. Zayvar tak kuasa menahan genangan air pada matanya.

"Ciaa, kenapa semuanya jadi gini? Arghh Cia. Balik Cia, balik. Apa kamu ga kasian, mereka tumbuh tanpa sosok ibu!?" Sesekali ia meraung kecil. Dadanya terasa sesak saat suara tangisannya harus ia tahan agar tak didengar oleh siapapun.

"Asa udah selesai. " ujar Angkasa.

"Kaka juga bentar lagi bakal selesai Sa."

"Ka, ayo cerita lagi tentang mommy..."

Bagaskara segera menyelesaikan tulisannya. "Iya ayo. Tapi nih Sa, paling seru kalau cerita sambil liat bulan."

Keduanya membenarkan posisi, dan duduk di lantai samping kasur sambil melihat bulan bersama.

"Ayo ka cerita! " rewel Angkasa
"Jadi..." ucap Baskara sambil tersenyum kecil dan mengulur waktu seakan ingin menjaili adeknya. Angkasa hanya bisa mangap menunggu Bagaskara menceritakannya. Sebegitu penasarannya ia akan cerita masa kecilnya.

"Jadi, dulu mommy kalian wanita yang sangat baik dan penyabar. " ucap Zayvar yang datang dari balik pintu, sungguh mengejutkan kedua putranya.

"Dulu itu sa, daddy sama mommy sering kewalahan kalau kamu nangis tiap malam susah tidur." Zayvar duduk dilantai dan menggendong putra bungsunya.

"Momy kalian adalah wanita penyabar dan penuh kasih sayang."

"Bener tuh sa. Dulu aja, kaka sama daddy suka telat bangun, tapi mommy bangunin kita pakai ciuman cinta. Mommy juga sering ngambek, tapi gampang balikin senyumnya. Cuma dengan satu ciuman. " sambung Bagaskara.

"Iya, itulah mommy kalian. Dia sangat rajin. Dia bangun sangat pagi untuk menyiapkan sarapan dan membantu kita untuk mempersiapkan semuanya yang diperlukan." ucap Zayvar sambil menatap kedua putranya itu. Ia tertawa kecil sambil menggit bibirnya. Mengingat semuanya sepertinya sakit.

Angkasa menatap daddynya sangat dalam. "Daddy gapapa?" tanya pangeran kecil itu sepertinya memberikan gebrakan besar pada hati Zayvar. Rasanya ingin sekali berteriak bahwa dia sedang tidak baik-baik saja.

"Hmm? ah daddy gapapa kok Sa."

"Daddy nih sering nakal. Dulu tuh sa, dady sering bawa kamu jalan keluar, jadinya mommy marah." ucap Bagaskara mencairkan suasana.

"Kita keluar juga buat nyari kamu Gas. Mana pas ketemu udah kaya gembel. Untung daddy masih ngenalin kamu, kalau engga kan bahaya."

Angkasa tertawa mendengar cerita Zayvar dan kakaknya.

"Hehehe maaf dad. Pokoknya seru deh Sa."

Angkasa tersenyum selama daddy dan kakaknya bercerita. Cerita masih berjalan, Angkasa menutup matanya sambil membayangkan. Betapa hangatnya keluarga kecil Zayvar yang dulu. Zayvar menghela nafas panjang sambil fokus menatap langit malam yang indah.

Bagaskara menarik foto Athalacia dan memeluknya. Mereka bukan menyesali takdir, hanya saja, ketiganya tidak menyangka. Nyatanya, keluarganya pernah sebahagia itu dulu.
Mereka pernah ada pada fase bahagia yang sebahagianya. Hingga masanya selesai.

Beberapa saat kemudian, Zayvar menyelesaikan ceritanya.
"Ya udah, sekarang kalian siap siap tidur gih. Besok harus bangun pagi dan bersiap sekolah. Dah malam juga."

Angkasa berdiri, begitu pula dengan Zayvar dan Bagaskara.

"Oke dad!" jawab Bagaskara.

"Eh gas, kamu tidur disini?" tanya Zayvar

"Iya dad, lagi males tidur sendiri nih. " jawab Bagaskara.

"Ya udahlah daddy ikut gabung tidur bareng kalian. Tapi tidurnya dikamar daddy. Lebih besar soalnya. "

"Wihh ayok dad. " kedua putra Zayvar itu, sepertinya sangat antusias pada ucapan daddy mereka.

Zayvar jongkok dan Bagaskara menaiki pundaknya. Sedangkan Angkasa digendongnya dari depan.

"Bersiaplah anak-anak, pegangan yang kuat pesawat akan meluncur..."

"Siap kapten." jawab Bagaskara dan Angkasa secara bersamaan.

"Untuk sementara waktu, pramugari kita sedang mencari kebahagiaan agar bisa kembali."

"Siap ditunggu kapten!"

Zayvar berlari diikuti suara tawa dari kedua putranya.

Cia,,, saya siap menunggumu, jika kamu takdirku.

BERSAMBUNG....

BERSAMBUNG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZAYVAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang