🍁Zayvar 25

9 1 0
                                    

𝑺𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂...

Sejak kejadian siang itu, Zayvar sudah mulai berusaha melupakan Athalacia. Esthevania selalu berada disampingnya untuk menyembuhkan lukanya. Namun Bagaskara, dia tidak bisa begitu saja merelakan semuanya. Ia masih berharap agar keluarganya kembali seperti dahulu kala.

Langit juga ikut tinggal bersama Zayvar untuk menemani Zayvar sambil belajar tentang mengelola perusahaan bersama Zayvar. Tapi bukannya belajar bisnis, Langit hanya mengahabiskan harinya bersama anak-anak Zayvar. Jadi, ga heran lagi kalau Angkasa dan Bagaskara begitu dekat dengan Langit.

"Langit! Lu kesini ngapain sih sebenernya?" tanya Zayvar sambil mengecek berkas laporan hasil kerja Langit yang membuatnya menggeleng-geleng kepala. Zayvar mengerutkan dahinya saat membuka setiap lembar berkas yang ada pada tangannya.

"Menurut lo?" tanya Langit sambil mencubit lengan Angkasa.

"Daddy~ Om Langit gangguin Asa mulu dari tadi huaaa..." rengek Angkasa pada Zayvar. Langit tertawa melihat kelucuan wajah Angkasa saat menangis.

"Nih ya Zay, gua kesini ya pengen belajar binis ma elu lah." jelas Langit.

"Belajar paan. Lu aja tiap hari ma anak- anak gua. Orang ampe ngira mereka anak lu bukan gua. Orang tuh kalau niat belajar itu serius." ucap Zayvar dengan nada kesalnya. Ia duduk di sofa dan memperhatikan mereka.

"Lu liat nih wajah gua! Ada tampang niat?" tanya Langit sambil menunjukan wajahnya tengilnya.

"Engga sih." jawab Zayvar sambil memainkan ponselnya.
"Eh. Tapi kok bisa yah bokap lu punya anak otaknya kaya lu. Bokap lu pembisnis hebat, nyokap lu dokter. Terus lu?"

Langit memotong pembicaraan Zayvar yang hanya tersisa sedikit nada terakhir darinya. "Wah wah wah. Sehari ga ledek gua bisa ga?! Salah gaya doang itu bokap gua. Maknya gua gini."

"Serah lu dah. Ga kebayang ntar lu punya anak modelan plek ketiplek lu, bakal gimana ya lu?" tanya Zayvar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Zay, nanti kalau gue punya anak, cukup ketampanan gue yang mereka warisi. Kalau sikap jangan. Soalnya gini-gini gua juga sadar diri kalau sikap gua buruk."

"Bagus sadar."

"Zay, gua ngeliat si Asa nih agak beda." ucap Langit dengan wajah seriusnya.

"Maksud lu?" tanya Zayvar.

"Pernah ga lu mikir dia pas gede jadi boti anjir wkwk." jawab Langit sambil tertawa.

Zayvar reflek melempar bantal ke arah Langit. "Bener-bener lu. Ga mungkin lah. Makanya kalau gua suruh kerja jangan nonton bl mulu. Liat kan sekarang otak lu bl mulu."

"Boti apa om?" tanya Angkasa dengan wajah polosnya.

"Boti itu cowo yang jadi cewe dek. Cantoh boti yang kita lihat itu om Langit. Tiap hari nonton sofia." jelas Bagaskara yang tengah menuruni anakan tangga.

Langit mengerutkan dahinya seakan tersinggung oleh kalimat yang baru saja diucapkan bocah yang sekarang berjalan menuju ke arahnya.
"Maksud lo apa cil? Bapak lo noh tiap hari dikantornya nonton frozen."

"Paan lu bawa-bawa nama bapak gua!?" bantah Bagaskara.

Zayvar tersenyum melihat pembicaraan mereka. Tiba-tiba ponselnya berdering. Zayvar segera membuka ponselnya dan mengangkat telepon yang sedari tadi berdering.

"Hallo Zay!" sapa orang dari telepon. Suara yang Zayvar kenal ternyata ia adalah ayah dari Langit.

"Eh hallo om"

"Iya, gimana kabar Langit disana?"

"Baik om"

"Bagaimana perkembangannya. Ada kemajuan dari sifat dan pemikirannya?"

"Lumayan om. Cuma ada beberapa yang belum dia mengerti betul"

"Baiklah. Zay, tolong jaga dia. Dia putra saya satu-satunya. Jangan sampai terjadi sesuatu padanya. Dia hidup saya."

"Baik om."

Langit melihat Zayvar dari kejauhan. Ia pun menghampiri Zayvar dan mengagetkannya.

"Woy sesama duda lagi ngobrol nih." Langit segera mengambil handphone milik Zayvar.

"Pah Langit kangen. Kengen kasih sayang uang papah. Boleh kali pah kalau tf dikit."

"Langit, nurut sama Zayvar! Dan Zayvar, tolong dia diperlakukan selayaknya karyawan biasa tanpa ada keistimewaan. Kasih gaji yang sesuai sampai sikapnya berubah."

"Ya elah boro-boro diperlakukan selayaknya. Gaji aja belum dikasih." remeh Langit.

Zayvar tersenyum melihat tingkahnya
"Aman om. Bakal dididik militer sama Zay nanti."

"Ya sudah kalian lanjutkan hari kalian. Om mau jalan-jalan dulu."

"Siap om." ucap Zayvar mengakhiri telepon.

"Heh lu! Ambilin gua kopi sono!" pintah Zayvar pada Langit.

Langit bergegas mengambilkan Zayvar kopi. "Ini kopinya tuan ZAYVAR YANG BAIK HATI. JIKA BOLEH GAJI SAYA SEGERA MENJADI HAK SAYA." ucap Langit sembari menekan setiap kata katanya.

"Gada gaji buat lu bulan ini!" ucap Zayvar kerak membuat Langit kesal. Langit mengambil kopi yang akan di minum Zayvar.

"Yodah sini lagi kopi gua!" Langit meminum kopi yang ia rebut dari Zayvar.

"Minum aja lagian tuh kopi juga dah lu campur sama garam." ucap Zayvar sambil tersenyum.

Langit baru ingat bahwa dia baru saja mencampurkan kopinya dengan garam untuk menjaili Zayvar. Ia segera menyemburkan kopi yang ada didalam mulutnya ke sembarangan arah.

"Jangan lupa ini semua dibereskan." kata Zayvar sambil mengambil tasnya dan pergi ke kantor meninggalkan Langit.

"ZAYVAR ANJING! PANTES DUDA!" teriak Langit sambil menunjuk-nunjuk Zayvar.

Pagi itu, Langit mengantarkan Angkasa dan Bagaskara ke sekolah baru. Setelah dari sekolah mereka, ia pun segera ke kantor.



 Setelah dari sekolah mereka, ia pun segera ke kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZAYVAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang