🍁 Zayvar 30

9 1 0
                                    


𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐌𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚...

"Morning daddy~" Bagaskara dan Angkasa menyapa daddynya secara bersamaan.

"Ga usah sok inggris." ledek Zayvar.

"Halah, bilang aja g bisa bahasa inggris dad." balas Bagaskara. "Eh dad, hari ini sibuk ga?" lanjutnya.

"Bentar daddy coba inget-inget lagi. Hari ini itu.." Zayvar mengingat jadwalnya hari ini. "Sepertinya. Emang kenapa hm?"

"Gapapa."

Zayvar tersenyum dan menggapai kepala Bagaskara, lalu mengelusnya. "Ya udah kalau gitu, daddy pamit mau kerja dulu."

"Iya hati-hati dad." ucap Bagaskara. Keduanya pun menyalim tangan Zayvar.

Kebetulan hari ini, sekolah Bagaskara dan Angkasa libur. Untuk mengisi hari libur tanpa daddynya itu, Bagaskara mencoba mencari aktivitas agar adiknya tidak merasa bosan.

"Oke dek! Agar hari-hari kita tetap produktif, dan tidak membosankan, hari ini kaka mau ngajak kamu melihat berbagai pencapaian kaka selama hidup di dunia! "

Ucap Bagaskara dengan wajah yang optimis. Tak lupa, jari telunjuk yang mengacung ke depan dan dada yang dicondongkan juga badan yang sigap.

"Itung-itung biar kamu nambah ilmu juga. Ya ga dek? " lanjutnya sambil tersenyum narsis mengarah pada Angkasa.

"Cih. Alih-alih pamer nih. Dasar pamer huuu. " protes Angkasa dengan wajah malasnya.

"Shutt eits shut tut tit no. no komen. Anak angkat harus ngikut anak kandung okey?" bantah Bagaskara. Ia menutup matanya dan menggelengkan kepalanya dengan jari telunjuk yang diacung, menandakan ia tidak peduli dengan protes dari sang adik.

"Tapi kan..." ucap Angkasa terpotong.

Tak sekali dua kali Bagaskara memotong pembicaraan Angkasa dan kali ini juga.

"Ets shttt no komen. Dibilangin juga, ngerti inggris ga sih? Heran. Bantah mulu, pergi sana lu! Ga asik banget."
seketika ucapannya terhenti, Bagaskara kembali merenungkan ucapannya terakhir.

"Duh, bahaya nih. Kalau bayi kudanil itu beneran pergi gimana? Gak! Ga bisa! Bisa gawat nih." batin nya.

"Okey gajadi, sekarang emang dede mau main apa? ntar kaka temenin. Asal jangan main masak-masakan, dan nonton dongeng." ucap Bagaskara dan menampakan wajah tidak mau tau.

"Cih. Bilang aja takut Asa beneran pergi. Eh, ah ide bagus tuh." Angkasa tersenyum licik.

Berapa jam berlalu dengan bermain masak-masakan, bermain menjadi penjual dan pembeli, juga nonton dongeng. Selama itu juga, Bagaskara lah yang paling menikmati permainan dan yang paling betah menonton.

"Heleh katanya tadi ga mau. Sekarang betah aja tuh hampir 4 jam di depan tv." sindir Angkasa dengan nada samar. Wajahnya seketika menjadi datar.

Mereka pun kembali bermain hingga jam makan siang. Angkasa yang sudah kelelahan, meminta digendong oleh Bagaskara.

Siang hari, Langit datang membawakan Bagaskara dan Angkasa makanan.

"Malam semuanya." sapa langit ceria

"Masih pagi om." jawab Bagaskara sinis. Ia sedang menggendong Angkasa.

"Aelah, bisa aja gas. Lagi pada ngapain sih? seru kayanya." tanya Langit.

"Gada, si Asa lagi pengen digendong." jawab Bagaskara.

"Om langit, mau bawain makan siang ya?" tanya Angkasa.

"Iya sa. Kalian udah makan belum? "

Angkasa menggeleng polos, sontak membuat Langit tertawa. "Sa, lo kalo gitu, kaya gembel."

ZAYVAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang