𝐙𝐚𝐲𝐯𝐚𝐫 𝟐3🍁

27 0 0
                                    


𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚...

     Tidak terasa, bulan mulai menampakan dirinya dengan terang dan kesunyian. Zayvar beserta kedua putranya keluar dari kamar dan membawa semua bungkusan makanan ringan yang sudah mereka makan. Karna ART belum datang, ketiganya pun mulai merapikan dan membersihkan kamar sendiri.

"Gas, ambilin daddy sapu. Asa bawain kemoceng." pintah Zayvar pada kedua putranya. Bagaskara dan Angkasa pun bergegas mengambil semua barang yang diminta oleh Zayvar.

Zayvar menyapu setiap debu dan kepingan-kepingan jajan pada lantai kamar milik nya.

Tiga puluh menit berlalu, bersih-bersih kamar sudah selesai. Zayvar pun bergegas kedapur untuk membuat makanan bagi kedua putranya.

"Oke, mari kita lihat cara membuat sup ayam." gumam Zayvar sembari membuka aplikasi youtube dan mencari tutorial memasak.

"Daddy lagi apa? Kara bantu ya." tawaran Bagaskara rupanya disambut baik oleh senyuman hangat Zayvar.

Kehadiran kedua putranya membuat dapur itu terasa tidak terlalu sepi.

"Daddy mau masakin kalian sup. Kalau mau bantu, cuci tangan dulu." ujar Zayvar.

Kedua putranya bergegas menuju tempat cuci tangan.

"Daddy bantuin Asa cuci tangan, Asa tidak bisa, ini terlalu tinggi daddy." keluh Angkasa membuat Zayvar menoleh kearahnya dan menggendongnya. Zayvar mencuci tangan Angkasa dan kembali memperhatikan vidio tutorial yang ia buka.

"Kara ambilkan daddy ayam di kulkas. Asa tolong bawakan sayur juga." pintah Zayvar.

Serentak kedua putra Zayvar itu menjawab "Siap daddy."

Mereka senantiasa membantu Zayvar dengan senang hati.

"Masukan ayam kedalam panci." ~suruhan dari vidio.

Zayvar melotot keheranan. Ia menatap ayam yang dia pegang.
"Iangsung dimasukin? ini ayamnya ga dipotong dulu? Masa sih, perasaan ga gini deh. Mba nya ada-ada aja." celetuk Zayvar dengan wajah kebingungn. Ia menatap vidio dan ayamnya secara bergilir.

"Dad, pasti harus dipotonglah. itumah sesuai nalar aja, ga harus printah dari vidionya." ujar Bagaskara sedikit kesal.

"Lah iya juga ya Gas? wkwk keren anak gue. Dah berani mengkritik. Uang jajan daddy potong." balas Zayvar sembari merubah ekspresi dalam sekejab.

"Wah sehat. Masa cuma kritik, dipotong uang jajan." protes Bagaskara sepertinya membuat Zayvar pening.

"Shttt diem. Nanti ayamnya bangun."

"Eh duda. Itu lo banting juga ayamnya ga bakal bangun, dah metong ayam nya." geram Bagaskara sambil menunjuk ayam yang ada di tangan Zayvar.

"Iya tah? Dah diem. Gue mau potong ayamnya dulu." pintah Zayvar. Saat Zayvar berhasil melepaskan kepala ayamnya. Ia mendengar isakan tangis putra bungsunya. Zayvarpun menoleh dan menatap Angkasa yang duduk di pojokan.

"Anak daddy kenapa nangis?" tanya Zayvar sembari perlahan menghampiri Angkasa.

"Dek? Kok nangis. Kenapa?" timpa Bagaskara menanyai adik kecilnya itu.

"A-ayam, jangan digituin daddy. Ayamnya sakit kalau digituinnn, hiks." rintihan Angkasa membuat Zayvar bingung.

"Ya terus mau diapain kalau ga diginiin nak?" tanya Zayvar sambil memotong ayam yang ada ditangannya, seakan memperagakan maksud ucapanya.

Melihat itu, Angkasa semakin menaikan nada tangisanya "Daddy jangan digituin huaaaa hiks hiks."

"Asa, ayamnya nangis Sa. Liat Sa ayamnya kesakitan Sa." goda Bagaskara sambil menertawakan Angkasa.

"Udahhh~ daddy stop, kaka udah. kasian ayamnya. Kepalanya ilang daddy hiks hiks."

Zayvar terkekeh melihat kelakuan putra bungsunya itu. Ia pun berlutut dan memberi pengertian pada Angkasa.

"Asa, hey. Dengerin daddy. Tuhan sudah menciptakan bumi dan segala isinya, segala binatang untuk dirawat dan akan dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup, dengan cara dimakan." jelas Zayvar.

Angkasa perlahan berhenti menangis dan menatap daddynya. Ia memperhatikan penjelasan dari Zayvar.

"Coba deh Asa bayangin kalau kita ga bunuh ayamnya. lalu kita tidak makan, dan Asa juga tidak mau menyakiti tumbuhan, lantas bagaimana kita bisa bertahan hidup jika kita tidak makan? Jadi, pada dasarnya, tidak apa-apa jika kita membunuh ayamnya dengan alasan agar bisa hidup. Berbeda jika kita membunuh ayamnya hanya karna ingin melukainya, itu baru kita boleh mengasihani ayamnya, dan menandai bahwa tindakan itu salah." lanjut Zayvar.

Angkasa mengusap air matanya dibantu oleh Zayvar.

"Dad, sekarang siniin ayamnya. Airnya dah habis dipanci." ucap Bagaskara sembari menyodorkan tanganya.

"Nah kalau ini namanya gosong. Tapi tidak apa-apa." kata Zayvar pasrah sambil menunduk.

"Yeyy saatnya gofood." teriakan riang Bagaskara. Sepertinya ini adalah hal yang ditunggu oleh Bagaskara.

"Daddy maafin Asa ya."

"Daddy maafkan. Malam ini kita makan diluar. Anak-anak, ayo siap-siap." jawab Zayvar.

Kedua putranya mengangguk. Ketiganya segera menyiapkan diri masing-masing.

                            ***

"Dad, baju Asa yang hitam mana?" teriak Angkasa.

"Pakai yang putih aja Sa." jawab Zayvar.

"Aaa daddy Asa mau baju yang hitam."

"Bentar daddy carikan."

"Dad, tolong ambilin baju Kara dad." teriak Bagaskara.

"Dad, tolong rapihin rambut Asa."

"Kara juga dad."

"Dad, kaca mata Kara mana?"

"Daddy, sepatu Asa yang kemaren baru dibeli disimpan dimana?"

"Agak cape yah, ngurus anak sendiri. Dulu, Cia kok bisa gampang banget kaya enteng seperti air yang mengalir tanpa ada hambatan serta-"

"Daddy~"

"Serta lanjut membantu anak."
Persiapan yang sangat melelahkan. Zayvar harus mencari kesegala penjuru ruangan hanya untuk merapikan anaknya.

Baiklah, sekarang mereka sudah tiba di restoran. Seorang pelayan datang menghampiri mereka dan membawakan beberapa menu.

Begitu banyak pilihan makanan yang enak dan harganya tentu sesuai makananya.

Tak berapa lama... pesanan datang dan ketiganya langsung menyicip makanan yang sudah dipesan. Beberapa jam berlalu, makan malam sudah selesai, dan Zayvar serta kedua putranya balik ke rumah.

"Anak-anak, sekarang saatnya tidur. Besok, Agas bareng daddy ke sekolah baru."

"Asa ikut ya dad." ucap Bagaskara.

"No No No. Asa tidak ikut, dia masih belum terlalu pulih untuk bisa jalan-jalan."

"Iyain aja dulu." balas Bagaskara menyepelehkan kata-kata daddynya.

𝐁𝐄𝐑𝐒𝐀𝐌𝐁𝐔𝐍𝐆...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZAYVAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang