.
.
.
.
.
.──────────────────────────
Siang ini tidak secerah biasanya, cahaya sang surya tertutup kabut gelap dengan tetesan air yang berlomba-lomba membasahi bumi beserta isiannya.
Angin berhembus kencang disertai beberapa sambaran petir yang terdengar menyeramkan ditelinga seorang bocah berusia 4 tahun yang kini tengah meringkuk didalam sebuah ruangan kotor beralaskan kardus. Ia memeluk tubuhnya menggunakan kedua tangan kecil miliknya, berharap bisa menghilangkan rasa dingin yang hinggap pada tubuh ringkih tersebut.
Brakk!
Tubuhnya terperanjat mendengar debuman keras dari pintu yang dibuka secara paksa, bocah- kita sebut saja Elanza. Elanza menoleh, mengedarkan pandangannya pada pintu yang kini terbuka lebar menampakan seorang wanita dengan raut memerah menahan amarah.
"Kemari kau sialan!"
Elanza beringsut memundurkan badan kecilnya, ia menggeleng dengan iris mata yang bergetar menatap takut kearah wanita yang sekarang berjalan tergesa mendekatinya.
Srettt
Dalam sekali tarikan, wanita tersebut menyeret tubuh mungil yang banyak dihiasi luka lebam itu dengan kasar.
"Unda tangan Elan cakit Unda"
"Diam kau bedebah! tutup mulutmu itu! sudah ku bilang, aku muak mendengar suaramu!"
Elan meringis pelan, tarikan sang Bunda pada lengannya tidak bisa dikatakan pelan. Bahkan kini lengan seputih susu tersebut memerah menandakan seberapa kasar dan kuat tarikan seseorang yang ia sebut Bunda.
"Unda, Elan maap"
Plak
Elan menutup rapat matanya ketika sebuah tamparan mendarat pada pipi gembil miliknya, sudut bibir Elanza dihiasi sedikit darah karena tamparan keras yang hinggap pada pipinya.
Merlin, wanita yang Elan sebut Bunda melempar badan mungil yang sebelumnya ia seret dengan kasar menyebabkan kepala Elan terkantuk lantai karena si mungil tidak bisa menahan bobot badannya yang di lempar secara tiba-tiba.
"Aku benar-benar menyesal telah melahirkan bajingan seperti dirimu! karena kau hidupku hancur, kau harus mendapatkan balasan setimpal!"
Merlin kembali menarik tangan Elan, memaksa sang putra untuk duduk. Elan memegang kepalanya yang berdenyut nyeri, ia menatap sang bunda yang kini berbayang diakibatkan oleh benturan di kepalanya.
Bughh
Plak
Wanita berkepala empat tersebut memukul dan menampar Elan membabi buta, tak memperdulikan keadaan si kecil yang kini terkulai tak berdaya di hadapannya. Merasa tak puas Merlin berjalan kearah lemari yang berada di sebelah sofa, ia mengambil sebuah ikat pinggang yang biasa dipakai saat ia sedang meluapkan emosinya pada tubuh kurus Elan.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Our Sun' : Elanza Nassa
Teen Fiction[Brothership] [On-Going] Elanza hanyalah seorang bocah berumur 4 tahun, tapi mengapa kehidupan yang ia jalani sangatlah berat? bahkan mungkin jika orang dewasa yang mengalaminya belum tentu seseorang tersebut kuat seperti Elan. Elanza hanya ingin tu...