.
.
.
.
.
.──────────────────────────
"Unda!"
"Elan! Elanza bangun!"
Mata bulat si kecil terbuka, ia menatap sekitarnya. Tubuhnya berkeringat dan gemetar, tangan kecilnya terangkat berusaha manggapai wanita berdarah Jepang yang kini menatapnya khawatir.
"My... Mimmy ndong" ujar si kecil lirih.
"Sayang, kesayangan Mommy"
Aiko dengan sigap membawa Elan kedalam gendongannya, ia berdiri menimang si kecil. Betapa khawatirnya ia saat melihat si bungsu berteriak ketakutan dalam tidurnya.
"Sayang.. jangan takut, Mommy disini"
Jemari lentik Aiko dengan sabar mengusap lembut dada di kecil yang naik turun dengan cepat, bahkan nafas si kecil pun tidak teratur.
"Mommy disini sayang, tak ada yang perlu ditakuti"
"Mimmy... Undaa, Elan takut"
Aiko mengangguk mengerti, ia mengecupi sisi wajah si kecil, berusaha memberi ketenangan untuk buah hatinya. "Tidak ada Bunda disini, hanya ada Elan, Mommy, Daddy, Abang dan Kakak. Bunda tidak ada disini, jadi Elan tidak perlu merasa takut"
Elan hanya menatap sayu sang Mommy, nafasnya sudah mulai teratur meskipun kini lumayan tersendat. Dengan kaki jenjangnya, Aiko melangkah keluar kamar, ia membawa si bungsu ke dapur, berharap bisa mengalihkan perhatian si bungsu.
Dapur adalah salah satu tempat favorit Elan, si kecil senang berada disana karena melihat maid serta beberapa chef khusus yang membuat banyak makanan untuk keluarga Sergio.
"Daddy bilang Elan ingin jelly stawberry, benar? Elan mau? jika iya Mommy akan membawanya untuk Elan bagaimana?"
Elan mengangguk, ia menunjuk salah satu meja marmer didapur meminta sang Mommy untuk mendudukinya disana.
Aiko membawa sang buah hati kearah meja marmer dan mendudukinya, ia merapihkan surai hitam si bungsu lalu mengecup dahi itu dengan lembut. "Elan tunggu disini okay?"
Wanita berdarah Jepang itu beranjak pergi, sebelumnya ia sudah berpesan pada salah satu maid disana untuk memantau si kecil.
Elan terduduk manis dengan kedua netra bulatnya yang memantau chef serta maid yang kini sedang sibuk dengan masakannya. Tanpa sadar kedua netra hazelnya menangkap siluet seseorang yang sangat ia kenali.
"Nenek?"
Mata bulatnya mengedip lucu, tak lama bibir plum si kecil membulat membentuk huruf O. "NENEK!"
KAMU SEDANG MEMBACA
'Our Sun' : Elanza Nassa
Teen Fiction[Brothership] [On-Going] Elanza hanyalah seorang bocah berumur 4 tahun, tapi mengapa kehidupan yang ia jalani sangatlah berat? bahkan mungkin jika orang dewasa yang mengalaminya belum tentu seseorang tersebut kuat seperti Elan. Elanza hanya ingin tu...