.
.
.
.
.
.──────────────────────────
"Bodoh, jangan lakukan itu brengsek! kau menendangnya kemana" Lyon berdecak kesal ketika melihat Bentley menendang asal bola kearah tim lawan.
Lyon dan Bentley kini tengah bermain PS dikediaman Sergio, sedangkan William dan Exe tengah sibuk dengan pekerjaannya.
Keempat pemuda itu seakan-akan melupakan seongok buntalan daging yang kini menghilang dari kamar milik putra ketiga Hugo karena sibuk dengan dunianya masing-masing.
Lyon tersadar ketika tak mendengar suara imut milik adik sang sahabat, ia langsung menaruh stik PS-nya dan berdiri tanpa memperdulikan permainan yang kini masih berlangsung.
Bentley mempause game, ia mendongak melihat Lyon yang kini seperti orang kebingungan. "Kau mencari apa?"
"Kemana Elan?" Lyon bertanya balik, bukannya menjawab pertanyaan pemuda berambut biru yang kini terdiam mematung.
Selain Bentley, Exe dan William pun sama-sama terdiam. Mereka menghentikan aktivitasnya seketika.
Tak lama mereka tersadar, keempat pemuda itu kelabakan karena kehilangan jejak si kecil. Jika Hugo tau, bisa-bisa mereka dipenggal hidup-hidup.
Sedangkan disisi lain, Edward yang baru saja kembali dari perjalanan bisnisnya kini berjalan kearah dapur untuk mengambil minum. Tenggorokannya terasa sangat kering, ia bahkan tak peduli dengan dirinya yang masih mengenakan pakaian kantor.
Langkahnya terhenti ketika melihat lantai dapur yang kini penuh dengan tumpahan terigu, darahnya mendidih ditambah dengan dirinya yang kini tengah kelelahan, membuat dirinya dengan mudah dikuasai amarah.
Edward berjalan menyusuri jejak awal tumpahan terigu, ketika melihat seongok buntalan daging yang kini tengah sibuk dengan dunianya, amarahnya lenyap ntah kemana.
"Bayi? sedang apa kau disini?"
Tubuh mungil itu terlonjak kaget, ia memutar badan mengarah keasal suara. Tawa Edward mengudara ketika melihat wujud balita mungil dihadapannya. Rasa lelah yang sebelumnya hinggap ditubuh kekarnya seperti hilang tertiup angin.
Bagaimana tidak tertawa, penampakan dihadapannya sangat lucu. Buntalan daging itu menggunakan jumpsuit berwarna hijau tanpa dalaman, dengan surai hitam yang diikat apple hair, ditambah dengan tubuh mungilnya yang dipenuhi dengan baluran terigu.
"Astaga, lihat dirimu. Apa yang kau lakukan sebenarnya? ya Tuhan"
Sang tersangka menyengir lucu, menampakan gigi susunya yang berjajar rapih. "Elan main cini Abang. Abang Elang cama Abang cemua diami Elan. Elan bocan"
Salah satu alis Edward terangkat, ia membawa tubuh berlumuran terigu itu kedalam gendongannya tak mempedulikan pakaian kantornya yang akan kotor terkena butiran-butiran terigu. "Lalu dimana mereka?" tanyanya, ia tak mempertanyakan 'Abang-abang' yang dimaksud si kecil. Karena ia tahu, pasti 'Abang-abang' tersebut adalah ketiga sahabat Exe.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Our Sun' : Elanza Nassa
Teen Fiction[Brothership] [On-Going] Elanza hanyalah seorang bocah berumur 4 tahun, tapi mengapa kehidupan yang ia jalani sangatlah berat? bahkan mungkin jika orang dewasa yang mengalaminya belum tentu seseorang tersebut kuat seperti Elan. Elanza hanya ingin tu...