.
.
.
.
.
.──────────────────────────
Pagi ini terlihat cerah seakan mendukung kebahagiaan si kecil yang tengah tersenyum bahagia, cahaya matari menyinari bumi beserta isiannya, burung-burung beterbangan disertai kicauan merdu yang menambah kesan hangat.
Didalam sebuah ruangan VVIP, terdapat Aiko, Hugo dan juga si bungsu mereka, Elanza. Aiko yang tengah mengemasi barang-barang tersenyum ketika melihat suami dan buah hatinya.
Sudah seminggu lebih Elan berada di Rumah Sakit untuk masa pemulihannya. Elan sudah jauh lebih baik, luka-luka di tubuhnya sudah mengering, bekas operasinya pun sudah sembuh, ia sudah diperbolehkan pulang oleh David, tetapi si kecil tetap harus check up untuk kontrol kesehatannya.
Bibir kecil itu melantunkan tawa merdu yang mungkin menjadi candu di telinga orang yang mendengarnya. "Diddy bebek Diddy, wek wek wek begitu bunyi na"
Hugo terkekeh, ia memangku putra bungsunya yang kini tengah menonton serial kartun pada IPad berlogo apel digigit. "Ya anak Daddy memang pintar, Elan tau tidak siapa namanya?"
Dahi si kecil mengerinyit tak mengerti, memang siapa namanya? dia kan benar tadi, itu adalah bebek.
"Ni bebek Diddy" jawab Elan.
Sang Daddy lagi-lagi terkekeh, ia mengecupi pipi si bungsu yang terlihat kian mengembang setiap harinya, bukan hanya pipinya saja tetapi tubuh kurus Elan pun perlahan terisi. Hugo dan Aiko mengurus Elan dengan sangat baik.
"Iya itu bebek, tapi dia memiliki nama. Namanya Donald Duck, dan kartun yang sebelumnya Elan tonton itu adalah beruang namanya Winnie the Pooh"
Elan mengangguk, "Winni de puh, Denal dak" ucapnya sembari menunjuk serial kartun Walt Disney itu kepada sang Daddy.
Hugo tergelak mendengar ucapan si bungsu, begitu juga Aiko, mengapa bungsu mereka ini menggemaskan sekali?
Setelah selesai mengemasi barang-barang, Aiko beranjak menghampiri suami serta putranya. Ia terlebih dahulu mengambil botol dot di atas nakas yang berisi susu hangat.
"Sudah cukup menontonnya Prince, sekarang saatnya minum susu. Menontonnya dilanjut nanti agar mata Elan tidak sakit"
Elan mengangguk patuh, ia memberi IPad berwarna silver itu pada Hugo. Aiko dan Hugo tersenyum, ntah harus bersyukur atau tidak karena Elan merupakan anak yang sangat penurut, ia tidak pernah membantah ucapan mereka.
Tapi hal tersebut membuat mereka khawatir, si kecil tidak pernah menyuarakan pendapat atau ketidaksukaannya, ia hanya menurut dan diam tak membantah. Bahkan pernah beberapa hari lalu Hugo salah menuang air panas pada susu milik si bungsu, takaran air panasnya melebihi batas normal tetapi si kecil hanya meringis dan tidak bersuara ketika meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Our Sun' : Elanza Nassa
Teen Fiction[Brothership] [On-Going] Elanza hanyalah seorang bocah berumur 4 tahun, tapi mengapa kehidupan yang ia jalani sangatlah berat? bahkan mungkin jika orang dewasa yang mengalaminya belum tentu seseorang tersebut kuat seperti Elan. Elanza hanya ingin tu...