.
.
.
.
.
.──────────────────────────
"Apakah dia belum bangun Mom?"
"Ya.. sepertinya dia terlalu nyaman hingga enggan membuka kedua matanya"
Seorang wanita paruh baya terlihat sedang duduk di pinggir ranjang rumah sakit, tangannya dengan setia mengelus tangan mungil milik sang empu yang masih enggan membuka mata dari tidur lelapnya.
Helaan nafas terdengar, pemuda berumur 24 tahun menatap lekat tubuh seorang anak yang tertidur lelap diatas ranjang pesakitan.
Wajah manis itu dihiasi lebam yang disebabkan pukulan terhadap kulit mulusnya, belum lagi tubuh yang sama-sama memiliki banyak bekas luka ntah itu lebam maupun luka yang masih basah, pasti luka-luka itu tidak diobati.
"Kau tidak pergi ke kantor Ed? jika Daddy mengetahuinya, kau pasti dimarahi oleh Daddy mu"
Pemuda yang diketahui bernama Ed menggeleng, ia berjalan mendekat kearah ranjang, menatap sendu pada tubuh kurus yang ia tahu pasti tubuh kurus itu tidak terurus dengan baik. Bahkan ia mendapat laporan dari asisten pribadinya saat Elan ditemukan, bahwa adik kecilnya berhenti mendapatkan asi ketika keluar dari Mansion. Elan hanya diberi susu formula tetapi saat si kecil menangis saja, itupun hanya sampai Elan berusia 6 bulan, setelahnya si kecil hanya diberi air putih.
Disaat dirinya dan seluruh keluarganya hidup enak tetapi Elan harus berjuang demi kehidupannya sendiri. Mata tajamnya berkaca-kaca mengetahui betapa tersiksanya sang adik selama ini, tetapi tertutupi oleh raut datar yang senantiasa terpampang apik di wajahnya.
"Edward, tak apa jika kau menangis nak. Dia adikmu, adik kandungmu. Bahkan Mommy pun menangis melihat keadaannya, Mommy mengerti jika kau menangis, tidak perlu menutupi kesedihanmu. Apa kau butuh pelukan hm? kemari biar Mommy peluk dirimu"
Pemuda yang tak lain bernama Edward beranjak dari tempatnya, ia menghampiri seseorang yang ia sebut Mommy dengan langkah ragu. Dalam hitungan detik tubuh tegap itu memeluk wanita berusia 44 tahun di hadapannya.
Pelukannya mengerat seiring derasnya liquid bening yang turun dari netra dark brown miliknya, ia menangis tanpa suara ataupun isakan. Sebenarnya Edward sedikit malu, Edward tidak terlalu dekat dengan wanita yang saat ini sedang memberinya ketenangan. Jangankan memeluk seseorang, menangis saja ia tidak pernah, terakhir kali ia menangis ketika dirinya duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar yang saat itu sang Daddy tak sengaja menghancurkan revolver kesayangannya, tetapi lihat kini dirinya menangis didalam pelukan sang Mommy.
"Adikku Mom"
Edward Cale Sergio, pemuda berusia 24 tahun yang tak lain adalah Kakak kandung dari Elan. Ia langsung bergegas pergi begitu mendengar adik bungsunya telah ditemukan dengan keadaan yang bisa dibilang tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Our Sun' : Elanza Nassa
Fiksi Remaja[Brothership] [On-Going] Elanza hanyalah seorang bocah berumur 4 tahun, tapi mengapa kehidupan yang ia jalani sangatlah berat? bahkan mungkin jika orang dewasa yang mengalaminya belum tentu seseorang tersebut kuat seperti Elan. Elanza hanya ingin tu...