.
.
.
.
.
.──────────────────────────
"Ni bebek, no angca Kak Ei"
"Ini angsa bayi. Bebek itu yang berwarna coklat dan kuning, mereka memiliki leher pendek. Kalau yang putih dan berleher panjang ini namanya angsa"
"Elan no angca, mau bebek caja"
Eizora menghembus nafasnya kasar, terlihat dari raut wajah gadis cantik itu ketara sekali bahwa ia sangat frustasi menghadapi adik bungsunya.
Ia merasa beralih profesi, bukan lagi menjadi mahasiswa kedokteran tapi beralih menjadi guru TK.
"Hah~ terserahmu saja Tuyul"
"Tuyul nda Kak Ei, ni Elan"
Eizora menatap kosong lantai, tangannya meremas pakaian bagian dadanya dramatis. Ia menatap presensi si kecil yang sedang memegang buku yang berisi berbagai macam gambar hewan, lalu tak lama meneriaki sang Mommy, membuat Elan tersentak.
"Huwaaa Mommy, aku menyerah" teriak Eizora.
Netra hazel si kecil membulat, ia menatap takut sang kakak. "Kak Ei- Elan maap"
Eizora menatap terkejut sang adik, dengan cepat ia membawa tubuh bulat si bungsu ke pangkuannya. Wajah cantik itu terlihat panik melihat sang adik yang terlihat sulit bernafas.
"Hei hei, Kakak bercanda. Tenang Elan, tarik nafasmu perlahan" ujarnya menenangkan si bungsu.
Melihat keadaan Elan yang selalu terlihat panik dan ketakutan saat mendengar nada keras membuat Eizora curiga, ditambah Elan terkadang sulit bernafas. Eizora tahu bahwa Elan memiliki asma, tetapi melihat adiknya yang sulit bernafas seperti ini ia rasa ini hal yang berbeda. Ia harus membicarakannya dengan Daddy dan Mommy-nya nanti.
Hari ini Aiko sedang tidak berada di Mansion, wanita cantik itu tengah mendatangi peresmian butik baru miliknya, sedangkan anggota keluarga yang lain sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Hugo pergi ke kantor begitupun dengan Edward. Exe pergi sekolah dan belum pulang karena pemuda itu masih harus latihan basket untuk perlombaan yang akan diadakan minggu depan. Hanya Eizora yang berada di Mansion karena dirinya tidak ada jadwal kuliah hari ini. Sebab itulah Putri tunggal Hugo bertugas menjaga si bungsu.
"Nakal, maap. Elan maap nakal Kak Ei" ujar Elan dengan suara pelan, nafasnya masih sesekali tersendat.
Eizora mengangguk, ia paham betul apa yang diucapkan sang adik walaupun tata letak pengucapannya tidak beraturan. Tangannya masih senantiasa mengusap lembut dada si kecil.
"Elan tidak nakal. Tenang hm? jika tidak Elan akan sulit bernafas, Kak Ei yang minta maaf karena membuat Elan terkejut, Elan mau memaafkan Kakak?"
Buntalan daging di pangkuan Eizora mambalas lirih, ia membenamkan wajahnya pada dada sang Kakak dan dibalas dengan tepukan lembut pada punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Our Sun' : Elanza Nassa
Ficção Adolescente[Brothership] [On-Going] Elanza hanyalah seorang bocah berumur 4 tahun, tapi mengapa kehidupan yang ia jalani sangatlah berat? bahkan mungkin jika orang dewasa yang mengalaminya belum tentu seseorang tersebut kuat seperti Elan. Elanza hanya ingin tu...