03. Nasib Yang Sama

195 22 33
                                    


Haloo Rafiksi!

Jangan lupa vote + comment nya biar author semangat 🤸🏽‍♀️

🫧 Selamat membaca 🫧

-o0o-

Hari ini adalah hari yang paling melelahkan sekaligus sial bagi Cia. Bagaimana tidak? Dimulai dari mencari Leandra Diaskara yang begitu sulit, sampai memilih tiga persyaratan dari Lean. Dan yang paling sial adalah uang tabungannya yang habis begitu saja.

Disinilah Cia. Di Kamar yang sangat amat sederhana namun nyaman bagi sang pemiliknya. Hanya beralaskan kasur lesehan, dengan peralatan Rumah seadanya.

Cia mendesah pelan, memikirkan kejadian yang tadi menimpanya. Andai saja ia tidak mengambil kertas bertuliskan Leandra Diaskara. Andai saja ia tidak mencari seorang Leandra Diaskara. Andai saja ia membiarkan dirinya dihukum oleh Ketua OSIS. Andai saja ia memilih menjadi pacar Leandra Diaskara, karenanya urusan hati belakangan. Beratus andai Cia ucapkan. Namun semua itu hanya sia-sia, yang lalu telah berlalu.

Cia menggeser gorden sehingga menampakkan alam yang sedang menurunkan hujan. Sial! Menambah vibes sedihnya saja.

"Ibu belum datang. Kasihan Ibu," gumam Cia pelan.

Cia mengambil sebuah kotak yang ada dilacinya. Meniup debu yang menempel dikotak tersebut. Ternyata sudah cukup lama ia tidak membuka kotak ini. Cia dengan perlahan mengambil sebuah figura yang ada di dalamnya. Menatapnya lekat-lekat.. sudah tidak terbendung lagi. Cia mengeluarkan setetes air mata.

"Kalau aja Ayah masih ada.. mungkin Ibu nggak bakal kerja cari uang buat Cia dan Ibu. Ibu nggak akan kecapekan tiap hari. Ibu nggak akan pulang larut malem. Ibu pasti punya banyak waktu untuk Cia. Ibu juga pasti bahagia kalau aja Ayah masih hidup. Ayah? Cia kangennnn..."

Pertahanannya runtuh. Cia menangis sesegukan. Jika biasanya Cia dapat menahan tangisannya, tetapi untuk kali ini tidak. Cia tidak bisa menahannya. Mungkin karena tidak ada siapa-siapa disini. Jadi Cia dapat dengan mudah mengeluarkan air matanya dengan bebas.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Cia segera merapihkan kotak itu ke tempat nya kembali. Lalu mengusap matanya hingga tidak menampakkan bahwa Cia telah menangis.

Cia membukakan pintu itu, dan mendapati Ibunya yang sudah basah kuyup.

"Ibuuuu? Sini Cia bantu."

Cia menggapai lengan Ibunya dan membawa Ibunya menuju kursi panjang semacam sofa tetapi terbuat dari kayu. "Ibuuu jangan hujan-hujanan, kalau Ibu sakit gimana? Ibuu, Ibu tuh gak boleh kena air hujan. Ibu juga gak boleh pulang malam. Nah gini kan? Suhu Ibu panas, Ibu pasti sakit. Ibu jangan sakit. Cia gak mau Ibuu—"

Ibunya menutup mulut Cia agar tidak mengoceh lagi. "Cia udah ya ngomongnya? Lihat baju Ibu, basah kan? Ibu mau mandi dulu takut masuk angin. Cia juga gak usah mikirin Ibu. Cia belajar aja yang bener. Jangan sampai gara-gara mikirin Ibu belajar kamu keganggu. Yaudah, Ibu mandi dulu, ya?" Ibu menatap Cia dengan tatapan teduhnya.

Larasati Wibowo, seorang Ibu yang berhasil mendidik anaknya sendirian sejak anaknya berusia tujuh tahun. Gino Abraham, suaminya. Telah meninggal sejak Cia berusia tujuh tahun. Semenjak Laras ditinggal Suaminya, ia harus bekerja sebagai pelayan disebuah Toko kue milik orang lain untuk mencukupi kebutuhan Cia dengan dirinya. Sangat disayangkan, saat Gino meninggal, semua hartanya diambil alih oleh sang Ibu Gino. Laras tidak masalah dengan hal itu. Memang sejak ia menikah dengan Gino, Ibunya Gino kurang setuju, tetapi Gino malah memaksakan kehendaknya.

Cia mengangguk, "Iyaaa. Ibu cepet mandi. Jangan sampai masuk angin. Pokonya Ibu harus sehat terus!"

Laras tersenyum manis, "Siap putri kecil."

Laras mulai melangkahkan kakinya menuju Kamar mandi.

Begitupun dengan Cia, Cia melangkahkan kakinya menuju Kamarnya. Tak tertahan bahwa tubuhnya ini ingin segera direbahkan. "Ibu gak boleh sakit! Ibu gak boleh pergi ninggalin Cia kaya Ayah.."

-o0o-

"LEANDRA!"

Lean menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Ayahnya yang sedang duduk disofa.

"Ada apa Yah?"

Ayahnya mendelik tubuh anaknya itu, "Dari mana saja kamu?!"

Lean memutar bola matanya malas, "Abis kumpul sama temen-temen, Yah."

Ayahnya mengangguk, "Sifat kamu nurun dari Ayah. Kamu tau? Ayah juga suka nongkrong sama temen-temen kalau malem. Kamu tau? Ayah juga punya Geng Motor! WOAH! Keren banget tau."

Lean berdecak malas, dengan terpaksa ia ikut duduk bersama Ayahnya disofa.

"Kamu tau? Ayah waktu dulu pernah jadi Ketua Geng nya itu! Pantas Bunda naksir berat sama Ayah. Ternyata Ayah sekeren itu."

Lean menggelengkan kepalanya pelan, bisa-bisanya ia mempunyai Ayah yang sombongnya tingkat akut. "Jadi Bunda suka Ayah karena keren?"

Ayahnya mengangguk mantap, "Udah mah ganteng, kaya, ketua geng motor, pokoknya Ayah tuh idaman Bunda banget!"

Lean tersenyum kecil, "Pantes Bunda mati duluan."

Si anying malah dark! -Batin Ayahnya kesal

"Kenapa tuh?" tanya Ayahnya santai seolah tidak ada beban sembari menyeruput kopinya.

"Ayah terlalu keren sih! Bunda kan punya penyakit jantung, jadi Bunda gak kuat ngeliat kerennya Ayah."

Ayahnya tersenyum sembari meletakkan gelasnya kembali ke meja, "Anjayy! Hebat sekali kamu memuji Ayah, mau apa?" Ayah mengangkat satu alisnya, ia paham Lean pasti meminta sesuatu. Dari kecil Lean selalu bersama Ayahnya, sudah dipastikan Ayah Lean mengetahui semua sikap anaknya itu.

Lean tersenyum kikuk, "Agar silaturahmi tetap terjaga. Minta uang sepuluh juta," cengiran Lean kini terlihat, menampakkan matanya yang seperti bulan sabit.

Ayah menggeleng pelan, mencubit pipi Lean gemas. "Nanti Ayah transfer."

Mata Lean berbinar. Ia langsung memeluk Ayahnya yang palik baik sekecamatan, sekabupaten, seprovinsi, senasional, pokoknya sealam semesta! "Sayanggggg Ayah!"

Keduanya kini berpelukan. Ada rasa sedih dibatin Ayah yang melihat anaknya tumbuh tanpa seorang Ibu.

"Lean bau! Sana mandi!" celetuk Ayah tiba-tiba, membuat pelukan mereka berakhir.

"Ah elah! Punya Ayah gini amat. Yaudah Lean mandi dulu," ujarnya lalu melenggang pergi meninggalkan Ruang tamu.

Hendrawan Baskara, seorang Ayah yang berhasil membesarkan anaknya sendiri sejak usianya dua tahun. Farasya Nugroho, seorang wanita cantik yang meninggal saat Lean berusia dua tahun.

Ya, Fara adalah istri dari Hendra, dan seorang ibu dari Lean. Fara meninggal karena mengidap penyakit jantung yang sudah ada sejak dirinya masih SMA. Entah apa yang membuat Hendra begitu yakin bahwa Fara dapat bertahan hidup dengannya. Buktinya saja Fara hanya dapat bertahan hidup sampai Lean berusia dua tahun.

Namun, kematian Fara tidak membuat Hendra menjadi seorang Ayah yang berbeda. Hendra tetap Hendra. Ayah yang baik dan humoris. Lean baginya adalah sebuah titipan yang sangat amat berharga melebihi apapun. Apapun yang diinginkan oleh Lean, Hendrawan Baskara akan selalu menurutinya. Hendrawan Baskara akan menjadi sayap pelindung seorang Leandra Diaskara.

***

Terhuraaa ama sikap Ibu Laras dan Ayah Hendra 🤸🏽‍♀️

Jangan lupa baca part selanjutnya Rafiksi 🤸🏽‍♀️

LEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang