15. Party Zelen

133 16 60
                                    


Selamat pagi, siang, sore malam 🧚🏻‍♀️

Ah intinya, selamat membaca 🩷

Spam emot 🩷 dihari spesial Zelen

🩷🩷🩷


-o0o-

Tiga anak Smanla itu kini sedang nangkring di sebuah Warung kecil yang tempatnya sempit dan juga kumuh. Bisa dibilang, warung itu tidak layak dipakai. Tetapi ketiga anak itu menyukainya. Tempat sederhana yang berisi orang-orang ramah dan mengerti betapa susahnya mencari uang. Sejak dulu tempat ini adalah tempat murid-murid yang tidak berkecukupan. Sebut saja Warung Emak.

"Lo mau ikut ke Party Zelen, Le?" tanya Gavin. Biasanya Gavin tidak mau ke tempat ini. Namun, entah ada angin apa, kali ini Gavin ikut serta bersama Lean dan juga Zion.

Lean mengangguk, "Cia ikut."

"Kwok bwiswa?!" Zion kini ikut berbicara dengan goreng pisang di tangan dan juga mulutnya.

Lean mengendikkan bahunya malas berbicara. "Lo juga dateng kan, Vin?" tanya nya pada Gavin yang sedari tadi melempar batu-batu kecil ke tanah.

Belakangan ini sikap Gavin berubah. Dimulai dari sikap dingin nya yang akut, pendiam yang berlebihan, serta emosi yang kadang tak stabil. Padahal, Gavin sangat jauh dari tiga kata itu. Perubahan itu disadari oleh Lean dan juga Zion. Namun mereka memilih diam. Lean dan Zion siap mendengar cerita Gavin. Mereka juga siap menjadi tempat keluh kesah Gavin. Namun sepertinya cowok itu hanya ingin memendam nya sendirian. Toh, semua orang juga butuh privasi, kan?

Gavin menggeleng, "Gue nggak bisa."

Zion menepuk pundak Gavin cukup keras, "Ayolah bro! Disana pasti banyak cewek-cewek cantik. Sesekali hibur diri lo pake pesta-pesta kaya gini. Gue tau lo nampung beban banyak selama ini. Biarin diri lo bebas, Vin."

Lean mengangguk setuju. Memang biasanya Zion yang selalu menasihati di antara mereka bertiga. Walaupun nasihatnya kadang— menyimpang.

"Gak bener bagi Gavin. Tapi bener bagi gue." Lean ikut berbicara.

Meraup wajah kasar, Gavin memalingkan wajahnya pada anak kecil yang sedang bermain lari-larian. "Gue.. mau kaya gitu lagi." batin Gavin.

"Gue bakal usahain dateng. Gue duluan, Mami kayaknya nyariin gue." Gavin melangkahkan kakinya begitu saja meninggalkan Lean dan juga Zion disana. Cowok itu menaiki motor ninja nya dan melajukan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi.

"Berat jadi Gavin," ujar Lean dan diangguki oleh Zion.

-o0o-

Sementara disisi lain, kedua gadis kini tengah mengacak-acak baju di lemari. Mereka nampak mempersiapkan sebuah pakaian yang akan dipakai ke acara pesta ulang tahun Zelen nanti malam. Sudah satu jam keduanya memilih-milih baju namun tidak ada yang pas. Quin terus mencari-cari baju yang diinginkan olehnya namun tak kunjung menemuinya.

"Baju nya kaya bocil semua. Gimana dong?" tanya Cia dan diangguki oleh Quin. Benar sekali, baju-baju milik Quin memang terlihat seperti baju anak kecil. Banyak sekali gaun berwarna-warni seperti gaun pesta ulang tahun anak kecil.

Kedua alis Quin berkerut, gadis itu memukul-mukul pelan kepalanya. "Aduh! Quin bodoh banget sih! Kenapa beli baju nya kaya bocil semua?!" marahnya pada diri sendiri. Quin menyesali salah satu kesalahan nya ini. Seharusnya ia menyadari, bahwa dirinya sudah berusia 16 tahun, bukan anak kecil yang berusia 6 tahun lagi.

LEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang