08. Jatuh Cinta?

160 17 9
                                    


HAI HAI HAYY!

Sebelum baca, usahain
vote dulu ya ❄️

🫧 Selamat membaca 🫧

-o0o-

"Lo juga luka Cia." Sorot matanya berubah menjadi tajam. Seakan terhipnotis dengan tatapan itu, Cia hanya diam ketika Lean mulai mengobati luka yang ada dikepalanya. Padahal hanya satu tetes darah yang keluar dari dahi Cia. Setelah beres mengobati luka yang ada di kepala Cia, Lean mengamati semua bagian wajah Cia dengan detail, takut ada luka lagi yang belum diobati.

"Lo ngapain sih?" Pertanyaan dari Cia hanya dianggap angin lalu oleh Lean. Sekarang tangannya meraih lengan Cia dan mendeliknya sampai ke kuku jemarinya. Saat beralih ke tangan kiri, terlihat sebuah luka kecil ditelapak tangannya. Lean langsung mengobati luka itu, "Jangan kepedean! Gue cuma gak mau diminta tanggung jawab sama orang tua lo karena udah nyelakain anaknya." 

Cia mendengus, "Buat apa juga orang tua gue minta tanggung jawab lo! Gak penting," kata Cia berusaha secuek mungkin. Masih ada rasa kesal dihati Cia karena ucapan Lean beberapa menit yang lalu.

Cowok itu menghentikan aktivitasnya, selesai sudah mengobati luka yang ada pada gadis itu. Lean menatap Cia kembali, "Lo mau kemana rapih kaya gini?"

"Maksud lo gue biasanya kaya gembel?!" tanya Cia ngegas.

Lean tertawa kecil. Tawa yang baru Cia lihat, senyumnya itu-- sangat manis. "Gue gak bilang lo gembel."

Cia mengerucutkan bibirnya kesal. Tidak sadar bahwa tingkahnya itu membuat lelaki yang ada dihadapannya merasa gemas. Sontak ia membulatkan matanya lebar saat teringat apa yang harus dilakukannya hari ini. Membantu Ibu. Ya. Membantu Ibu di Toko kue.

"Tuh kan! Gue jadi lupa agenda acara gue gara-gara ketemu sama lo!" sentak Cia lalu berdiri dan diikuti oleh Lean. "Lo mau kemana? Biar gue anter," kata Lean sembari meraih tangan Cia dan menggenggamnya.

Cia menghempaskan tangan Lean darinya, "Gue gak mau dibonceng sama cowok kaya lo!"

Lean mengangkat bahunya tidak peduli. Ia berjalan menuju motornya dan menaikinya. "Jalanan disini sepi banget ya. Gak mungkin sih gak ada sesuatu disini," kata Lean sembari memasang helmnya.

Cia yang mendengar itu menjadi panik. Jujur saja Cia sangat takut dengan hal mistis. Saat Lean hendak menjalankan motornya, tiba-tiba Cia berdiri di depannya. "Gue ikut," finalnya kepada Lean.

Lean memicingkan matanya, "Gii gik mii dibincing simi ciwik kiyi li," ejek Lean pada Cia. "Nih pake helmnya!" titah Lean, dan langsung dituruti oleh Cia.

"Ish! Yaudah sih." Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal. "Buru naik sebelum gue berubah pikiran," kata Lean dan mengode Cia untuk naik ke motornya. Dan akhirnya cewek itu naik ke motor Lean.

"Pegangan! Gue mau ngebut," kata Lean.

Cia yang ada di belakang Lean memicingkan matanya. Hal itu dapat dilihat oleh Lean dengan jelas dari kaca spionnya. "Modus lo ya?!"

"Terserah," kata Lean lalu menancap gas membuat Cia refleks memeluk Lean. Inget refleks ya!

Saat laju kecepatannya mulai menurun, Lean melihat tangan yang masih melingkar perutnya. Sontak Lean tertawa kecil, "Jadi sekarang yang modus siapa? Lo takut gue pergi ya?" tanya Lean.

Cia langsung melepaskan tangannya yang ternyata masih melingkar ditubuh cowok itu. Sumpah Cia tidak sadar! "Dih yakali. Justru gue seneng kalau lo jauh-jauh dari hidup gue."

"Oh gitu ya?" tanya Lean kembali.

"Ya," Cia membalasnya singkat. Entah mengapa ada desiran tidak enak yang melewati hatinya. Yang dikatakannya benar kan? Cia memang menginginkan kehidupannya jauh-jauh dari cowok itu. Tetapi kenapa hati dan pikirannya seperti berdebat keras.

LEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang