16. Mabuk Part 2 [Spesial 1k readers]

155 16 46
                                    


Holaaa Rafiksi 😻

🫧 Selamat membaca yaw 🫧

-o0o-

"Baru satu gelas aja udah pingsan. Apalagi kalau abis satu liter, Cia.."

Lean dengan hati-hati membaringkan Cia disamping kursi mobilnya. Cowok itu terlihat panik saat Cia yang tiba-tiba pingsan. Untung saja ada Zion yang memberi tahu bahwa Cia terkena pengaruh alkohol yang diminumnya. Sebenarnya Lean sudah sadar sejak bau alkohol yang tercium. Ia yakin gadis itu meminum minuman itu kembali. Padahal, Lean sudah menyuruh Zelen untuk tidak menyediakan minuman memabukkan itu. Tapi sepertinya, Zelen enggan menurutinya.

Lean memasangkan sealbet di tubuh Cia. Cowok itu menatap pahatan wajah Cia sebentar. Perfect. Satu kata dari Lean untuk wajah Cia. "Cantik-cantik gini galaknya minta ampun, ya?"

Lean mendengus geli saat terlewat bayangan Cia yang sedang marah-marah. Cowok itu kembali ke posisinya semula. Menjalankan mobil dengan kecepatan sedang.

Tangan putih mulus tiba-tiba mendarat di lengan kekar Lean. Tanpa melirik ke sampingnya, Lean sudah menyadari bahwa akan ada tingkah aneh kembali yang dilakukan oleh Cia.

Namun, untuk kali ini, Lean akan menikmatinya.

"Hari ini saya kesel banget tau." Cia mengerucutkan bibirnya kesal. Kedua tangannya masih menggenggam lengan kekar milik Lean. Cowok itu sebenarnya sedang menyetir mobil. Namun, sebisa mungkin Lean berusaha memaklumi perilaku aneh Cia ketika mabuk.

Lean beralih menatap Cia sebentar, "Kenapa hm?"

"Saya kesel banget liat kamu gandengan sama si Zelen Zelen itu. Saya gak suka ngeliatnya. Mata saya perih waktu liat kamu sama si Zelen itu. Dada saya juga tiba-tiba sesek. Ini jujur ya. Kamu harus percaya sama saya." Cia mengalihkan pandangan nya ke kaca mobil. Menyaksikan pemandangan lampu warna-warni yang menghiasi jalan.

Lean tertawa kecil. Entah, Lean berharap apa yang dikatakan Cia tadi benar-benar mengungkapkan perasaan Cia. Bukan hanya karena efek alkohol yang diminumnya.

"Kok sekarang jadi 'saya' 'kamu'?" tanya Lean yang masih fokus ke jalanan. Ia tidak bisa menatap Cia begitu lama. Hanya sesekali dengan lirikan saja.

"Emang biasanya apa?" tanya Cia bingung.

"Sayang." Lean menahan senyumannya terbit. Telinga cowok itu sudah terlihat merah.

"Hm, saya sedang marah. Nggak mau pake panggilan itu dulu."

Lean tertawa geli. Untung saja cowok itu telah menyiapkan sebuah alat untuk merekam apa saja yang mereka bicarakan di mobil saat ini.

"Kamu marah karena aku deket-deket sama Zelen?" tanya Lean penasaran.

Dari sudut ujung mata Lean, terlihat Cia yang sedang manggut-manggut. "Saya marah. Lain kali jangan deket-deket sama cewek siapapun. Kamu harus tau, kalau saya perempuan paling cantik didunia ini."

Lean terkekeh geli, membuat Cia mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu tertawa? Emangnya ada yang lucu?" Raut wajah Cia kini tampak serius. Tatapan nya lurus ke arah Lean— dimana cowok itu sedang menyetir mobil.

"Nggak, sayang.." Lean menghentikan laju mobilnya. Membiarkan kendaraan beroda empat itu berhenti terlebih dahulu. Matanya tertuju pada Cia yang menatapnya balik. "Kamu lucu kalau cemburu!" Lean mencubit gemas hidung mancung milik Cia.

LEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang