13. Tamu Bulanan

151 19 112
                                    


Semoga cerita ini cepet-cepet 1k yaa ❄️

🫧 Selamat membaca 🫧

-o0o-

Setelah sampai di Rumahnya, Cia duduk selonjoran dikasur empuk miliknya. Kakinya terasa pegal akibat dirinya sendiri yang meminta Lean untuk menurunkannya di depan Gang. Ia takut Ibunya akan marah jika melihat anak gadisnya boncengan dengan laki-laki. Makannya itu Cia menyuruh Lean untuk menurunkannya di depan Gang. Walaupun mendapatkan sedikit pertentangan dari Lean, namun akhirnya cowok itu setuju. Lean merasa tidak bertanggung jawab jika menurunkan Cia begitu saja.

"Lean hari ini kok beda, ya?" gumam Cia sembari memandang langit-langit Kamarnya. "Kaya ada manis-manisnya," sambungnya.

Cia langsung memukul kepalanya, "Ngomong apaansi gue? Mending telepon Ibu," ujarnya lalu melangkahkan kakinya menuju meja belajar nya yang dimana terdapat benda gepeng miliknya.

"Halo?"

"Ibu?! Mau jadi apa pulang malem terus?! Ibu nggak kasian sama anaknya?!" kesal Cia. Gadis itu sangat perhatian terhadap Ibunya. Jika Ibunya pulang malam, maka Cia akan mengomel seharian. Bahkan, akan diungkit terus-terusan.

"Astaga Cia. Maaf Ibu baru bisa buka handphone. Hari ini orderan penuh. Ibu sibuk. Nanti Ibu pulang jam 9," ujar Laras di seberang sana.

Cia berdecak, "Ibu tuh yaa. Gak pernah dengerin omongan Cia. Kalau penyakit nya kambuh lagi gimana? Seharusnya Ibu nggak usah kerja berlebihan."

"Iya. Udah ya? Ibu matikan teleponnya."

Tutt

Panggilan telepon terhenti secara sepihak. Sudah dipastikan Laras yang mematikannya duluan. Bisa sampai satu minggu jika ia tidak cepat-cepat memutuskan panggilan itu. Apalagi mendengar Cia yang terus mengoceh, bisa pecah kepalanya.

"Ibu?! Ish!!" Cia misah-misuh tak jelas. Mengeluarkan buku-buku dari tasnya hingga bersuara keras guna meluapkan kekesalannya. Buku-buku itu dibiarkan tergeletak di atas kasurnya. Ia beralih mengambil handuk dan pergi ke Kamar mandi.

Lima menit berlalu. Cia keluar dari Kamar mandi dengan celana selutut dan kaos hitam oversize dan juga dengan rambut yang ditutupi oleh handuk. Sungguh mencerminkan anak kos!

Cia melangkahkan kakinya menuju cermin. Ia mulai meneliti wajahnya. Matanya kini fokus pada bulatan kecil di hidungnya. "Anjir jerawat?!" pekik Cia. Ia mulai memegang hidungnya, "Jangan-jangan.."

"Gue lagi jatuh cinta?" Cia mengerjakan matanya berkali-kali lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak lah, jatuh cinta sama siapa gue? Gak mungkin!"

Kruk kruk kruk

Itu suara perut Cia. Semenjak pulang Sekolah tadi, Cia belum memakan makanan apapun. Cia mengusap perutnya yang terasa lapar. "Beli nasgor aja kali, ya?"

Cia mengangguk mantap. Ia berniat membeli nasi goreng di sekitar komplek Rumahnya. Sebelum itu, Cia mengeringkan rambutnya terlebih dahulu kemudian ia kucir satu. Sederhana namun terlihat cantik.

Cia mulai melangkahkan kakinya di sekitaran komplek. Angin malam ini cukup dingin, Cia menyesal tidak membawa jaket. Setelah melangkah cukup jauh, Cia menemukan dua gerobak yang tak jauh darinya. Cia memicingkan matanya dan tersenyum. Akhirnya ia menemukan penjual nasi goreng langganan nya. Cia langsung menghampiri kedua gerobak tersebut. Dan yang satunya lagi adalah penjual pecel lele.

LEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang