05. Satu Malam

194 21 49
                                    


🫧 Selamat membaca Rafiksi 🫧

-o0o-


Cia dapat melihat ada seorang lelaki yang ada di hadapannya sekarang ini, tetapi sialnya sangat buram. "Siapa lo?" tanya Cia lemah sebelum dirinya ambruk ke kursi.

Lean yang baru saja datang langsung melemparkan tatapan tajam ke arah mereka. "Siapa yang berani-beraninya kasih cewek ini minum?!"

"Gue Le! Gue kira tadi air putih," jawab lelaki tadi yang memberikan gelas pada Zion.

Lean mengacak rambutnya frustasi, "Brengsek lo!" Lean langsung membawa tubuh Cia dengan ala bridal style agar segera keluar dari tempat ini.

"Lo mati Ka! Otw itu cewek jadi pacar Lean tau asal lo," ngaco Zion asal bicara.

Lelaki yang diketahui bernama Raka itu mengangkat bahunya acuh, "Gapapa gue mati juga. Udah biasa kok," ujar Raka.

-o0o-

"Ck! Kok lo bisa minum sih?!" Lean menatap Cia yang sedang tertidur pulas di mobilnya. Cowok itu menjalankan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi. Lean berniat membawa Cia ke Rumahnya agar pulih dahulu. Mau diantar ke Rumahnya pun, Lean tidak tahu dimana Rumah gadis yang sedang mabuk itu.

Saat Lean sedang fokus menyetir, tiba-tiba saja ada yang menggengam tangannya. Ia menoleh dan mendapati Cia yang sedang tersenyum sambil memegang tangan kirinya.

Lean membiarkan Cia menggenggam tangannya itu. Inilah yang Lean takutkan. Pasti ada saja pengaruh dari alkohol yang membuat gadis ini bersikap berbeda dari biasanya. Dan Lean harus mengikuti perubahan sikap gadis itu juga agar tidak memberontak.

"Kamu tau? aku tadi datengin tempat itu demi kamu. Padahal hari ini aku capek banget karena banyak kegiatan di Sekolah tadi." Cia menceritakannya kepada Lean dengan suara yang amat lembut. Jika biasanya Cia bicara dengan nada tinggi, tapi sekarang ia menggunakan nada rendah.

Lean menghembuskan nafasnya kasar, mencoba sabar menghadapi Cia yang sedang terkena pengaruh alkohol yang diminumnya. "Makasih yaa. Tapi lain kali jangan minum itu lagi ya?" ucap Lean manis, lalu mengacak rambut Cia.

Cia tersenyum senang mendapat perlakuan itu, "Iyaa. Tapi kamu jangan jauh-jauh dari aku ya? aku gak bisa hidup tanpa kamu," ujar Cia makin ngawur.

Lean menoleh pada Cia dan tersenyum manis sambil manggut-manggut meng-iyakan.

"Manisss banget senyumnyaaa, Cia jadi meleyot." Cia mengatakan itu sambil men-dramatis salah tingkah.

Lean menggeleng tidak habis pikir, bisa-bisannya pengaruh alkohol itu membuat Cia bersikap seperti perempuan pada umumnya. Pertama kali Lean bertemu dengan Cia, Lean menilai bahwa Cia memiliki sikap setengah laki-laki dan setengah perempuan.

"Kamu mending tidur. Aku jadi gak fokus nyetirnya Cia," ucap Lean risih karena Cia sejak tadi menggenggam tangannya dan memandanginya terus-terusan. Tidak baik untuk kesehatan jantungnya!

"Ucapin selamat tidur dulu," rengek Cia sembari mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.

Tapi hal itu berhasil membuat Lean terkekeh gemas, "Selamat tidur Cia."

"Ish gak bener!" Cia malah cemberut dan memalingkan wajahnya ke kaca.

Lean menghentikan laju mobilnya, ia menoleh pada Cia dan menatapnya lekat-lekat. "Ciaa? Liat sini."

LEANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang