Anak Band | Jay

186 21 0
                                    

Cerita ini aku terinspirasi dari drama Twinkling watermelon, ada yang nonton juga gak nih...

Sunyi, itulah yang bisa aku dengar setiap hari, sejak aku lahir. Dan bisa dibilang, sunyi menjadi teman sejatiku dan sunyi juga membuat diriku ini dijauhi oleh teman-temanku. Mungkin, mereka berpikir bahwa berbicara ku hanya membuat energi mereka terkuras, aku adalah manusia kaku. Apa salahnya jika aku terlahir tuli dan bisu? Aku juga tidak ingin lahir seperti ini, tapi... Inilah nyatanya, takdirku seperti ini.

Untung saja, aku masih memiliki keluarga yang lengkap, ibuku memang sepertiku, beliau bisu dan tuli, tapi tidak dengan ayah dan juga kakakku. Aku bersyukur mereka selalu memperhatikanku dan selalu menanyakan kabarku setiap harinya.

Dan sekarang, aku hanya bisa memperhatikan teman-temanku yang seperti bersorak di dalam kelas, mereka terlihat senang. Terkadang, aku selalu ingin mengetahui itu, apa yang membuat mereka senang? Sedih? Karena aku selalu saja tidak diberitahu, ah ya, kecuali temanku, Chaehyun, ia terkadang menghampiriku dan memberitahukan tanpa ku tanya terlebih dahulu. Seperti sekarang ini, Chaehyun langsung menuju mejaku dan dia menulis pada tablet yang ada di atas mejaku dengan pen, tablet itu gunanya untuk orang lain berkomunikasi denganku.

"Sabtu depan merupakan festival sekolah, anak anak lain bersorak menyambut itu. Kau akan ikut kan?"

Aku memperhatikan tulisan Chaehyun dan menggeleng, untuk apa siswi sepertiku ikut acara itu? Karena pastinya hanya terdapat pentas musik baik band dalam sekolah maupun luar. Dan aku... Aku tidak bisa menikmatinya.

"Serius? Aku dengar anak kelas lain ada yang mengadakan stand lukisan dan juga pengetahuan tentang lukisan seperti buku buku dan karya tokoh utama akan di pajang di stand mereka. Serius kah kamu untuk tidak mengikuti kegiatan ini?"

Ah... Chaehyun tau saja kelemahanku, aku memang menyukai seni dua dimensi dan aku cukup berbakat dalam hal itu. Aku pun mengambil pen dan menuliskan di tablet, menjawab pertanyaan Chaehyun.

"Baiklah, aku ikut. Untuk pendaftaran dan biayanya bagaimana? Apakah sudah diberitahu?"

Chaehyun membaca tulisanku sebentar kemudian menulis kembali,

"Tidak dipungut biaya, tapi untuk pendaftaran ada. Nanti akan kuberi tahu yang lain untuk menuliskan namamu."

Aku mengangguk sebagai respon, dan berterima kasih menggunakan bahasa isyarat yang memang dimengerti oleh Chaehyun. Setelahnya, Chaehyun meninggalkanku menuju ke teman lainnya. Tak lama, muncul alarm pengingat di tabletku, jika jam sudah memasuki pelajaran seni musik. Aku melihat ke arah papan tulis,
Dongyun menuliskan di papan tulis bahwa sudah masuk ke pelajaran seni musik dan semua teman temanku akan pergi menuju aula musik. Aku hanya bisa diam di kelas, tidak mengikuti teman-temanku untuk mengikuti pelajaran itu.

Aku kembali membuka sketchbook yang selalu aku bawa, aku menatap ruangan kelas yang benda benda sekelilingnya sudah aku gambar. Aku pun memberanikan untuk keluar dari ruangan kelas, walau ku tak tahu perbuatan ini akan dimarahi atau tidak.

Koridor sangat sepi, dan aku sangat senang sekali bisa berjalan bebas tanpa akan dimarahi atau disenggol secara tidak sengaja. Aku pun melangkahkan kaki menuju ke arah lapangan, aku berniat untuk menggambar dan menemukan objek disana. Tapi, tanpa sengaja aku melihat seorang pria yang sedang menggendong tempat(?) gitar listrik dipunggungnya. Aku tidak tahu pasti, siapa pria itu tapi sepertinya menjadikan dia objek menggambarku kali ini tidak buruk juga.

Aku pun duduk di tribun lapangan, sesekali mengingat bagaimana postur lelaki itu, gaya rambutnya, rahangnya yang tegas dan matanya yang tajam. Ah iya! Jangan lupakan ia menggendong gitar di belakangnya. Setelah menggambar sketsa, aku langsung mempertegas garis dan memberi gelap dan terang agar terlihat nyata. Yaa.... Tidak buruk juga.

[✓]Engene World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang