Prohiberepus

19 8 0
                                    

"Anda ingin saya apakan dia, Tuan?"

"Terserahmu, yang penting perempuan ini aman." Memasangkan mantel sepanjang lutut di pundakku. "Tidak, Z-05, pastikan dia tidak bisa menyentuh manusia mana pun."

Dengan sisa keberanian aku mendongak, tatapan ini langsung bertabrakan dengan Hara Samana. Ukiran aneh yang bersinar di mata kirinya memudar secara perlahan-lahan. Detik ini, mungkin aku harus bersyukur atas kedatangannya beserta laki-laki berambut hitam itu. Gesitnya dia dalam membekuk 'Hara palsu' yang hampir mencelakaiku, ekspresi dingin dan tatapan kosong.

Makhluk apa lagi ini? Apakah datang dari tempat yang sama dengan Hara? Mungkin, mereka terlihat cukup akrab, walau lebih mirip tuan dan bawahan. Karena memperhatikan mata Hara yang turut berubah menjadi hitam, aku tidak bisa fokus pada sekitar. Sehingga tersentak kaget ketika dentuman keras berhasil membuat seisi bumi bergetar, terlihat abu berjatuhan dari tangan orang asing tersebut.

Baru saja dia meletuskan sesuatu dengan tangan kosong?

Mereka benar-benar menyimpan banyak misteri. Aku enggan berniat untuk membongkar segala jawaban hanya karena sebatas penasaran. Pasalnya, kalau sudah seperti itu sama saja dengan 'berserah diri untuk terlibat. Tidak ada yang tahu seberapa berbahaya jalan menghadang di depan. Melihat perkelahian sengit beberapa saat lalu.

Ini saja rasanya mau kabur, tetapi lututku melemah kala menyadari bahwa abu itu adalah makhluk penyerupa yang telah dihanguskan. Mungkin saja Hara dan orang ini berbahaya, aku tidak tahu ... hanya ingin pulang dan rebahan di ranjang tersayang. Menyedihkan. Aku mau hidup tenang dan damai.

"Istri mau pulang?" tanya Hara. Aku mengangguk, kemudian memandang sekitar, lumayan kacau. Hara menggenggam tanganku, tatapan teduhnya membuat segala kekhawatiran sirna. Aku berusaha santai karena akan memutus hubungan dan bebas. Pasti ada maksud di balik jatuhnya benda bercahaya di Jembatan Sesek malam itu. Aku yakin dengan feeling ini.

"Jangan terlalu curiga, dan juga jangan terlalu berharap pada kami," ucap laki-laki di sana seraya membersihkan tangannya, sangat dingin.

Aku terdiam, tidak tahu harus merespons seperti apa.

"Tidak perlu merespons. Saya tidak suka wanita yang banyak bicara," selanya, membuatku terbelalak.

"Hey, siapa yang bertanya kau suka wanita seperti apa? Istri jangan dengarkan dia." Hara terlihat sebal. Sifat kekanakan itu muncul setiap ukiran bersinar di matanya hilang, itu kesimpulan yang aku buat sendiri, bisa saja salah ... bisa juga benar.

Dia terpejam, seolah meresapi sesuatu. "Apa Istri merasakannya?" Masih menggenggam tanganku.

"Apa?"

"Tenaga Anda terisi perlahan." Laki-laki di sana yang menjawab. Tadi juga seperti ini. Aku berucap dalam hati, sedangkan dia bicara seolah menjawab segala pertanyaan yang ada di batinku. Lebih tepatnya, seolah-olah membaca pikiran ... benar-benar ada ilmu seperti itu? Bukankah hanya mitos?

"Ini fakta, Nona. Ternyata pengetahuanmu dangkal."

Diriku tidak bisa marah walau dia sudah kelewatan tidak sopan. Entah mengapa, pokoknya saat ini pikiran terasa plong. Pada akhirnya, memahami maksud Hara waktu itu, tentang 'harus bersama'. Sensasi sengatan listrik mengalir dari tangan Hara ke dalam aliran darahku. Berdesir, menenangkan. Mengapa aku baru mengerti sekarang? Padahal sudah sering merasakan.

"Ini alasan, kenapa kita tidak bisa berjauhan." Hara menatapku dengan serius.

"Tenggat waktu lima jam akan terjadi hal berbahaya apabila tidak bersentuhan," timpalnya.

Aku tidak paham soal itu. Sebesar apakah bahaya yang akan terjadi, masih menjadi pertanyaan dasar. Jawaban yang mereka berikan hanya setengah-setengah, membuat segalanya terasa meragukan. Harusnya mereka menuntaskan penjelasan kalau mau aku mempercayai segalanya. Dua orang itu saling menatap, setelah beberapa saat kemudian, laki-laki dengan nama yang sulit dilafalkan itu langsung memandang jeli ke arahku. Dari atas ampai bawah. Anggukan kecil darinya seolah kode setuju dengan apa yang Hara pikirkan.

Jadi Istri AlienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang