Parasit

7 3 0
                                    

Hara menarik kursi dan duduk. Aku menyodorkan tangan kanan, eh, normalkah luka bakar sembuh secepat ini? Serta merta tanpa bekas barang secuil. Atau ... hanya tebakanku, ada sihir pada ciuman itu? Benarkah? Aku menatap nanar bola mata bersinar itu, menyipit ketika dia tersenyum bahagia, sambil mengajakku ke ruang tamu.

“Lukanya, lo yang ....”

“Masih sakit, ya? Kekuatan Hara belum stabil, jadi–”

Aku segera menggeleng. “Udah gak sakit sama sekali. Yuk, keluar?” Percaya saja, walau caranya tidak masuk akal, dia telah mengobati diri ini. Lain kali akan kuajukan komplain, bahwasanya, Hara harus menggunakan cara lain jika aku terluka. Remote ini kugenggam, menekan tombol on.

Jujur, meski mata fokus ke depan, pikiranku masih sibuk tentang sihir penyembuhan. Seraya menghela napas berat, mulai mencari-cari tayangan bagus di televisi. Film kartun, Hara pasti suka. Nah, tebakanku memang tidak salah lagi, dia seperti bocah kecil. Aku pun menyuap mie seraya memandangi laki-laki dewasa yang bertingkah seolah anak-anak ternyata seru juga.

“Si Bontot ini ... makan pelan-pelan, bisa?” tanyaku. Mulutnya penuh, entah apa yang dia bicarakan, tidak jelas karena sambil mengunyah. Setelah menggeleng tak percaya, aku kembali memfokuskan pandangan pada televisi. Muncul iklan, disambung berita pagi hari. Aku berniat membereskan piring-piring bekas makan Hara, tetapi yang disiarkan tampak menarik. Awalnya aku tidak begitu peduli, tapi sekarang penasaran isi berita yang mereka bawakan, sebab menyangkut daerah tempat tinggalku.

[Pria yang diduga berinisial AP itu kabur dari aparat kepolisian saat ditangkap tengah menghisap benda terlarang, laki-laki tersebut menghilang sejak pukul sembilan pagi waktu Indonesia bagian barat. Lokasi Bantul. Hingga kini masih dalam masa pencarian ....]

Foto laki-laki tersebut muncul di layar, tapi percuma saja kalau nama lengkapnya tidak disebutkan. Hara sangat fokus memperhatikan orang itu dan tersentak kemudian.

“Dia yang diambil alih, dipakai untuk menyerang Istri kemarin!” Lelaki itu menunjuk orang tersebut dengan raut polosnya—kening terangkat dan tak berekspresi berlebihan.

“Maksud lo? Gue gak paham.” Kembali duduk, merasa akan mendapat informasi penting.

“Di dunia manusia, ada yang namanya parasit. Nah, dunia Hara juga mempunyai makhluk seperti itu, dengan nama serta kemampuan yang berbeda-beda. Semacam setiap makhluk memiliki level kekuatan.”

Aku mendengarkan dengan saksama. Hara kembali berkata, “Kalau parasit sudah berada di level atas, dia bisa mengambil alih tubuh orang-orang di sekitar kemudian, sesuka hati mengubah bentuknya. Istri mengerti?” Mencondongkan wajahnya padaku, aku mengangguk dan berusaha menjaga jarak yang semakin menipis ini.

Dengan kata lain, ‘dia’ yang kutemui di lampu merah adalah parasit level tinggi, lalu pengguna obat-obatan terlarang yang tengah dicari-cari aparat itu adalah korban pengambilan alih jasad. Semakin ke sini, semakin tidak masuk akal. Tapi lumayan bisa dipahami.

“Jadi, gimana caranya parasit dari dunia kalian bisa ke sini kalau bukan lo yang ba ... wa?” Aku langsung syok setelah refleks menyimpulkan bahwa Hara yang membawa makhluk aneh itu ke mari, wajahnya terlihat pucat seketika. “Ja-jangan bilang beneran?” Aku mendadak mengikuti naluri, menjauh dari sofa, karena Hara juga duduk di situ.

Bibirnya bergetar, menggeleng di kemudian detik. “Bukan begitu, Istri salah paham pada kami berdua. Bagaimana cara agar Istri percaya dan mengerti?” Kalut, tatapannya panik.

Ah, aku salah bicara, harusnya tidak menuduh Hara dan Zerofy yang sudah menyelamatkan diri ini berkali-kali. Dia berujar bahwa tidak ada yang bisa dijelaskan saat ini, aku akan gagal paham kalau dia yang menjelaskan, katanya. Kalau begitu, tunggu Zerofy kembali. Namun, laki-laki berkulit seputih salju ini tidak akan melukaiku, bukan?

Jadi Istri AlienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang