Ini pertama kalinya aku gemetaran karena takut pada sesuatu. Di sini sangat sempit dan gelap, aku tidak bisa bernapas dengan benar. Namun, apa boleh buat? Kalau keluar sekarang, nyawa pasti ikut keluar dari jasadku. Aku berusaha tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Kudekati kayu bagian atas ketika melihat celah di sana. Ketahuilah, ruangan ini berada di bawah tanah, semacam gudang, tapi kosong.
“Ini benar-benar mimpi, ‘kan?’
Syukurlah, orang-orang dengan kondisi memprihatinkan itu sudah pergi ke arah lain. Sesuatu yang kutakutkan dari mereka ialah bagian dahi. Di sana ada bekas tikaman pisau. Anehnya, dari berpuluh-puluh orang, tidak ada yang tidak seperti itu; semuanya memiliki luka yang sama.
Dengan napas terengah-engah, aku mendorong benda yang sebenarnya sudah hampir hancur ini ke atas. Setelah memastikan seratus persen mereka telah pergi, aku mulai memanjat dengan alat seadanya. Tidak tinggi, hanya 1,7 meter.
Segeralah aku berlari ke arah berlawanan dari orang-orang bertubuh ringkuh seperti cacingan itu. Langkahku terasa tidak benar dan tempat ini terasa sangat panas. Ah, kapan aku terbangun? Terlalu melelahkan. Ada alasan mengapa aku dikejar, tapi itu bukan sepenuhnya salahku. Kakiku mulai terasa berat, tubuhku keringat sudah seperti hujan badai. Perasaan yang normal terjadi di dunia nyata. Sekali lagi aku berteriak, ini mimpi!
Sebuah mimpi yang terasa nyata.
Ah, setelah menjalani segala macam masalah yang pernah terjadi, aku mulai ragu tentang lucid dream. Aku gagal berpindah tempat. Biasanya aku bisa pergi ke mana pun. Perancis, Spanyol, Korea Selatan, dan ke mana pun di seluruh dunia, tapi sekarang aku hanya bisa melakukan teleportasi dalam jarak dekat, tidak bisa dalam jarak jauh. Menyebalkan.
“Istri!”
Suara Hara. Dia di mana? Aku celingukan mencarinya ke setiap penjuru, tetapi batang hidungnya pun tak terlihat. Hanya padang pasir terbentang luas di sepanjang mata memandang. Beruntung panasnya memang tidak terlalu menyengat. Aku berhenti melangkah setelah meninggalkan tempat semacam pemukiman horor tadi. Sekarang tidak ada tempat berteduh sedikit pun.
“Pejamkan mata. Cepat!”
Lagi-lagi suara itu. Jangankan memejamkan mata dalam waktu lama, sedetik saja aku tidak berani. Bagaimana jika tiba-tiba makhluk mengerikan tadi menyerang? Aku tahu waspada berlebihan itu dilarang, tapi ini benar-benar menakutkan untuk dianggap sekedar mimpi.
“Cepatlah, Istri!” Sedikit menuntut, dari nadanya terdengar sangat mendesak.
Tanpa berbicara sepatah kata pun, aku memejamkan mata rapat-rapat. Hampir kembali membuka mata karena merasakan telapak tangan menutup mata. Kulit yang lembut itu ... pasti Hara! Sejak kapan aku membayangkan ada dia di sini? Bukankah tidur adalah pelarian dari kecerewetannya?
Dia tiba-tiba berbisik, “Buka perlahan. Bukan matanya, tapi bagian dalam ... semacam–”
“Gue bisa. Bentar!” potongku sok pintar
Mataku perlahan terbuka dan memperlihatkan wajah laki-laki menyeramkan yang sedari tadi kuhindari. Napas panas menerpa wajahku. Refleks berteriak. Dia langsung mengeram seperti beruang kelaparan. Aku lantas berlari, tetapi tentu saja berlari hanya akan membuatku dikejar. Bukan hanya satu, teriakanku tadi seolah memanggil seluruh pasukan mereka, yah, sebut saja mereka sebagai zombie.
“Hara bilang tutup mata Istri. Buka bagian dalamnya, bukan luar!” Hara berseru panik.
Bagaimana bisa aku berlari dalam kondisi mata terpejam! batinku mulai protes dengan perintah tidak logis dari Hara Samana. Bukankah yang terpenting jika ada yang mengejar adalah kabur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Istri Alien
FantasyBukan bidadari jatuh dari Surga, melainkan alien. Makhluk luar angkasa yang diketahui hanya mitos. Hara Samana, alias Z-999, tanpa ijin mengklaim diriku sebagai 'Istri' dan bertingkah bodoh setiap hari. Namun, siapa sangka di balik senyum polosnya y...