Keesokan paginya, Alea terbangun dari pingsannya seakan bangun tidur. Ia melihat sekeliling merasa tidak asing. Ia kemudian sadar bahwa ini bukan kamarnya. Ini kamar Alessandro, laki-laki yang mengklaimnya sebagai pacarnya.
Ia kemudian mengingat ancaman Alessandro di telepon yang akan menculik dan memperkosa nya. Ia langsung melihat bagian bawah badannya yang tertutupi selimut dan bersyukur bahwa ia masih memakai baju tidur yang ia kenakan semalam.
Ia kemudian membalikkan badannya perlahan memperlihatkan Alessandro yang tidak menggunakan baju dan hanya menggunakan celana boxer sedang menatapnya sambil tersenyum.
"Sudah bangun, sayang?" tanya Alessandro lembut
"Ya?" Alea yang masih syok berada di kamar Alessandro menjawab dengan jawaban yang paling di benci Alessandro. Karena menurut Alessandro orang yang hanya menjawab dengan jawaban hanya 'ya' berarti tidak terlalu memperhatikan apa yang dibicarakan.
Alessandro langsung menindih badan bawah Alea dan mencengkram kedua pergelangan tangan Alea dengan satu tangan. Ia mencium Alea beberapa kali.
"Lupa ucapan ku lagi?" tanya Alessandro setelah puas membuat Alea tidak bisa bernafas.
Alea bingung harus menyahut apa, ia hanya berusaha membebaskan cengkraman tangan Alessandro. Tapi tentu saja tidak berhasil karena badannya ditindih membuatnya hampir tidak bisa bergerak sama sekali. Tapi Alessandro malah tersenyum mengejek.
Alessandro mencengkram dagu Alea dengan satu tangannya yang bebas dan berkata, "Jangan pernah membuat ku marah atau kau akan menerima akibatnya."
Ancaman Alessandro membuat Alea tidak memberontak dan hanya diam menatap ke bawah.
Alessandro tidak suka itu dan mempererat cengkraman nya di dagu Alea.
"Tatap aku jika aku bicara"
Alea sedikit mendongak dan melihat mata hitam pekat milik Alessandro yang mengkilat tajam.
Alessandro akhirnya bertatapan dengan mata milik Alea yang sedikit berair, seperti akan menangis.
"Jangan menangis" ucap Alessandro bangun dari badan Alea dan juga melepaskan cengkraman tangannya.
Alea langsung mengucek matanya yang hampir menangis kemudian melihat bekas cengkraman Alessandro di kedua pergelangan tangan nya.
"Cepat mandi, akan ku buatkan sarapan" ucap Alessandro memakai baju dan berjalan keluar kamar. Sebelum itu, Alessandro juga mengambil sebuah t-shirt putih dan memberikannya ke Alea.
Alea terdiam sebentar, ia mengatur nafasnya agar stabil kemudian pergi mandi. Selesai mandi ia memakai t-shirt yang diberikan Alessandro. Mungkin jika dipakai Alessandro itu akan menjadi kaos oversize tapi saat dipakai Alea menjadi mini dress yang panjangnya sepaha Alea.
Selesai berkaca, Alea langsung pergi ke dapur dan melihat Alessandro memblender bumbu berwarna merah. Sepertinya ia akan memasak nasi goreng, pikir Alea.
"Biarkan aku membantu" ucap Alea membuat Alessandro menoleh.
"Kamu bisa memotong sosis, bakso dan sayurnya. Aku sudah memasak nasinya, jadi ini tinggal digoreng dengan bumbunya." jelas Alessandro sedikit panjang
"Ya" jawab Alea mengerti
"Ya?" ulang Alessandro membuat Alea tersadar dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Alessandro tidak kehilangan akal langsung mengangkat badan Alea ke meja membuat tangan Alea memegangi pundaknya dan Alessandro melancarkan aksinya.
"Sepertinya kamu suka dihukum" ucap Alessandro menurunkan Alea dari meja.
"Tidak" jawab Alea singkat
KAMU SEDANG MEMBACA
My Insane Boyfriend
Teen FictionWarning 18+ ~~~ Menceritakan tentang Alea dan Alessandro yang tidak dicintai keluarganya. Alea hidup dengan melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya seperti boneka. Sedangkan Alessandro hidup dengan melakukan apapun yang diinginkan tanpa batas...