Alea masuk ke dalam kamarnya dengan membawa sebuah kantong plastik yang diberikan Alessandro. Ia duduk di meja belajarnya dan membuka kantong plastik itu.
Ternyata isinya bubur dengan wadah kecil juga roti dan sisa anggur yang ia makan tadi. Ia membuka wadah bubur itu dan mulai memakannya. Tapi handphone nya berbunyi beberapa kali membuatnya berdiri mengambil handphone nya yang ia tinggal diatas kasur dari tadi.
Ternyata Alessandro mengiriminya banyak pesan teks.
___________________________________________
Alea
Makan buburnya, habis itu minum obatnya.
Kalau masih gak enak mulutnya, makan rotinya aja.
Anggurnya juga jangan lupa dimakan biar gak pahit mulutnya.
Besok pagi aku ke rumahmu lagi.
Gak usah maksa masuk sekolah kalau masih sakit!
Kalau butuh apa-apa langsung telepon!
Iya Ale, ini aku lagi makan buburnya
Bagus! Habiskan! Habis itu minum obatnya terus tidur lagi.
Iya Ale, makasih ya udah perhatian ke aku.
Ya harus dong. Kan kamu pacarku, punyaku.
Udah udah pokoknya istirahat! Jangan ngapa-ngapain! Kalau disuruh apa-apa sama ibumu tolak! Bilang kamu sakit!
Iya Ale
___________________________________________Alea segera menghabiskan buburnya dan meminum obat dari dokter Lana. Baru kemudian ia menuju ranjang dan mengistirahatkan badannya.
Alea mulai menangis lagi. Ia sebenarnya sudah sangat lelah dengan kehidupannya. Beberapa kali ia mencoba membunuh dirinya tapi tidak jadi hanya karena bunuh diri itu dosa. Akibatnya banyak bagian tubuhnya yang memiliki bekas luka. Entah itu karena ia sendiri yang sengaja melukai dirinya sendiri atau luka yang ia dapat dari ibunya. Tapi dengan salep mahal yang ibunya berikan. Bekas luka itu seperti tidak pernah ada di tubuhnya.
Ibunya memang licik dengan memukulinya lalu memberinya salep bekas luka sehingga tidak ada orang yang tau penyiksaan yang ia lakukan pada Alea sejak Alea masih kecil.
Alea kemudian mengelus perutnya perlahan. Kini, ia punya alasan lain untuk bertahan hidup, yaitu untuk anaknya.
"Ibu nggak akan pernah ninggalin kamu, sayang. Tetap tenang di dalam sini ya. Semangati ibu dari sini ya nak" Alea berbicara pada perutnya yang masih datar.
Ia kemudian memejamkan matanya dan langsung tertidur dengan air mata yang membanjiri wajahnya.
Sekitar jam 3 pagi, Alea terbangun. Ia mual tidak karuan dan langsung lari ke kamar mandi. Baru setelah sekitar setengah jam, rasa mualnya menghilang.
Ia memegang dahinya dan merasa ia sudah baikan. Ia langsung mencuci muka nya kemudian turun ke dapur, ia mau membantu bibi.
"Loh non" ucap bibi kemudian menutup mulutnya.
"Non ngapain kesini?" tanya bibi tapi dengan suara bisik-bisik.
"Mau bantu bibi" Alea ikut menjawab dengan bisik-bisik.
"Gak usah non. Bener deh gak usah. Non Alea kan sakit. Bibi bisa sendiri"
"Alea udah sehat bi, coba pegang dahi Alea. Udah dingin kok"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Insane Boyfriend
Teen FictionWarning 18+ ~~~ Menceritakan tentang Alea dan Alessandro yang tidak dicintai keluarganya. Alea hidup dengan melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya seperti boneka. Sedangkan Alessandro hidup dengan melakukan apapun yang diinginkan tanpa batas...