Nine: Pemberhentian

114 7 0
                                    

Hana berdiri di depan cermin yang memantulkan bayangannya sendiri, sudah hampir 15 menit ia berdiri disana tanpa beranjak kemanapun. Selesai berganti pakaian ia hanya berdiam diri disana sambil bermonolog.

"Apa yang membuatnya datang ke kamarku?" Hana membuat wajah gelisah, tapi di satu sisi masih ada rasa malu yang menggerayanginya karena insiden sebelumnya.

"Aku ingin menemuinya.. tapi aku masih malu melihat wajahnya, setelah bermimpi buruk kenapa orang itu malah datang kemari?" Hana menghela nafasnya kasar.

"Tapi.. kau harus tetap menemuinya Hana, bersikaplah seperti biasa!" Hana meyakinkan dirinya, ia mulai beranjak menuju pintu lalu mengintip keadaan kamarnya.

Terlihat Kaivan yang tengah duduk di ranjangnya sembari membuka IPad-nya, sesekali ia juga melihat arloji miliknya.

Dengan perlahan Hana kembali menutup pintu kamar mandi.
"Kenapa dia masih belum pergi?"

Setelah memberanikan dirinya, Hana keluar dari kamar mandi dan berjalan mendekat ke arah Kaivan. Dengan wajah datarnya ia menatap Kaivan.

"Apa yang kau butuhkan?" Hana bertanya langsung ke intinya, Kaivan menatap Hana lalu menaruh iPad miliknya di ranjang.

"Bisa kita bicara sebentar?" Kaivan merapikan jasnya yang baru ia ganti, lalu berdiri di depan Hana.

"..."

Hana terdiam memperhatikan gerak-gerik pria di hadapannya ini, ia mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Ini tentang Clara dan anak-anak, jika mereka tinggal lebih lama disini apa kau keberatan?" Kaivan bertanya dengan wajah datarnya dan menunggu reaksi Hana.

"Bagai-" Hana menghela nafasnya.

"Lakukan sesukamu"

Kaivan hanya terdiam sejenak lalu kembali membuka suara.

"Dan kau dilarang keluar untuk sementara waktu tanpa izinku, begitu pula dengan orang-orang di kediaman yang akan dibatasi untuk pergi keluar mulai hari ini"

Hana menatap Kaivan tidak percaya, dia bilang tidak boleh keluar? Dia ingin mengurung Hana di kediaman ini?

"Apa maksudmu tidak boleh keluar? Aku punya janji dengan seseorang" Hana menatap Kaivan tajam.

"Beberapa orang sedang mengincar Clara dan anak-anak, jadi ku harap kau tidak berpergian untuk beberapa saat"

'Jadi sebabnya adalah Clara?' Hana tersenyum miris.

"Jika kau begitu ingin melindunginya maka lindungi saja, atau apa kau takut aku akan melukai Claramu?" Sindir Hana, Kaivan menggelengkan kepalanya.

"Bukan hanya menyangkut Clara tapi juga anak-anak, Alden dan Aria mereka juga dalam bahaya"

Hana terdiam, Hanya Alden dan Aria ya? Benar juga mana mungkin Kaivan memikirkan Theo?

"Apa kau tau? Aku sangat menyayangi anak-anak begitupun Aria dan Alden, memang aku bukanlah ibu kandung mereka tapi sungguh aku menyayangi mereka seperti aku menyayangi Theo putra kandungku sendiri" Tegas Hana, Kaivan terdiam ditempatnya.

"Jadi tolong biarkan aku keluar" Keteguhan Hana terpancar dari matanya.

"Tidak, tetaplah disini untuk sementara waktu" Kaivan mengambil iPad miliknya dan melewati Hana.

"Maksudmu aku tidak boleh keluar dari kamar ini? Bahkan untuk melukis?" Hana berkata pelan. Kaivan menoleh menatap Hana yang berada di belakangnya.

"Lebih baik kau berhenti melukis untuk sementara waktu"

Divorce with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang