Twenty four: Starting a plan

107 3 0
                                    

Matahari tidak terlihat terbit, langit ditutupi oleh awan mendung tanda akan segera turun hujan.

Hana hanya terdiam sepanjang perjalanan menuju kantor pengacara dimana teman Gavin bekerja, ia menatap ke arah luar jendela mobil tanpa berkata apapun semenjak mereka berangkat dari apartemen tadi pagi.

Gavin sekilas melirik ke arah Hana ketika melihat temannya itu hanya melamun selama perjalanan, ia memilih untuk berdehem pelan agar dapat memecahkan suasana hening yang ada di dalam mobil.

"Ekhem"

Hana masih tetap terdiam tanpa bergeming dari posisinya, ia benar-benar kalut dalam lamunannya kali ini. Walau entah apa yang ia lamunkan.

Gavin menghela nafas pelan, tangannya beralih menyentuh lengan Hana.

"Han? Are you okay?"

Gavin berucap pelan, Hana yang tersadar dari lamunannya menoleh dan menatap Gavin yang masih menyetir mobil.

"Ya? M-maaf.. aku barusan melamun" Ucapnya pelan, ia membenarkan posisi duduknya agar dapat lebih leluasa berkomunikasi dengan Gavin.

"Kamu gugup?" Tanya Gavin, ia melirik ke arah Hana sekilas sembari menyetir mobilnya.

Hana terdiam sejenak sebelum kembali menjawab "Ya.. sedikit" Jawabnya, dengan senyum tipis.

Gavin menghela nafas panjang "Bukannya tadi malam kamu dengan yakin bilang kalo kamu siap?" Tanyanya, ia menoleh menatap Hana sekilas.

Hana meremat pakaian yang ia kenakan "Iya.. aku tau, tapi.. kamu juga tau kan bahwa ini keputusan yang sangat besar dalam hidupku dan jujur aja.. aku sedikit takut"

Gavin kembali melirik ke arah Hana, saat tatapan mereka bertemu Gavin kembali menghela nafasnya. Dia jelas mengerti tentang perasaan yang Hana rasakan sekarang.

Saat mobil memasuki area parkir di perusahaan, Gavin memarkirkan mobilnya dengan rapi. Ketika mobil berhenti, ia menghembuskan nafas kasar dan kembali menatap Hana.

"Han" Gavin meraih tangan Hana dan menggenggamnya "Jangan khawatir, ada aku disini" Ucapnya pelan, tatapannya melembut dengan diiringi senyum tipis di bibirnya.

"..."

Hana terpaku di tempatnya, ia merasakan perasaan aneh mengelilinginya. Tatapannya melemah, ia segera melepaskan tangan Gavin darinya lalu tersenyum tipis.

"Terimakasih.."

Hana mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan canggung, sedangkan Gavin tersenyum manis. Ia segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Hana.

"Silahkan"

Hana keluar dari mobil lalu kembali berterimakasih pada Gavin, ia spontan berjalan lebih dulu di depan Gavin.

'Ada apa denganku sebenarnya? Rasanya aneh'

"~"~"~"

Tok tok..

Kaivan kembali mendengus saat ada yang mengetuk pintu kamarnya, ia sedang benar-benar tidak ingin diganggu saat ini.
Mungkin apa yang Aron katakan juga ada benarnya, dia tetaplah manusia biasa yang bisa jatuh sakit. Dan setelah berbulan-bulan tanpa makan dan tidur yang teratur, dia akhirnya jatuh sakit sekarang.

Ia mendudukkan dirinya di ranjang lalu mengambil segelas air putih yang tersedia di meja nakas, setelah menenggak air itu suara kembali terdengar dari arah luar pintu.

"Kai, ini aku"

Kaivan menghela nafas pelan, ia menaruh kembali segelas air putih itu di atas meja nakas dan kembali bersandar pada head bed di ranjangnya.

Divorce with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang