Ten: Terluka

151 12 0
                                    

Theo berlarian dari pondok teh sampai di sebuah air mancur di tengah-tengah taman. Ia terengah-engah lalu duduk di pinggir air mancur itu.

Kepalanya menunduk menatap kedua kakinya dengan wajah sendu.

'Apa papa dan mama akan belcelai?' Air matanya mulai tergenang, Theo menoleh ke arah belakang dimana bayangannya terpantul dari air.

Tap tap

Terdengar suara langkah kaki, Theo kembali menoleh menatap seseorang yang berjalan mendekat ke arahnya.

Seorang wanita yang memakai gaun berwarna biru laut dengan rambut yang dikepang dan jangan lupakan mahkota bunga yang dikenakannya.

Seorang Wanita yang cantik. Tapi tidak lebih cantik dari mamanya, pikir Theo.

"Eum? Theo?" Wanita itu memanggil. Theo membulatkan matanya terkejut, bagaimana orang asing itu mengetahui namanya?

Theo terdiam dan memperhatikan gerak-gerik wanita itu dengan waspada. Bahkan ketika wanita itu mencoba untuk duduk di sebelahnya Theo berpindah untuk memberi jarak diantara mereka.

"Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu" Wanita itu tersenyum lembut. Theo mulai melunak, tapi ia menggelengkan kepalanya kecil untuk tetap selalu waspada pada orang asing. Itulah yang mamanya ajarkan padanya.

Wanita itu terdiam melihat reaksi Theo, lalu kembali tersenyum.

"Kau begitu menggemaskan seperti ibumu" Wanita itu tertawa kecil, wajah Theo sedikit memerah mendengar ucapan wanita tersebut.

"Apa yang kau lakukan disini sendirian?" Wanita itu kembali bertanya, Theo lagi- menundukkan kepalanya dengan wajah sendu.

"Tadi Theo mendengal sesuatu yang membuat Theo sedih"

"Benarkah?" Wanita itu ikut membuat wajah sedih "Memangnya apa yang kau dengar?"

"Meleka bilang orang tua Theo akan belpisah" Ucap Theo sedih. Wanita itu membulatkan matanya, berpisah katanya?

"Theo tidak mau ma-"

"Ibu!!"

Theo menegakkan pandangannya, dapat dilihatnya Aria dan Alden berlari ke arah mereka berdua dengan seseorang yang sangat dikenalnya.

Papanya.

"Ibu" Alden dan Aria memeluk wanita yang duduk di sebelah Theo. Theo menaikan sebelah alisnya.

"Clara"

Theo tersentak ditempatnya. Clara? Seketika ingatannya kembali ke hari dimana papanya membentaknya. Benar wanita itu adalah wanita yang pernah ditemui waktu itu. Dan jangan lupakan..

"Ya, mungkin saja. Apa kau tidak lihat bahwa tuan setiap hari berjalan-jalan bersama nona Clara? Sedangkan nyonya terus mengurung dirinya di studio lukis, bukankah sebentar lagi mereka pasti akan bercerai?"

Ucapan salah satu maid itu masih melekat di ingatannya dengan jelas. Theo meremat celana yang dikenakannya.

"Ibu tadi papa membantu kami untuk membuat rumah Miki di ruangan sebelah kamar tidur kami!" Cerita Aria, Alden mengangguk. Dia memperhatikan Theo yang duduk di samping ibunya lalu memiringkan sedikit kepalanya.

'Kenapa Theo terlihat murung?'

Kaivan tiba di tempat mereka, ia melihat Theo yang menundukkan kepala dan meremat celananya sendiri.

"Theo-"

Theo berlari dari sana meninggalkan mereka dalam kebingungan, apa yang sebenarnya terjadi?

"Kai"

Divorce with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang