Twenty two: Salah faham?

158 5 0
                                    

Tap tap tap

"Tuan Damian, pesawat nyonya telah mendarat. Apa kita harus mencegat mereka saat keluar dari bandara?"

Damian menggeleng pelan "Tidak, belum ada perintah untuk membawa paksa nyonya kembali ke kediaman oleh tuan. Kita tidak bisa bertindak tanpa perintah, tugas kita hanya mengamati nyonya dari jauh"

Drttt.. drrttt..

Ponsel milik Damian bergetar, ia segera merogoh sakunya mengeluarkan ponsel miliknya. saat melihat nama bossnya tertera di layar ponsel, ia segera mengangkat panggilan tersebut.

"Selamat sore tuan"

"Apa dia sudah tiba?"

"Sudah tuan, sepertinya nyonya dan pria yang datang bersamanya sedang mengambil koper" Jawab Damian, ia masih mengamati orang-orang yang keluar dari dalam bandara.

"Tidak perlu kalian bawa secara paksa, amati saja lalu ikuti. Tidak perlu terlalu banyak orang, lihat kemana dia akan pergi"

"Baik tuan"

Tutt..

Telepon terputus, Damian memasukan ponselnya kembali ke dalam saku jasnya.

"Hei kalian berdua"

Dua orang yang memakai pakaian rapi bodyguard menghampiri Damian.

"Kalian berdua ikut denganku, ingat untuk mengganti pakaian kalian. Lalu sisanya semuanya kembali ke mansion" Titah Damian, para bodyguard itu menunduk lalu segera mengikuti apa yang diperintahkan oleh Damian.

"~"~"~"

Gavin memutuskan sambungan teleponnya, ia berbalik dan mendekat ke arah Hana.

"Bagaimana?"

"Teman ku akan segera jemput kita, gapapa kan tunggu sebentar?" Hana hanya mengangguk kecil sebagai tanda persetujuan.

Gavin menghembuskan nafas kasar, ia mengeluarkan sapu tangan dari dalam sakunya dan mengelap keringatnya yang telah membasahi wajahnya sejak tadi. Walau sekarang hampir menjelang petang udara masih terasa panas karena memang di negara C telah memasuki pertengahan musim panas.

Gavin melirik ke arah Hana, melihat temannya yang tengah mengipasi dirinya dengan tangannya sendiri.

"Han" Merasa dipanggil Hana menoleh pada Gavin lalu berdehem pelan.

Gavin melepas mantel yang ia kenakan "Sini mantel mu, lepaskan" Ucapnya, Hana terdiam sesaat mencerna ucapan dari temannya. Gavin menghela nafas pelan lalu mengulurkan tangannya yang telah terdapat mantelnya terselampir disana, Hana yang mengerti pun mengangguk lalu melepaskan mantel yang ia pakai dan memberikannya pada Gavin.

"Bisa tolong jaga kopernya? Aku akan mencari minum sebentar"

"Minum? Tapi bagaimana jika teman mu datang?"

Gavin menggeleng pelan "Gapapa aku cuma sebentar" Jawabnya, ia segera berlari menjauh dari Hana.

"Tapi-" Hana hanya bisa menghela nafasnya pasrah.

Tin tin..

Hana menyirit ketika melihat sebuah mobil sedan hitam terparkir rapi tepat di hadapannya. Saat orang di dalam mobil menurunkan kaca mobilnya, Hana sedikit terkejut dengan orang yang memiliki tampang familiar baginya. Mungkin tidak terlihat begitu jelas karena orang itu memakai kacamata hitam, tapi Hana yakin pernah bertemu dengan orang itu sebelumnya walaupun ia lupa dimana.

"Yo nona, kita bertemu lagi" Ucap pria itu, ia melepas kacamatanya hingga wajahnya terlihat dengan jelas.

"Kau.." Hana terbelalak, ia hanya bisa menghela nafasnya ketika melihat pria menyebalkan yang ia temui beberapa waktu yang lalu.

Divorce with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang