Twenty eight: She's back?

185 12 0
                                    

Tok tok

"Tuan, nona Clara ingin bertemu dengan anda"

Ruangan langsung terasa hening saat salah seorang penjaga mengatakan bahwa Clara ada di depan pintu kamar, Kaivan menatap Hana memperhatikan ekspresi dari istrinya yang tampak datar. Ia berdehem pelan lalu mulai berbicara.

"Katakan padanya saya sedang tidak ingin bertemu siapapun" Jawabnya dengan nada suara bass, kemudian tak terdengar suara lagi dari arah luar kamar.

Hana melirik ke arah Kaivan dengan heran, Suaminya menolak kehadiran Clara? Apa Hana bermimpi sekarang? Bukankah Kaivan masih mencintai Clara? Lalu apa ini?

"Ekhem, jangan menatapku seperti itu" Kaivan berangsur duduk di tepi ranjang, dengan mudah ia kembali menarik tangan istrinya membuatnya jatuh di pangkuannya.

"Berhenti memikirkan hal-hal aneh" Lanjutnya, Hana berusaha untuk bangun tapi Kaivan justru memeluknya. Tunggu- memeluknya?!

"K-Kai lepas" Hana menggeliat tak nyaman, tapi bukannya melepaskan pria itu justru makin memeluknya bahkan menaruh kepalanya di bahu istrinya.

"Diam" Satu kata singkat terdengar jelas, lagi-lagi dengan suara bassnya. Hana hanya dapat terdiam ditempatnya tanpa melakukan perlawanan apapun.

"Aku.. ingin pinjam charger sebentar" Ucap Hana pelan, Kaivan menyirit mengeratkan pelukannya pada Hana.

"Ingin menghubungi siapa?" Ujarnya langsung to the point.

Kini justru Hana yang menyirit, melirik sedikit ke arah Kaivan dengan heran. Sejak kapan seorang kaivan jadi kepo begini? Pikirnya.

"Siapa saja boleh bukan" Gumamnya pelan, Hana meringis saat Kaivan tiba-tiba mengigit bahunya pelan.

"S-sakit kai, kenapa kau menggigit ku?" Hana mencoba untuk menjauhkan kepala Kaivan dari bahunya, walau lagi-lagi berujung gagal.

"Tunggu sebentar lagi" Kaivan kembali berucap, Hana menghela nafasnya pelan.

"A-aku lapar, makannya akan dingin jika aku tidak segera memakannya" Hana kembali beralasan, dengan berat Kaivan melepaskan pelukannya pada istrinya. Saat Hana bangun dari pangkuan Kaivan, pria itu kembali meraih tangannya.

"Aku juga lapar.." Ucapnya dengan nada lebih pelan, Hana menatap horor Kaivan.

'Sebenarnya dia ini siapa sih? Aku tidak kenal Kaivan yang seperti ini!'

"~"~"~"

Tuk tuk..

Sudah hampir satu jam berlalu, tapi Theo tak beranjak satu senti pun dari tempatnya duduk. Ia yang awalnya sedang menggambar sekarang hanya memainkan pensilnya sembari menatap ke arah luar jendela dengan sebelah tangan yang menyangga kepalanya.

Theo..

"Ka Theo?"

Ryan, anak yang tahun ini akan berumur 4 tahun itu menggoyangkan paha Theo yang masih terdiam di tempatnya.

"Ryan? Ada apa sayang?"

Alesya yang melihat interaksi putranya dan keponakannya menghampiri mereka berdua.

"Ka Theo.." Ucapnya dengan ekspresi sedih, Alesya tersenyum lembut lalu mengelus rambut Theo.

"Theo.. kenapa melamun hm?"

Tuk..

Pensil milik Theo terjatuh, anak itu langsung tersadar dan menoleh menatap Alesya dengan tatapan terkejutnya.

"Ya Auntie?"

Alesya tersenyum dan hanya menggeleng pelan, Ryan melipat kedua tangan kecilnya di depan dada.

Divorce with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang