03

749 83 6
                                    

"Bisa sekarang kak Ajun jelasin semuanya? Kenapa kak Ajun bisa jadi murid di sekolah aku?"

Doyoung langsung bertanya pada Junkyu begitu mereka sampai rumah. Junkyu bahkan belum sempat melepas sepatunya saat diserang pertanyaan begitu. "Biarin kak Ajun ngaso bentar ngapa, dek?"

Tak lama Yoshi datang menggunakan motornya. Dia memang sudah diminta untuk datang karena yakin Doyoung akan bertanya-tanya soal situasi saat ini. "Tuh, orang yang bantuin kak Ajun jadi murid baru udah dateng."

"Pak—eh, bang Yoshi? Kak Ajun jadi murid baru selundupan dibantuin bang Yoshi?"

Junkyu menatap Doyoung dengan side eyes miliknya. "Enakaja selundupan. Kamu kira abang ini barang terlarang?"

Yoshi tertawa melihat Junkyu yang tak terima dengan kata-kata adiknya. "Ya ga salah, sih. Juna kan emang gue selundupin biar bisa masuk ke sekolah. Dibantu bu Boa juga tapi, dek..."

Doyoung melongo. "Bu Boa? Kok beliau mau?"

Yoshi mengedikkan bahu. "Mungkin karna bu Boa sendiri udah capek sama urusan geng-geng anak sekolahan di SMA kita." ujarnya asal menebak. Ia lalu melirik Junkyu yang sedang melepas seragamnya. "Betewe, tadi gue ngeliat lo sama Doyoung dideketin Haruto sama Junghwan. Ga bahaya tah?"

"Meh. Biasa aja. Ga nakutin sama sekali, si Junghwan malah keliatan lucu dan asyik anaknya. Tapi karna dia sodaraan sama si Haruto itu, mending gue ga usah terlalu akrab, sih..."

Yoshi dan Doyoung kompak mengerutkan dahi. "Lo bilang Junghwan lucu?"

Junkyu mengangguk. "Iya. Emang lucu kok anaknya."

"Sifatnya apa mukanya, nih?"

"Sifatnya iya, mukanya juga iya."

"Jangan ketipu sama mukanya, kak..." sahut Doyoung. "Biar keliatan lucu, Junghwan itu pernah bikin lima seniornya patah tulang pas masih kelas satu dulu."

"Anjir?!" Junkyu melotot syok. "Seriusan kamu, dek?"

Doyoung mengangguk. Yoshi mengambil alih jawaban. "Seriusan, Jun. Gegaranya dulu ada yang mau malak dia pas masih awal mulai sekolah. Belom ada yang tau kalo dia sepupuan sama si Haruto. Dan waktu dipalak itu, Junghwan sendirian ngelawan lima senior dan matahin tangan mereka. Kita akuin mukanya emang kek bayi, tapi dia itu pemegang blackbelt taekwondo."

"Sama kek elu dong, Yosh? Tingkatannya sama?"

Yoshi mengangguk. "Makanya gue bilang lo jangan ketipu sama mukanya. Tapi emang selama lo baik ke dia, ya dia bakal jauh lebih baik lagi ke lo. Tu anak prinsipnya simpel, sih. Cuma karna kejadian lawan lima seniornya itu image dia jadi nyeremin kayak Haruto." ujarnya lalu menoleh ke arah Doyoung. Dia tepuk pelan bahu bungsu Kim itu.

"Intinya, Juna masuk ke SMA kita buat lindungin kamu, dek. Udah ga usah ikut pusing mikirin soal ni anak. Yang penting kamu bantu jaga rahasia aja dan bersikap kek biasa. Yakin deh, besok-besok gengnya Minjae ga bakal bully kamu lagi."

Doyoung mengangguk. Toh dia memang sebenarnya merasa senang dan terbantu dengan kehadiran Junkyu. Seharian ini, kehidupannya di sekolah sangat tenang karena Minjae tak berani mendekatinya setelah mendapat ultimatum dari sang kakak. Besok dan seterusnya juga dia tak perlu khawatir lagu pe er-nya dicontek paksa oleh kumpulan geng tukang bully itu.

"Udah kamu mandi dan ganti baju sana, dek. Kak Ajun keluar dulu beli lauk buat makan malem nanti."

Doyoung mengangguk patuh. "Iya, kak."

Junkyu pergi keluar bersama Yoshi. Malas memakai motornya sendiri, Junkyu memilih dibonceng saja untuk kali ini. Niatnya, dia ingin membeli lauk makan malam, sekaligus juga beberapa stok makanan instan.

HaruKyu - The PlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang